Hubungan Ikan Karang dengan Terumbu Karang

35 Biasanya waktu bertelur tergantung masa bertelur dan musim bertelurnya sekitar empat bulan Thresher 1984. Masa menetas embrio sekitar 30 hari setelah bertelur Suzuki et al. 1980 dan larva menghabiskan waktu sekitar 40 hari sebagai plankton sebelum bermetamorfosis dan menetap pada karang Hourigan 1989. Karakteristik daur hidup sebagai telur pelagik dan larvae menunjukkan ketiadaan dari induk Chaetodontidae dalam perawatannya. Keuntungan dari tipe daur hidup ini memungkinkan luasnya sebaran telur dan larva ikan Chaetodontidae, meskipun tingkat kematian dari masa telur dan larva yang cukup tinggi. Kematian telur dan larva yang tinggi ini dapat diimbangi oleh tingginya fekunditas ikan Chaetodontidae betina. Ikan Chaetodontidae dapat mencapai 70-75 dari ukuran maksimumnya dan mencapai usia matang dalam waktu satu tahun. Pemangsaan terhadap ikan Chaetodontidae hanya terjadi pada ikan yang muda tetapi tekanan pemangsaan dari predator relative rendah terhadap ikan Chaetodontidae dewasa. Bentuk tubuh yang pipih pada ikan dewasa dan duri yang tajam pada bagian dorsal dan sirip ekor menghindari ikan Chaetodontidae dari pemangsaan predator Zekerie 2003. Berdasarkan pengamatan Allen et al. 1998 terhadap ikan Chaetodontidae di akuarium bahwa usia hidupnya dapat mencapai 25 tahun, usia ikan Chaetodontidae yang tercatat di habitat alami dapat lebih rendah. Sebagai contoh, sepasang C. paucifasciatus yang terdapat di utara Laut Merah dapat hidup hingga kurang lebih enam tahun Zekerie 2003.

2.4 Hubungan Ikan Karang dengan Terumbu Karang

Keterkaitan ikan pada terumbu karang disebabkan karena bentuk pertumbuhan karang menyediakan tempat yang baik bagi perlindungan. Karang merupakan tempat kamuflase yang baik serta sumber pakan dengan adanya keragaman jenis hewan atau tumbuhan yang ada. Beberapa jenis ikan yang hidup di tepi karang, menjadikan karang sebagai tempat berlindung dan daerah luar karang sebagai tempat mencari makan. Perbedaan habitat terumbu karang dapat mendukung adanya perbedaan kelompok ikan. Oleh karena itu, interaksi intra dan inter spesies berperan penting dalam penentuan penguasaan ruang spacing sehingga banyak ikan yang menempati ruang tertentu. Tiap kelompok ikan 19 36 masing-masing mempunyai habitat yang berbeda, tetapi banyak spesies mempunyai habitat yang lebih dari satu. Pada umumnya setiap spesies mempunyai kesukaan dan referensi terhadap habitat tertentu Hutomo 1993. Keberadaan karang merupakan habitat penting bagi ikan karang, karena sebagian besar populasi ikan karang mengadakan recruit secara langsung dalam terumbu karang. Ikan-ikan ini terdiri dari Scarids, Acanthurids, Sigarids, Chaetodontids, Pomacantids dan banyak spesies Labrids dan Pomacentrids. Anggota dari populasi ini tidak terlalu berasosiasi dengan karang tetapi pergerakannya kebanyakan berasosiasi dengan struktur dan keadaan biotik karang. Keberadaan ikan karang dipengaruhi oleh kondisi atau kualitas air sebagai habitatnya Nybakken 1993. Interaksi antara ikan karang dengan terumbu karang sebagai habitat telah dipelajari oleh Choat dan Bellwood 1991 yang membahas interaksi antara ikan karang dengan terumbu karang dan menyimpulkan tiga bentuk umum hubungan, yaitu: a Interaksi langsung, yaitu sebagai tempat berlindung dari predator atau pemangsa terutama bagi ikan-ikan muda. b Interaksi dalam mencari makanan, meliputi hubungan antara ikan karang dan biota yang hidup pada karang termasuk alga. c Interaksi tidak langsung sebagai akibat dari struktur karang dan kondisi hidrologi dan sedimen. Karang glomerate jenis Porites sp. pada umumnya tidak memiliki celah yang dalam. Di daerah tersebut banyak terdapat ikan pemakan polip seperti ikan pakol Balistidae dan ikan Chaetodontidae. Karang bercabang Acropora sp. merupakan tempat berlindung bagi ikan kecil seperti ikan gobi dan ikan betok laut yang berenang keluar mencari zooplankton sebagai makanannya dan segera kembali lagi ke terumbu Nybakken 1993. Kelimpahan dan keanekaragaman jenis ikan di wilayah terumbu karang memperlihatkan hubungan yang positif dengan penutupan karang hidup Adrim Hutomo 1989. Satmanatran 1992 mengemukakan kekayaan jenis ikan berkolerasi tidak nyata dengan berbagai komponen-komponen penutupan karang Acropora, Non-Acropora, total karang hidup dan total karang mati sedangkan 20 37 kelimpahan individu berkolerasi sangat nyata dengan komponen Non-Acropora dan total karang hidup. Interaksi ikan karang lainnya yang terjadi dalam ekosistem terumbu karang Nybakken 1993 adalah: a Pemangsaan, dimana ada dua kelompok ikan yang secara aktif memakan koloni-koloni karang, yaitu spesies memakan polip-polip karang mereka sendiri, seperti ikan buntal Tetraodontidae, ikan kuli pasir Monacanthidae, ikan pakol Balistidae dan ikan kepe-kepe Chaetodontidae dan sekelompok multivora omnivora yang memindahkan polip karang untuk mendapatkan baik alga di dalam kerangka karang atau sebagai invertebrata yang hidup dalam lubung kerangka Acanthuridae dan Scaridae. b Grazing, dilakukan oleh ikan-ikan famili Siganidae, Pomacentridae, Acanthuridae dan Scaridae yang merupakan herbivora grazer pemakan alga sehingga pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan karang dapat terkendali. Tipe pemangsaan yang paling banyak di terumbu karang adalah karnivora, yakni ± 50 – 70 dari spesies ikan. Ikan herbivora dan pemakan karang merupakan kelompok besar kedua yaitu ± 15 dari spesies yang ada dan yang paling penting dari kelompok ini adalah famili Scaridae dan Acanthuridae. Sisanya diklafisikasikan sebagai omnivora atau multivora yaitu ikan-ikan dari famili Pomacentridae, Chaetodontidae, Pomachantidae, Monacanthidae Ostaciontidae dan Tetraodontidae. Ikan-ikan pemakan zooplankton memiliki ukuran tubuh yang kecil, yaitu ikan dari famili Clupidae dan Atherinidae Nybakken 1993.

2.5 Ikan Chaetodontidae sebagai Bioindikator