40
a Pertimbangan fisik, pengelolaan ekosistem terumbu karang meliputi area lokasi, kondisi geologis, tipe arus pasang surut utama di daerah tersebut dan
gambaran awal lokasi b Pertimbangan biologis, meliputi kondisi biota penyebaran, kelimpahan,
komposisi; perubahan, indikator kerusakan, indikator pemanfaatan dan eksploitasi; pertimbangan khusus pada lokasi pembesaran atau pemijahan
spesies langka yang endemik dan ekonomis. c Pertimbangan sosio-ekonomis, meliputi pemanfaatan ekosistem terumbu
karang; konflik faktual dan potensial yang akan terjadi diantara pemanfaat. d Pertimbangan budaya, meliputi asal usul pemanfaat ekosistem terumbu
karang secara tradisional; tradisi pemanfaatan; perubahan konsep pemanfaatan secara tradisional ke modern.
2.7 Kawasan Konservasi Laut Daerah
Salah satu bentuk kepedulian masyarakat pesisir dalam melestarikan ekosistem terumbu karang adalah dengan menjadikan suatu kawasan perairan
menjadi suatu kawasan konservasi dalam bentuk Kawasan Konservasi Laut Daerah. Melalui otonomi daerah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang
Nomor 32 tahun 2004, daerah diberi kewenangan dalam pengelolaan pesisir dan laut. Pemerintah daerah memiliki kewenangan dalam memilih dan menentukan
cara yanng lebih baik dalam mengelola potensi sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat dan
kapasitas yang dimilikinya. Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD merupakan suatu
alternatif pengelolaan kawasan konservasi yang terdesentralisasi dalam usaha mengatasi permasalahan degradasi lingkungan yang terjadi di daerah. Menurut
Tulungen et al. 2002 fungsi dari kawasan konservasi adalah untuk: a meningkatkan dan mempertahankan produksi perikanan disekitar kawasan
konservasi; b menjaga dan memperbaiki keanekaragaman hayati pesisir dan laut seperti keanekaragaman terumbu karang, ikan, tumbuhan dan organisme lainnya;
c dapat dikembangkan sebagai tempat yang cocok untuk daerah tujuan wisata; dan d meningkatkan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat setempat.
24
41
Penetapan lokasi dan ukuran ideal suatu kawasan konservasi laut daerah merupakan gabungan antara prinsip-prinsip ekologis dan pertimbangan efektifitas
pengelolaan ditingkat lokal. Berdasarkan Pedoman Umum Pembentukan Daerah Perlindungan Laut COREMAP 2004, zona perlindungan yang terdapat di
Daerah Perlindungan Laut terdiri dari 3 tiga zona sebagai berikut: a
Zona inti Merupakan kawasan yang dipilih dan ditetapkan untuk ditutup secara
permanen dari kegiatan perikanan dan pengambilan sumberdaya. Kunci utamanya adalah adanya suatu kawasan yang ditetapkan sebagai zona inti
yaitu zona larang ambil permanen. Zona inti penekanan pengelolaannya dikonsentrasikan pada upaya perlindungan. Kegiatan yang boleh dilakukan
terbatas dan hanya mengarah pada kegiatan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
b Zona penyangga
Zona ini berada di luar kawasan konsevasi yang berfungsi untuk menyangga keberadaan jenis biota laut beserta ekosistem yang terdapat didalamnya
terhadap adanya gangguan dari luar yang dapat membahayakan keberadaan potensinya. Selain fungsi pengamanan juga berfungsi sebagai kawasan
pengembangan budidaya maupun pelaksanaan pembangunan dalam bentuk pengembangan pemanfaatan yang dapat dilakukan oleh masyarakat yang
berada di sekitarnya. c
Zona pemanfaatan tradisional Zona ini berada di luar zona penyangga yang dialokasikan untuk
pemanfaatan sumberdaya alam secara tradisional oleh masyarakat setempat dalam upaya mendukung pembangunan sosial, ekonominya. Disamping
pemanfaatan secara tradisional, zona ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan sarana prasarana rekreasi dan pariwisata secara lestari.
25
42
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian