Metode Recall Profil, Lokasi Usaha dan Fasilitas Saung Lele

32 Dimana : SR : ³´µ ¶·¶¸¹ µ ¸º » tingkat kelangsungan hidup benih Nt : Jumlah benih yang hidup pada akhir pemeliharaan ekor No : Jumlah benih yang hidup pada awal pemeliharaan penebaran ekor Penggunaan nilai asumsi dan hasil perhitungan nilai SR dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

4.4. Metode Recall

Metode µ » ¼ ¸¹ l adalah metode yang digunakan untuk memperoleh suatu data dari pelaku usaha dengan cara mengingat kejadian di masa lampau. Namun metode tersebut memiliki kelemahan yaitu berdasarkan ingatan atau pengalaman pelaku usaha yang belum tentu ditunjang dengan pencatatan data yang baik. Tetapi dalam penentuan jumlah data pada masa yang sudah lampau yang tidak memiliki catatan atau data yang pasti maka metode yang tepat untuk digunakan adalah metode µ » ¼ ¸¹ l ½ Metode µ » ¼ ¸¹ l digunakan untuk mendapatkan data mengenai jumlah kematian benih yang diakibatkan oleh sumber risiko hama, penyakit, kualitas air, dan kanibalisme.

4.5. Metode Analisis Data

Data primer dan sekunder yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis menggunakan metode analisis deskriptif dan analisis risiko. Data yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber risiko produksi pembenihan ikan lele adalah data kualitatif hasil wawancara yang kemudian dianalisis menggunakan metode deskriptif. Untuk mengetahui seberapa besar probabilitas dan dampak risiko produksi pembenihan ikan lele digunakan data kuantitatif yang berasal dari data produksi dan laporan keuangan, data tersebut kemudian diolah menggunakan metode analisis risiko dengan bantuan m · ¼ µ ¾¿ ¾ À º o À À · ¼ » » xcel. Dalam menganalisis alternatif strategi mengatasi risiko digunakan analisis deskriptif menggunakan data kualitatif. 33

4.5.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis yang menjelaskan atau memaparkan hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Tujuan analisis deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di Saung Lele.

