Hipotesis Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian

23

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adanya keanekaragaman terumbu karang dan ikan karang di kawasan konservasi laut daerah. Hipotesis kedua adalah kelimpahan ikan Chaetodontidae berhubungan dengan persentase tutupan karang keras.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah : a Mengetahui kondisi terumbu karang dan kelimpahan ikan Chaetodontidae di kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Liwutongkidi. b Mengetahui hubungan antara kelimpahan ikan Chaetodontidae terhadap persentase penutupan karang keras. c Merekomendasikan pengelolaan terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Liwutongkidi. Manfaat dari penelitian ini adalah: a Memberikan tambahan informasi mengenai keterkaitan ikan Chaetodontidae dengan terumbu karang. b Dapat menjadi dasar dalam pengelolaan terumbu karang di Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Liwutongkidi. 7 24 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Ekosistem terumbu karang sebagai ekosistem dasar laut tropis yang komunitasnya didominasi oleh biota laut merupakan: a tempat tumbuh biota laut tempat memijah, mencari makan, daerah asuhan berbagai biota laut, dan menjadi sumber protein bagi masyarakat pesisir; b plasma nutfah; c sumber bahan baku berbagai bangunan, perhiasan dan penghias rumah; dan d objek wisata bahari. Selain itu, ekosistem terumbu karang berfungsi sebagai pencegah erosi dan mendukung terbentuknya pantai berpasir, serta pelindung pantai dari hempasan gelombang sehingga mampu menjadi pelindung usaha perikanan dan pelabuhan- pelabuhan kecil Dahuri et al. 2001. Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat produktif dengan keanekaragaman jenis biota laut seperti a beraneka ragam avertebrata: terutama karang batu stony coral, berbagai krustasea, siput dan kerang-kerangan serta ekinodermata seperti bulu babi, anemon laut, teripang, bintang laut dan lili laut; b beraneka ragam ikan: terutama 50 – 70 ikan karnivora, 15 ikan herbivora dan sisanya omnivora; c reptil seperti ular laut dan penyu laut; dan d ganggang dan rumput laut seperti alga koralin, alga hijau berkapur dan lamun Dahuri et al. 2001. Terumbu adalah endapan-endapan masif yang penting dari kalsium karbonat yang dihasilkan oleh aktifitas hewan karang Filum Cnidaria, Klas Anthozoa, Ordo Madreporaria = Scleractinia dengan sedikit tambahan dari alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan kalsium karbonat. Struktur bangunan batuan kapur CaCO 3 cukup kuat, sehingga koloni karang mampu menahan gelombang air laut, sedangkan asosiasi organisme-organisme yang dominan hidup disini disamping scleractinian koral adalah algae yang banyak diantaranya juga mengandung kapur Thamrin 2006. Secara umumnya karang hidup berkoloni sehingga dapat membentuk terumbu, namun tidak semua karang dapat menghasilkan terumbu. Karang dibagi menjadi dua kelompok yaitu karang hermatipik dan ahermatipik. Karang ahermatipik adalah karang yang tidak dapat menghasilkan terumbu dan jenis 25 karang ini tersebar di seluruh dunia, sebaliknya karang hermatipik merupakan karang yang dapat menghasilkan terumbu dimana jenis karang ini hanya ditemukan di wilayah yang beriklim tropis. Perbedaan yang mencolok antara kedua jenis karang ini terdapat pada jaringan tubuhnya, jaringan karang hermatipik mempunyai sel-sel tumbuhan yang dapat bersimbiosis dengan zooxanthellae sedangkan ahermatipik kebanyakan bersifat karnivora sehingga tidak ditemukan zooxanthellae Nybakken 1993. Zooxanthellae merupakan tumbuhan bersel satu unicelluler yang termasuk kedalam jenis dinoflagellata dan berada pada individu karang polip. Polip karang berbentuk tabung, mempunyai tentakel untuk menangkap mangsa, terdiri dari dua lapisan tubuh yaitu lapisan epidermis dan lapisan gastrodermis yang dipisahkan oleh mesoglea. Dalam lapisan gastrodermis inilah terletak zooxanthellae yang dapat menghasilkan bahan organik melalui proses fotosintesis kemudian disekresikan sebagian kedalam usus polip sebagai makanan. Zooxanthellae karang menghasilkan sisa-sisa metabolisme berupa karbon dioksida, fosfat dan nitrogen yang sangat berguna dalam proses fotosintesis dan pertumbuhannya Nontji 1993. Aktifitas zooxanthellae sangat membutuhkan cahaya matahari sehingga terumbu karang umumnya hidup di perairan pantai atau laut yang cukup dangkal, dimana penetrasi cahaya matahari masih sampai ke dasar perairan. Disamping itu untuk hidupnya karang membutuhkan suhu air yang hangat dengan suhu optimum berkisar antara 25 – 29 o C Supriharyono 2000. Menurut Nybakken 1993, pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa faktor, antara lain adalah: a Kedalaman Kebanyakan terumbu karang dapat hidup antara kedalaman 0 – 25 meter dari permukaan laut. Tidak ada terumbu yang dapat hidup dan berkembang pada perairan yang lebih dalam antara 50 – 70 meter. Hal inilah yang menerangkan mengapa struktur terumbu terbatas hingga pinggiran benua atau pulau. b Suhu Temperatur Terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran suhu antara 23 o C – 25 o C. Tidak ada terumbu karang yang dapat 9 26 berkembang pada suhu di bawah 18 o C. Suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 36 o C – 40 o C. