Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut daerah

77 Tidak ditemukan secara bersamaan untuk nilai konstansi dan fidelitas yang mencapai 100 menandakan bahwa tidak adanya kesukaan yang khas dari Famili Chaetodontidae terhadap kelompok habitat dasar. Secara umum ikan Chaetodontidae menyebar ke berbagai kelompok habitat. Tabel 12 Indeks konstansi dan fidelitas kelompok ikan terhadap habitat Kelompok ikan Kelompok habitat I II III IV Cij Fij Cij Fij Cij Fij Cij Fij I 66.7 30.8 100 46.2 50 23.1 II 50 22.6 83.3 37.7 50 22.6 37.5 17.0 III 33.3 10.7 77.8 25 100 32.1 100 32.1 IV 66.7 47.1 50 35.3 25 17.6 Penyebaran ikan Chaetodontidae ke berbagai kelompok habitat berdasarkan dari tipe pemangsaan dari ikan Chaetodontidae yang bersifat obligat dan fakultatif. Jenis pemakan karang fakultatif memiliki jangkauan tipe habitat yang luas. Berbagai bentuk pertumbuhan karang merupakan tempat yang menarik bagi ikan Chaetodontidae fakultatif untuk memakan polip karang maupun invertebrate yang bersembunyi di karang. Selain itu ikan-ikan ini dapat memanfaatkan bentuk pertumbuhan karang untuk berlindung dan mengawasi teritorialnya. Kondisi substrat dasar yang beragam merupakan keuntungan sendiri dari ikan pemakan karang fakultatif. Jenis makanan bagi pemakan fakultatif adalah karang keras, soft coral, algae dan invertebrate motile dan sedentary. Menurunnya persentase tutupan karang keras tidak berhubungan dengan keberadaan ikan pemakan fakultatif, karena ikan ini dapat memanfaatkan jenis makanan lain sebagai pengganti karang Pratchet 2005.