4.5.2. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko

Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z- Á  o à ÄÅ Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus desimal. Data yang terkait adalah jumlah benih berukuran 2-3 cm yang dihasilkan, total benih yang mati pada setiap siklusperiode, jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko pada setiap siklusperiode, dan batas normal kematian benih. Data mengenai jumlah benih berukuran 2-3 cm yang dihasilkan didapat dari catatan perusahan, sedangkan data jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko pada setiap siklusperiode, dan batas normal kematian diperoleh dari manajer produksi berdasarkan wawancara dengan metode Ã Ä Â ÆÇ l. Data yang digunakan adalah data pada Januari - Desember tahun 2012. Data pada bulan Januari November 2012 diperoleh dengan menggunakan metode à Ä ÆÇ l, hal tersebut dikarenakan agar pemilik usaha dan manajer produksi tidak terlalu jauh untuk mengingat jumlah benih yang mati dan penyebab kematian benih tersebut pada setiap siklusperiode. Data yang dihasilkan dengan menggunakan metode Ã Ä Â ÆÇ l adalah data kematian dengan angka persen dari setiap sumber risiko. Sedangkan data pada bulan Desember 2012 diperoleh 34 dengan observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Data persen kematian benih ikan lele Sangkuriang dapat dilihat pada Lampiran 4. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan data kematian benih setelah mendapatkan data kematian dalam bentuk persen dari setiap sumber risiko produksi adalah sebagai berikut : Dimana : Benih Mati = Benih yang mati akibat sumber risiko pada siklusperiode tertentu Kematian Benih = Total benih yang mati ekor pada 1 siklus 1 bulan Persen Kematian Benih = Persen benih yang mati dari total kematian benih pada siklusperiode tertentu dari setiap sumber. Contoh perhitungan sebagai berikut: Data kematian benih ikan lele Sangkuriang di Saung Lele pada bulan Desember 2012 diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber adalah sebagai berikut : 1. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh penyakit secara manual dengan indikator fisik benih terdapatnya bengkak merah pada bagian tubuh yang disebabkan oleh penyakit MAS mo ÈÉ l Ê ËÊÌ ÍÎ on ËÏ Ï Ê p ÈÉ Ð Ê m ÊË dan serabut putih pada bagian tubuh yang disebabkan oleh jamur. Benih mati pada bulan Januari Hama  110.513 ekor x 3 = 3.315 ekor Penyakit  110.513 ekor x 7 = 7.735 ekor Kualitas Air  110.513 ekor x 40 = 44.205 ekor Kanibalisme  110.513 ekor x 50 = 55.256 ekor 35 2. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh kualitas air secara manual dengan indikator fisik benih tidak menunjukkan adanya kematian yang disebabkan oleh penyakit. 3. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh hama dengan indikator terdapatnya hama pada kolam pemeliharaan dengan asumsi setiap 1 ekor hama dapat menghabiskan benih sebanyak 500 600 ekor. 4. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh kanibalisme saat pemanenan dengan penghitungan sebagai berikut : Dimana : BM.K = Benih mati akibat kanibalisme ekor No = Jumlah benih awal ekor Nt = Jumlah benih akhir ekor BM.P = Benih mati akibat penyakit ekor BM.KA = Benih mati akibat kualitas air yang buruk ekor BM.H = Benih mati akibat hama ekor Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh data kematian benih ikan lele Sangkuriang di Saung Lele yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko produksi pada setiap siklus atau periode. Data kematian benih ikan lele Sangkuriang dapat dilihat pada Lampiran 5. Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi pembenihan ikan lele Sangkuriang. Angka atau jumlah kematian benih yang digunakan dalam pengaplikasian rumus dapat dilihat pada Lampiran 5. Batas kematian benih akibat sumber risiko yang dianggap masih dalam taraf normal ditentukan oleh pemilik usaha atau manajer produksi. BM.K = No BM.P + BM.KA +BM.H Nt BM.K = 186.750 1.410 + 30.877 +2.335 139.325 = 12.803 ekor 36 Menurut Kountur 2006, langkah yang dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang adalah : 1. Menghitung rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko Dimana: X = Nilai rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko ekor Xi = Nilai kematian benih per siklus akibat kejadian berisiko ekor n = Jumlah data atau siklus 12 siklus Contoh perhitungan rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko adalah sebagai berikut : Nilai rata-rata kematian benih ikan lele Sangkuriang akibat hama pada tahun 2012 adalah 11.762 ekor. 2. Menghitung nilai standar deviasi kematian beni akibat kejadian berisiko Dimana: Ñ = Standar deviasi kematian benih akibat kejadian berisiko ekor Xi = Nilai kematian benih per siklus akibat kejadian berisiko ekor X = Nilai rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko ekor n = Jumlah data atau siklus 12 Nilai rata-rata kematian benih akibat hama pada tahun 2012 X = 3.315 + 5.199 + ........+ 1.192 + 2.335 12 = 11.762 ekor 37 Contoh perhitungan nilai standar deviasi kematian benih akibat kejadian berisiko adalah sebagai berikut : Nilai standar deviasi kematian benih ikan lele Sangkuriang akibat hama pada tahun 2012 adalah 11.190 ekor. 3. Menghitung z- Ò Ó o Ô Õ Dimana: Z = Nilai z- Ò Ó o Ô Õ dari kejadian berisiko Xi = Batas kematian benih akibat sumber risiko yang dianggap masih dalam taraf normal ekor X = Nilai rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko ekor Ö = Standar deviasi kematian benih akibat kejadian berisiko ekor Contoh perhitungan nilai z- Ò Ó o Ô Õ adalah sebagai berikut : Nilai z- Ò Ó o Ô Õ akibat hama pada tahun 2012 adalah 0,29. Jika hasil z- Ò Ó o Ô Õ yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai z- Ò Ó o Ô Õ positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal z. 4. Nilai probabilitas terjadinya risiko produksi Nilai standar deviasi kematian benih akibat hama pada tahun 2012 S = 3.315-11.762 2 + 5.199-11.762 2 + ........+ 2.335-11.762 2 12-1 = 11.190 ekor Nilai z- Ò Ó o Ô Õ dari akibat hama pada tahun 2012 Z = 15.000 ekor - 11.762 ekor 11.190 ekor = 0,29 38 Setelah nilai z- × Ø o Ù Ú dari produksi pembenihan ikan lele diketahui, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z normal sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi benih lele Sangkuriang mendatangkan kerugian. Contoh penetapan nilai probabilitas sumber hama berdasarkan tabel Z : Tabel 7. Distribusi Z 0,0 0,4 Normal Z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,0 0,500 0,496 0,492 0,488 0,484 0,480 0,476 0,472 0,463 0,464 0,1 0,460 0,456 0,452 0,448 0,444 0,440 0,436 0,433 0,429 0,425 0,2 0,421 0,417 0,413 0,409 0,405 0,401 0,397 0,394 0,390 0,386 0,3 0,382 0,378 0,374 0,371 0,367 0,363 0,359 0,356 0,352 0,384 0,4 0,345 0,341 0,377 0,334 0,330 0,326 0,323 0,319 0,316 0,312 Nilai Z = 0,29 maka nilai probabilitasnya adalah 0,386 atau 38,6 persen.