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan terumbu karang dimana upwelling disebabkan oleh pengaruh suhu. Upwelling sendiri menyediakan persediaan makanan yang bergizi bagi pertumbuhan terumbu karang. c Cahaya Cahaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting karena cahaya sangat dibutuhkan bagi zooxanthellae untuk melakukan proses fotosintesis. Titik kompensasi untuk karang yaitu kedalaman dimana intensitas cahaya berkurang hingga 15 – 20 dari intensitas di permukaan. d Salinitas Karang tidak dapat bertahan pada salinitas diluar 32 - 35 00 . Namun di Teluk Persia, terumbu karang dapat hidup pada salinitas 42 00. Layaknya biota laut lainnya, terumbu karang pun mengalami tekanan dalam penerimaan cairan yang masuk. Sehingga apabila salinitas lebih rendah dari kisaran diatas, terumbu karang akan kekurangan cairan sehingga tidak banyak nutrien yang masuk dan sebaliknya jika salinitas lebih tinggi akan menyebabkan cairan yang didalam tubuhnya akan keluar. e Pengendapan Pengendapan yang terjadi di dalam air atau di atas karang mempunyai pengaruh negatif terhadap karang. Endapan dapat mengurangi cahaya yang dibutuhkan untuk fotosintesis oleh zooxanthellae dalam jaringan karang. Menurut Nybakken 1993 tipe pertumbuhan karang dan karakteristik masing-masing genera dari terumbu karang adalah: a Tipe bercabang branching Karang ini memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih panjang dibandingkan dengan ketebalan atau diameter yang dimilikinya. b Tipe padat massive Karang ini berbentuk seperti bola, ukurannya bervariasi mulai dari sebesar telur sampai sebesar ukuran rumah. Jika beberapa bagian dari karang tersebut mati, karang ini akan berkembang menjadi tonjolan, sedangkan bila 10 27 berada didaerah dangkal bagian atasnya akan berbentuk seperti cincin. Permukaan terumbu adalah halus dan padat. c Tipe kerak encrusting Karang seperti ini tumbuh menutupi permukaan dasar terumbu. Karang ini memiliki permukaan yang kasar dan keras serta lubang-lubang kecil. d Tipe meja tabulate Karang ini berbentuk menyerupai meja dengan permukaan yang lebar dan datar. Karang ini ditopang oleh sebuah batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar. e Tipe daun foliose Karang ini tumbuh dalam bentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu, berukuran kecil dan membentuk lipatan melingkar. f Tipe jamur mushroom Karang ini berbentuk oval dan tampak seperti jamur, memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut. Menurut bentuk dan letaknya, pertumbuhan ekosistem terumbu karang dikelompokkan menjadi tiga tipe terumbu karang Nybakken 1993 yaitu: a Terumbu karang pantai fringing reefs Terumbu karang ini berkembang di pantai dan mencapai kedalaman tidak lebih dari 40 meter. Terumbu karang ini tumbuh keatas dan kearah laut. Pertumbuhan terbaik biasanya terdapat di bagian yang cukup arus. Sedangkan diantara pantai dan tepi luar terumbu, karang batu cenderung mempunyai pertumbuhan yang kurang baik, bahkan banyak yang mati karena sering mengalami kekeringan dan banyaknya endapan yang datang dari darat. b Terumbu karang penghalang barrier reefs Terumbu karang ini terletak agak jauh dari pantai dan dipisahkan dari pantai tersebut oleh dasar laut yang terlalu dalam untuk pertumbuhan karang batu 40-70 meter. Terumbu karang ini berakar pada kedalaman yang melebihi kedalaman maksimum dimana karang batu pembentuk terumbu dapat hidup. Umumnya terumbu tipe ini memanjang menyusuri pantai dan biasanya 11 28 berputar seakan-akan merupakan penghalang bagi pendatang yang datang dari luar. c Terumbu karang cincin atoll Terumbu karang ini merupakan bentuk cincin yang melingkari suatu goba Lagon. Menurut Sukarno et al. 1983 kedalaman rata-rata goba didalam atol sekitar 45 meter, jarang sampai 100 meter. Terumbu karang ini juga bertumpu pada dasar laut yang dalamnya diluar batas kedalaman karang batu penyusun terumbu karang hidup. Berdasarkan pada tipe ekosistem terumbu karang diatas ditemukan tiga macam bentuk permukaan dasar yaitu: a Bentuk permukaan dasar mendatar di tempat dangkal, yaitu daerah rataan terumbu reef flat. b Bentuk permukaan dasar yang miring ke arah tempat yang lebih dalam dan landai atau curam, yaitu lereng terumbu reef slope. c Bentuk permukaan dasar yang mendatar di tempat yang dalam, yaitu goba lagoon floor atau teras dasar submarine terrace. Aktifitas pembangunan di wilayah pesisir seperti pertanian, industri, pengerukan pantai, penangkapan ikan bahan peledak dan sianida, tumpahan minyak dan didukung dengan peristiwa alam seperti badai, gempa bumi, kenaikan suhu El Nino dapat mengganggu ekosistem terumbu karang. Fenomena El Nino dapat mengakibatkan terumbu karang menjadi mati akibat proses bleaching. Di samping faktor fisik-kimia, faktor biologis yaitu predator karang mempunyai andil pada kerusakan karang. Bintang laut berduri Acanthaster plancii cukup terkenal sebagai perusak karang di daerah Indo-Pasifik. Selain Acanthaster plancii, beberapa jenis hewan lainnya seperti gastropoda Drupella rugosa, bulu babi Echinometra mathaei, Diadema setosum, dan Tripneustes gratilla, dan beberapa jenis ikan karang seperti ikan kakak tua Scarrus spp., kepe-kepe Chaetodon spp. dapat mengakibatkan kerusakan pada area terumbu karang Supriharyono 2000. 12 29

2.2 Ikan Karang