56
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Pulau Liwutongkidi
Pulau Liwutongkidi merupakan pulau kecil dan tak berpenghuni yang terletak di antara Pulau Kadatua dan Pulau Siompu, Kabupaten Buton Sulawesi
Tenggara. Secara geografis pulau Liwutongkidi terletak pada 05
o
35’23” LS - 05
o
35’ 59” LS dan 122
o
29’57” BT – 122
o
30’51” BT dengan batas wilayah sebelah barat berbatasan dengan Selat Sulawesi, sebelah utara berbatasan dengan
Pulau Kadatua, sebelah timur berbatasan dengan Pulau Buton, dan sebelah selatan berbatasan dengan Pulau Siompu.
Secara umum Pulau Liwutongkidi memiliki topografi datar sampai curam. Pada bagian datar kondisi substrat pasir bercampur tanah sedangkan pada bagian
curam umumnya berupa batu cadas. Pada topografi datar bagian timur Pulau Liwutongkidi umumnya ditemukan vegetasi berupa pandan, berbagai macam
spesies golongan rumput-rumputan, tumbuhan merambat dan kelapa. Pada topografi curam bagian barat Pulau Liwutongkidi umumnya banyak ditumbuhi
berbagai jenis tumbuhan semak. Sedangkan ke arah dalam pulau tengah pulau ditumbuhi vegetasi dengan yang lebih bervariasi.
Pada Pulau Liwutongkidi ditemukan pula beberapa spesies hewan seperti ketam kenari, kepiting dan beberapa jenis ular. Sementara disebelah barat perairan
Pulau Liwutongkidi merupakan jalur migrasi lumba-lumba, tuna dan penyu. Pada Pulau Liwutongkidi juga terdapat sumur air tawar yang merupakan sumber air
tawar bagi masyarakat yang ada di sekitar pulau utamanya masyarakat Desa Kapoa Kecamatan Kadatua.
4.2 Kualitas Perairan Pulau Liwutongkidi
Kualitas perairan di Pulau Liwutongkidi diketahui melalui pengukuran terhadap suhu, salinitas, kecepatan arus, kecerahan dan kedalaman. Hasilnya dapat
dilihat pada Tabel 5. Hasil pengukuran kualitas perairan menunjukkan bahwa kisaran dari suhu,
salinitas dan arus bervariasi. Kisaran pengukuran secara berturut-turut adalah 27.8 – 30.5
o
C, 32.0 – 34.0 ppt dan 10 -50 cmdetik. Kisaran suhu dan salinitas air laut di Pulau Liwutongkidi masih dalam batas toleran terhadap pertumbuhan
57
terumbu karang dan biota laut yang berasosiasi didalamnya. Menurut Nybakken 1993 terumbu karang dapat hidup subur pada perairan yang mempunyai kisaran
suhu antara 23
o
C – 25
o
C, sedangkan suhu ekstrim yang masih dapat ditoleransi berkisar antara 36
o
C – 40
o
C. Terumbu karang tidak dapat bertahan pada salinitas diluar 32 – 35 ppt.
Kondisi perairan di Pulau liwutongkidi memperlihatkan tingkat kecerahan yang tinggi yaitu 100 yang menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian berair
sangat jernih sehingga nampak sampai kedalaman 10 m. Terumbu karang hidup pada kedalaman kurang dari 25 m dan tidak dapat berkembang dengan baik pada
kedalaman yang lebih dari 50 – 70 m, sehingga banyak terumbu karang yang berada pada pinggiran pulau Nybakken, 1993. Perairan Pulau Liwutongkidi
dipengaruhi oleh musim angin barat yang terjadi pada bulan Desember sampai Maret, dimana pada musim ini terjadi gelombang besar dan angin sangat kencang.
Sedangkan pada musim angin timur yang terjadi pada bulan Maret sampai November, angin dan gelombang kecil atau teduh. Pada bulan April, arah angin
tidak menentu demikian pula curah hujan sehingga pada bulan ini dikenal sebagai bulan atau musim pancaroba.
Tabel 5 Parameter kualitas perairan
Parameter Stasiun Pengamatan
ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 ST 6 ST 7 ST 8 ST 9 ST 10
Suhu C
28.0 27.5 27.0 27.3 27.0 27.8 28.2 28.0 30.5 27.6
Salinitas ppt 33.0 34.0 33.5 32.4 30.7 30.0 34.0 33.8 32.6
32.0 Arus cmdetik
20 20 30.0 10.0 40.5 30.5 20.0 10.5
50 50
Kecerahan 100
100 100
100 100
100 100
100 100
100 Kedalaman m
10 10
10 10
10 10
10 10
10 10
4.3 Kondisi Terumbu Karang