4.5.3. Analisis Dampak Risiko

Metode yang sering digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR ÛÜÝ ÞÚ Ü ß àá × â . VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Data yang terkait adalah jumlah benih berukuran 2-3 cm yang dihasilkan, total benih yang mati pada setiap siklusperiode, jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko pada setiap siklusperiode, dan harga jual benih berukuran 2-3 cm yaitu Rp 40ekor. Data mengenai harga jual benih ukuran 2-3 cm dan jumlah benih berukuran 2-3 cm yang dihasilkan didapat dari catatan perusahan, sedangkan data jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko pada setiap siklusperiode diperoleh dari manajer produksi berdasarkan wawancara dengan metode Ù Ú ØÜÝ l. Data yang digunakan adalah data pada Januari - Desember tahun 2012. Analisis menggunakan metode VaR dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi pembenihan ikan lele di Saung Lele. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi sebagai akibat dari terjadinya 39 sumber-sumber risiko. Angka atau jumlah kematian benih yang digunakan dalam pengaplikasian rumus dapat dilihat pada Lampiran 5. Menurut Kountur 2006, VaR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Dimana : VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko X = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko Rp Z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 30 ã = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko Rp n = Banyaknya kejadian berisiko atau siklus 12 Contoh perhitungan nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko adalah sebagai berikut : Nilai rata-rata kerugian akibat hama pada tahun 2012 adalah Rp 470.487. Contoh penetapan nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 30 : Tabel 8. Distribusi Z 0,2 0,6 Normal Z 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08 0,09 0,2 0,421 0,417 0,413 0,409 0,405 0,401 0,397 0,394 0,390 0,386 0,3 0,382 0,378 0,374 0,371 0,367 0,363 0,359 0,356 0,352 0,384 0,4 0,345 0,341 0,377 0,334 0,330 0,326 0,323 0,319 0,316 0,312 0,5 0,309 0,305 0,302 0,298 0,295 0,291 0,288 0,284 0,281 0,278 0,6 0,274 0,271 0,268 0,264 0,261 0,258 0,255 0,251 0,248 0,245 Nilai rata-rata kerugian akibat hama pada tahun 2012 X = 3.315 + 5.199 + ........+ 1.192 + 2.335 x Rp 40 12 = Rp 470.487 40 Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 30 dilihat dari angka yang mendekati 30 atau 0,300 yaitu 0,302 dan 0,298 sehingga nilai z dengan alfa 30 adalah 0,523. Contoh perhitungan nilai standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko adalah sebagai berikut : Nilai standar deviasi kerugian akibat hama pada tahun 2012 adalah Rp 447.618. Contoh perhitungan nilai dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko adalah sebagai berikut : Nilai dampak kerugian akibat hama pada tahun 2012 adalah Rp 470.487.

4.5.4. Pemetaan Risiko

Menurut Kountur 2008 dan Djohanputro 2008, sebelum melakukan penanganan pada risiko, hal yang perlu dilakukan adalah membuat peta risiko. Peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas dan sumbu horizontal menggambarkan dampak. Peta risiko untuk mengetahui letak sumber risiko pada Saung Lele memiliki 4 kuadran yang masing-masing kuadaran memiliki tingkat probabilitas dan dampak yang berbeda. Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 8 berikut ini : Nilai standar deviasi kerugian akibat hama pada tahun 2012 S = 132.600- 470.487 2 +..........................+ 93.400- 470.487 2 12-1 = Rp 447.618 Nilai dampak kerugian yang ditimbulkan akibat hama pada tahun 2012 VaR = 470.487 + 0,523 447.618 12 = Rp 538.067 41 Gambar 8. Peta Risiko Sumber: Kountur 2008 dan Djohanputro 2008 Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecilnya terjadinya risiko ditentukan oleh pemilik usah. Sama halnya dengan probabilitas, batas dampak risiko besar dan kecil juga ditentukan oleh pemilik usaha.