4.8 Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut daerah

Pengelolaan suatu kawasan konservasi harus merupakan proses yang berkelanjutan, adaptif dan partisipatif yang saling terkait satu sama lain dan harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan kerangka pengelolaan kawasan konservasi, Hockings dan Dudley 2006 mengemukakan bahwa evaluasi pengelolaan kawasan konservasi adalah kegiatan untuk melihat 61 78 sejauh mana pengelolaan telah mencapai tujuan dan sasaran dari suatu kawasan lindung. Menurut Pomeroy et al. 2003 dalam mengukur pengelolaan pada kawasan konservasi laut dapat dilakukan pengukuran terhadap beberapa indikator yaitu biofisik dan sosial ekonomi. Indikator biofisik yang diukur dalam penelitian ini adalah kelimpahan ikan Chaetodontidae berdasarkan kondisi persentase tutupan karang keras. Ikan Chaetodontidae sebagai indikator sangat baik untuk menunjukkan tingkat kesukaan pada spesies karang tertentu sehingga dapat menilai kondisi terumbu karang yang sangat sensitif apabila terjadi perubahan suatu sistem terumbu karang. Selain itu ikan Chaetodontidae bersifat territorial sehingga sangat mudah memantaunya secara periodik. Untuk melihat teritori dari ikan Chaetodontidae dapat ditentukan oleh jumlah makanan karang yang tersedia. Pulau Liwutongkidi yang merupakan pulau kecil dan tidak berpenghuni sehingga cocok untuk dijadikan daerah pengamatan dalam menilai kondisi terumbu karang. Berdasarkan penelitian ini, kelimpahan famili Chaetodontidae memiliki hubungan yang cukup kuat terhadap persentase tutupan karang hidup. Kelimpahan ikan Chaetodontidae terdapat pada beberapa stasiun pengamatan. Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dengan kisaran 1.08 –1.93, sedangkan Indeks Keseragaman E berkisar antara 0.85 – 0.98 yang berarti dalam kategori komunitas stabil dalam arti jumlah individu di setiap spesies adalah sama atau hampir sama. Indeks Dominansi C antara 0.17 – 0.35 yang termasuk dalam kategori rendah. Dalam komunitas ikan Chaetodontidae yang ditemukan tidak ditemukan jumlah ikan Chaetodontidae spesies tertentu yang mendominasi terhadap jumlah spesies lainnya. Sedangkan persentase tutupan karang keras dan karang mati bahwa rata- rata persentase tutupan 50.03 pada karang keras dan 21.53 pada karang mati menunjukkan kondisi terumbu karang di Pulau Liwutongkidi termasuk ke dalam kondisi baik. Namun beberapa dari stasiun memiliki persentase tutupan karang yang rendah akibat dari tekanan alami dan kegiatan manusia dalam mencari ikan yang merusak terumbu karang. Bentuk perusakan terumbu karang yang terdeteksi di Pulau Liwutongkidi adalah penggunaan bom ikan, racun sianida, pukat pantai 62 79 tadaho dan pemasangan bubu sehingga mempengaruhi kelimpahan ikan karang dan persentase terumbu karang. Atas dasar permasalahan yang dapat merusak terumbu karang dan ikan karang, maka perlu dilakukan pengelolaan terhadap Pulau Liwutongkidi yang berupa penetapan sebagai Kawasan Konservasi Laut Daerah KKLD. Penetapan Kawasan Konservasi Laut Daerah Pulau Liwutongkidi berdasarkan SK Bupati Buton 15782005. Walaupun telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi laut daerah, pengelolaan kawasan perlu ditingkat guna meningkatkan status kondisi terumbu karang menjadi lebih baik. Beberapa rekomendasi dalam pengelolaan berbasis ekologi atas dasar penelitian ini adalah: 1. Pelarangan terhadap semua bentuk kegiatan penangkapan ikan di stasiun- stasiun yang tercatat memiliki persentase tutupan karang yang rendah dan indeks mortalitas yang tinggi. Pelarangan ini bertujuan dan meningkatkan kelimpahan dan keanekaragaman terumbu karang dan biota yang berasosiasi di dalamnya. Selain itu pada lokasi tersebut dapat dilakukan upaya rehabilitasi dengan kegiatan transplantasi karang yang disesuaikan dengan karakteristik perairan. 2. Pelarangan penggunaan alat tangkap yang merusak lingkungan bom, bius dan jaring dengan ukuran mata jaring kecil. Diharapkan dengan pelarangan dapat memberikan perlindungan terhadap ikan Chaetodontidae. Selain itu ikan Chaetodontidae yang tertangkap ketika nelayan menangkap ikan target dapat dilepaskan kembali ke habitatnya. 3. Lokasi di Pulau Liwutongkidi yang memiliki kondisi karang cukup baik dapat dijadikan sebagai tempat wisata yang ramah lingkungan. Menjadikan Pulau Liwutongkidi sebagai tempat wisata diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan tekanan terhadap karang dan ikan Chaetodontidae akibat penangkapan. 4. Pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan terhadap kawasan konservasi laut daerah. Pemantauan dan evaluasi bertujuan menelaah kondisi terumbu karang dan ikan karang terutama ikan Chaetodontidae, sehingga ketika terjadi perubahan terhadap kondisi terumbu dan ikan Chaetodontidae dapat terdeteksi secara cepat. 63 80 Berdasarkan rekomendasi diatas maka kunci keberhasilan dalam penerapan kawasan konservasi laut daerah dalam rangka pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkesinambungan terletak pada partisipasi dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat sebagai pelaku utama. Tanpa dukungan dari masyarakat, proses-proses pengelolaan kawasan laut daerah tidak akan memberikan perubahan yang berarti. Masyarakat harus dilibatkan secara menyeluruh dalam pengelolaan. Kegagalan pengelolaan akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat nelayan. Kerugian terbesar bagi masyarakat adalah berkurangnya stok ikan yang mengarahkan kepada hilangannya sumber pemasukan bagi keluarga nelayan yang menjadi sumber mata pencaharian utama dan hilangnya ikan sebagai sumber protein. 64 81 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan