Kondisi Terumbu Karang Study the Correlation of Coral Reefs Condition with the Abundance Chaetodontidae’s Fish in Local Marine Conservation Areas Liwutongkidi Island, Buton Regency

57 terumbu karang dan biota laut yang berasosiasi didalamnya. Menurut Nybakken 1993 terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 23 o C – 25 o C, sedangkan suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 36 o C – 40 o C. Terumbu karang tidak dapat bertahan pada salinitas diluar 32 – 35 ppt. Kondisi perairan di Pulau liwutongkidi memperlihatkan tingkat kecerahan yang tinggi yaitu 100 yang menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian berair sangat jernih sehingga nampak sampai kedalaman 10 m. Terumbu karang hidup pada kedalaman kurang dari 25 m dan tidak dapat berkembang dengan baik pada kedalaman yang lebih dari 50 – 70 m, sehingga banyak terumbu karang yang berada pada pinggiran pulau Nybakken, 1993. Perairan Pulau Liwutongkidi dipengaruhi oleh musim angin barat yang terjadi pada bulan Desember sampai Maret, dimana pada musim ini terjadi gelombang besar dan angin sangat kencang. Sedangkan pada musim angin timur yang terjadi pada bulan Maret sampai November, angin dan gelombang kecil atau teduh. Pada bulan April, arah angin tidak menentu demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan atau musim pancaroba. Tabel 5 Parameter kualitas perairan Parameter Stasiun Pengamatan ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9 ST 10 Suhu C 28.0 27.5 27.0 27.3 27.0 27.8 28.2 28.0 30.5 27.6 Salinitas ppt 33.0 34.0 33.5 32.4 30.7 30.0 34.0 33.8 32.6 32.0 Arus cmdetik 20 20 30.0 10.0 40.5 30.5 20.0 10.5 50 50 Kecerahan 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Kedalaman m 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10