4.5.5. Penanganan Risiko

Berdasarkan hasil pemetaan risiko pada peta risiko, maka selanjutnya dapat ditetapkan strategi penanganan risiko yang sesuai. Terdapat dua strategi yang dapat dilakukan untuk menangani risiko, yaitu : 1. Penghindaran Risiko Preventif Strategi preventif dilakukan untuk risiko yang tergolong dalam probabilitas risiko yang besar. Strategi preventif akan menangani risiko yang berada pada kuadran 1 dan 2. Penanganan risiko dengan menggunakan strategi preventif, maka risiko yang ada pada kuadran 1 akan bergeser ke kuadran 3 dan risiko yang berada pada kuadran 2 akan bergeser ke kuadran 4 Kountur, 2008. Pergesaran tersebut menandakan bahwa upaya yang dilakukan bertujuan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya atau nilai probabilitas sehingga sebisa mungkin untuk Probabilitas Besar Kecil Dampak Rp Besar Kecil Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 42 mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya sumber risiko tersebut. Penanganan risiko menggunakan strategi preventif dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9 . Preventif Risiko Sumber: Kountur 2008 Strategi preventif yang dapat dilakukan dalam kegiatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut : 1. Menjaga ketersediaan pakan alami pada wadah pemeliharaan. 2. Melakukan kultur pakan alami. 3. Melakukan sortasi dan äå æçè n ä é 4. Menjaga kualitas air dan pemberian probiotik. 5. Mengoptimalkan dalam pembuatan wadah pemeliharaan. 6. Persiapan wadah secara optimal. 2. Mitigasi Risiko Strategi mitigasi digunakan untuk meminimalkan atau mengurangi dampak risiko yang terjadi. Risiko yang berada pada kuadran dengan dampak yang besar diusahakan dengan menggunakan strategi mitigasi dapat bergeser ke kuadran yang memiliki dampak risiko yang kecil. Strategi mitigasi akan menangani risiko sedemikian rupa sehingga risiko yang berada pada kuadran 2 bergeser ke kuadran 1 dan risiko yang berada pada kuadran 4 akan bergeser ke kuadran 3. Pergesaran tersebut menandakan bahwa upaya yang dilakukan bertujuan untuk memperkecil dampak kerugian yang ditimbulkan akibat terjadinya sumber risiko tersebut. Probabilitas Besar Kecil Dampak Rp Besar Kecil Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 43 Strategi mitigasi pada pembenihan ikan lele sangkuriang dapat dilakukan dengan metode diversifikasi dan pengalihan risiko. Mitigasi risiko dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 . Mitigasi Risiko Sumber: Kountur 2008 Strategi mitigasi yang dapat dilakukan dalam kegiatan usaha pembenihan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut : 1. Pemberian obat pada ikan yang terjangkit penyakit. 2. Menjalin kerjasama dengan pemasok pakan alami. 3. Diversifikasi dengan pendirian kolam atau wadah pemeliharaan di lokasi yang lebih ideal untuk melakukan kegiatan pembenihan. 4. Pengalihan risiko dilakukan dengan êëìë í î ïîðñò n ñ oleh pelaku pendederan atau pembesaran yang membutuhkan pasokan benih berkesinambungan. Probabilitas Besar Kecil Dampak Rp Besar Kecil Kuadran 1 Kuadran 2 Kuadran 3 Kuadran 4 44 V. GAMBARAN UMUM SAUNG LELE

5.1. Profil, Lokasi Usaha dan Fasilitas Saung Lele

Saung Lele didirikan pada bulan Maret tahun 2010. Kegiatan usaha yang dilakukan yaitu penjualan induk ikan lele sangkuriang dan pembenihan ikan lele sangkuriang. Dalam satu bulan rata-rata jumlah produksi Saung Lele mampu menghasilkan benih ikan lele sangkuriang rata-rata 120.000 ekor. Awal mula berdirinya Saung Lele, selain didasari keinginan untuk usaha, berdirinya Saung Lele juga didasari karena ingin membangkitkan kembali daerah yang pernah dikenal sebagai daerah penghasil lele dumbo. Dengan berkembangnya kegiatan usaha yang dilakukan oleh Saung Lele, kini Saung Lele mendapatkan perhatian dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Saung Lele juga telah memiliki 3 mitra usaha dalam pembenihan dan pasar tetap dari Satuan Batalyon Infantri di daerah Cibinong dan Pak Masril di Tangerang yang melakukan kegiatan pembesaran. Saung Lele adalah pembudidaya ikan tahap pembenihan yang telah memiliki sertifikat Lele Sangkuriang. Saung Lele berlokasi di Perum Purimas 2 Blok EE 12, Kampung Jumbo, Kelurahan Pasir Jambu, Sukaraja Kabupaten Bogor. Lokasi tersebut dinamakan Kampung Jumbo karena sejarah dari lokasi tersebut pernah menjadi daerah yang digunakan untuk kegiatan usaha budidaya lele dumbo. Luas lahan yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat usaha yaitu 672 m 2 dengan status kepemilikan lahan yaitu milik sendiri. Fasilitas yang dimiliki yaitu induk ikan lele sangkuriang yang didapat dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar BBPBAT Sukabumi dan Balai Pengembangan Budidaya Air Tawar BPBAT Subang, kolam induk berupa kolam tanah sebanyak 4 unit 2 x 3 m, kolam pemeliharaan benih berupa kolam terpal sebanyak 47 unit dengan ukuran 4 x 4 sebanyak 4 unit, 4 x 2 sebanyak 5 unit, ukuran 1,5 x 4 sebanyak 17 unit, dan 1,5 x 3 sebanyak 21 unit. Ruangan pendukung lainnya yaitu rumah jaga yang didalamnya terbagi menjadi ruang pakan, ruang istirahat, dan ruang saprokan. 45

5.2. Kegiatan Produksi