4.3 Kondisi Terumbu Karang

Pulau Liwutongkidi berada diantara Pulau Siompu dan Kadatua sehingga memiliki pantai yang terlindung dan landai. Terumbu karang di Pulau Liwutongkidi merupakan tipe terumbu tepi fringing reef, dari arah pantai menuju tubir membentuk paparan reef flat. Tipe terumbu karang tepi ini terlihat berkembang di sepanjang pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 m. 41 58 Tipe terumbu karang tepi di Pulau Liwutongkidi memperlihatkan komposisi substrat dasar yang terdapat pada 10 stasiun penelitian terdiri atas tutupan karang keras, karang mati, karang mati tertutup algae, biota lainnya dan abiotik pecahan karang dan pasir sedangkan persentase tutupan substrat dasar dapat dilihat pada Lampiran 1. Hasil pengamatan komposisi substrat dasar berdasarkan tutupan karang terhadap 10 stasiun yang tersebar di sekeliling Pulau Liwutongkidi dapat dilihat pada Gambar 6. Persentase tutupan karang keras hard coral berkisar antara 10.3 – 72.5 dengan rata-rata persentase tutupannya adalah 50.03. Persentase tutupan karang mati death coral berkisar antara 9.33 - 44.0 dengan rata-rata 21.53, tutupan abiotik berkisar antara 3.00 – 75.8 dengan rata-rata 23.22. Sedangkan persentase tutupan substrat dasar oleh biota lainnya berkisar antara 0.50 – 15.8. Dari hasil pengamatan di 10 stasiun penelitian terhadap persentase tutupan karang keras dan karang mati bahwa rata-rata persentase tutupan 50.03 pada karang keras dan 21.53 pada karang mati menunjukkan kondisi terumbu karang di Pulau Liwutongkidi termasuk ke dalam kondisi baik Gomes Yap 1988. Persentase tutupan karang keras yang tertinggi terdapat di Stasiun 3 yaitu sebesar 72.5. Sedangkan persentase tutupan karang keras yang terendah terdapat di Stasiun 1, hal ini ditunjukkan dengan tingginya persentase pecahan karang dan pasir yang tertinggi dari semua stasiun 75.8. Terdapatnya persentase tutupan karang mati, pecahan karang dan pasir pada semua stasiun pengamatan, terutama tingginya persentase di Stasiun 1 menunjukkan tingginya tekanan terhadap kesehatan terumbu karang di Pulau Liwutongkidi. Tekanan terhadap terumbu karang yang terjadi di Pulau Liwutongkidi banyak disebabkan oleh kegiatan manusia dalam mencari ikan di sekitar Pulau. Banyak nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan yang merusak, seperti penggunaan bahan peledak dan pemasangan bubu ikut mengurangi kesehatan dari terumbu karang. Disamping itu penangkapan terhadap hewan invertebrata seperti teripang dan alga yang tumbuh pada terumbu mempunyai efek langsung terhadap keragaman dan kelimpahan karang. Penangkapan berlebih terhadap spesies ikan predator dapat menjadi efek samping terhadap kelimpahan organisme yang dimangsa dan fungsi ekologis terumbu karang Dulvy et al. 2004 42 59 Gambar 6 Persentase tutupan substrat dasar. Substrat dasar dari ekosistem terumbu karang di Pulau Liwutongkidi tersusun dari kelompok karang keras yang dibagi dalam dua kategori lifeform yakni karang Acropora dan Non-Acropora. Komposisi dan persentase tutupan dasar dari dua lifeform ini akan menentukan baik atau tidaknya kondisi terumbu karang di lokasi tersebut. Lifeform Acropora yang ditemukan yaitu: Acropora Branching ACB, Acropora Digitate ACD, Acropora Submassive ACS dan Acropora Tabulate ACT. sedangkan lifeform Non-Acropora yang ditemukan adalah Coral Branching CB, Coral Encrusting CE, Coral Foliose CF, Coral Massive CM, Coral Submassive CS. Coral Mushroom CMR, Coral Heliopora CHL. Persentase tutupan karang Acropora pada 10 stasiun penelitian di Pulau Liwutongkidi berkisar antara 0.67 – 48.00 dengan rata-rata persen tutupan 20.15. Persentase tutupan karang tertinggi adalah dari jenis karang ACB dengan nilai 48 yang terdapat di Stasiun 8, jenis karang ini dijumpai pada hampir semua stasiun. Persentase tutupan karang kedua terbanyak adalah ACT dengan persentase sebesar 8.33 yang terdapat di Stasiun 5. ACD mempunyai persentase tutupan hanya 5.0 yang terdapat di Stasiun 5. Sedangkan persentase tutupan ACS hanya ditemukan di Stasiun 7 dengan tutupan sebesar 4.17. Persentase tutupan karang Acropora selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 7 berikut ini. 43 60 Gambar 7 Persentase tutupan karang keras Acropora. Terdapatnya jenis karang ACB pada semua stasiun penelitian menunjukkan bahwa jenis karang ini memiliki pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan karang dari jenis lainnya, dan sebaliknya lebih sensitif dan mudah mengalami coral bleaching. Kelompok karang Acropora memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap berbagai tekanan lingkungan alami dan antropogenik sehingga sesuai untuk indikator kesehatan karang. Persentase tutupan karang Non-Acropora lebih bervariasi di hampir semua stasiun pengamatan, selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 8. Persentase tutupan jenis karang Non Acropora berkisar antara 0.67 – 23.17 dengan rata-rata persentase tutupan sebesar 29.88. Persentase tutupan karang Non-Acropora terbesar adalah dari jenis CB yang terdapat pada setiap stasiun pengamatan. Persentase tutupan karang CB berkisar dari 3.17 – 23.17 dengan rata-rata tutupan sebesar 13.02. Persentase tutupan karang CB terbanyak terdapat di Stasiun 6. 44 61 Gambar 8 Persentase tutupan karang keras Non-Acropora. Persentase tutupan karang kedua terbanyak adalah jenis CM berkisar 1.33 – 15.83 dengan rata-rata persen tutupan 6.40. Jenis CF banyak ditemukan di Stasiun 2 dan 10, persentase tutupan CF berkisar antara 0.67 – 21.33 dengan rata-rata persentase tutupan 4.68. Variasi yang ditunjukkan dengan persentase tutupan dari jenis karang Acropora dan Non-Acropora pada masing-masing stasiun pengamatan tentunya belum menggambarkan kesehatan dari terumbu karang yang terdapat di Pulau Liwutongkidi. Salah satu cara untuk mengetahui kesehatan terumbu karang dapat diketahui melalui besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati akibat dari tekanan secara alami dan antropogenik. Indeks Mortalitas Karang MI merupakan perbandingan antara karang mati dan patahan karang dengan karang hidup yang menunjukkan besarnya resiko kematian karang. Nilai indeks mortalitas karang di Pulau Liwutongkidi berkisar antara 0.26 – 0.88. Tingkat kematian karang paling tinggi terjadi di Stasiun 1 dengan nilai sebesar 0.88 dan yang terendah terdapat di Stasiun 5 dengan nilai sebesar 0.26. Tingginya nilai mortalitas karang terlihat dari penutupan substrat dasar oleh karang mati dan komponen abiotik patahan karang dan pasir yang 45 62 cukup besar di Stasiun 1. Terlihatnya hamparan patahan karang dan pasir diduga karena penangkapan ikan menggunakan bom ikan. Data nilai indeks selengkapnya disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Indeks mortalitas karang Uraian Stasiun Pengamatan ST 1 ST 2 ST 3 ST4 ST5 ST6 ST7 ST8 ST 9 ST 10 Indeks Mortalitas Karang MI 0.88 0.45 0.27 0.49 0.26 0.37 0.53 0.27 0.31 0.43

4.4 Kondisi Ikan Karang