33
4.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis
yang menjelaskan atau
memaparkan hasil pengamatan tanpa melakukan pengujian statistik. Tujuan analisis deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual,
dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi
sumber risiko produksi dalam usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di Saung Lele.
4.5.2. Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko
Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya
kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan
terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-
Á Â
o
à ÄÅ
Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus desimal. Data yang terkait adalah jumlah benih berukuran 2-3 cm yang
dihasilkan, total benih yang mati pada setiap siklusperiode, jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko pada setiap siklusperiode, dan
batas normal kematian benih. Data mengenai jumlah benih berukuran 2-3 cm yang dihasilkan didapat dari catatan perusahan, sedangkan data jumlah benih yang
mati yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko pada setiap siklusperiode, dan batas normal kematian diperoleh dari manajer produksi berdasarkan wawancara
dengan metode
à Ä
 ÆÇ
l. Data yang digunakan adalah data pada Januari - Desember tahun 2012. Data
pada bulan Januari November 2012 diperoleh dengan menggunakan metode
à ÄÂ
ÆÇ
l, hal tersebut dikarenakan agar pemilik usaha dan manajer produksi tidak terlalu jauh untuk mengingat jumlah benih yang mati dan penyebab kematian
benih tersebut pada setiap siklusperiode. Data yang dihasilkan dengan menggunakan metode
Ã Ä Â ÆÇ
l adalah data kematian dengan angka persen dari setiap sumber risiko. Sedangkan data pada bulan Desember 2012 diperoleh
34 dengan observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian. Data persen
kematian benih ikan lele Sangkuriang dapat dilihat pada Lampiran 4. Rumus yang digunakan untuk mendapatkan data kematian benih setelah
mendapatkan data kematian dalam bentuk persen dari setiap sumber risiko produksi adalah sebagai berikut :
Dimana : Benih Mati = Benih yang mati akibat sumber risiko pada siklusperiode
tertentu Kematian Benih = Total benih yang mati ekor pada 1 siklus 1 bulan
Persen Kematian Benih = Persen benih yang mati dari total kematian benih pada siklusperiode tertentu dari setiap sumber.
Contoh perhitungan sebagai berikut:
Data kematian benih ikan lele Sangkuriang di Saung Lele pada bulan Desember 2012 diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan langsung di lokasi
penelitian. Langkah yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah benih yang mati yang diakibatkan oleh setiap sumber adalah sebagai berikut :
1. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh penyakit secara manual dengan indikator fisik benih terdapatnya bengkak merah pada bagian
tubuh yang disebabkan oleh penyakit MAS mo
ÈÉ
l
Ê ËÊÌ ÍÎ
on
ËÏ Ï Ê
p
ÈÉ Ð
Ê
m
ÊË
dan serabut putih pada bagian tubuh yang disebabkan oleh jamur.
Benih mati pada bulan Januari Hama
110.513 ekor x 3 = 3.315 ekor Penyakit
110.513 ekor x 7 = 7.735 ekor Kualitas Air
110.513 ekor x 40 = 44.205 ekor Kanibalisme
110.513 ekor x 50 = 55.256 ekor
35 2. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh kualitas air secara manual
dengan indikator fisik benih tidak menunjukkan adanya kematian yang disebabkan oleh penyakit.
3. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh hama dengan indikator terdapatnya hama pada kolam pemeliharaan dengan asumsi setiap 1 ekor
hama dapat menghabiskan benih sebanyak 500 600 ekor.
4. Menghitung benih mati yang diakibatkan oleh kanibalisme saat pemanenan dengan penghitungan sebagai berikut :
Dimana : BM.K
= Benih mati akibat kanibalisme ekor No
= Jumlah benih awal ekor Nt
= Jumlah benih akhir ekor BM.P
= Benih mati akibat penyakit ekor BM.KA = Benih mati akibat kualitas air yang buruk ekor
BM.H = Benih mati akibat hama ekor
Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh data kematian benih ikan lele Sangkuriang di Saung Lele yang diakibatkan oleh setiap sumber risiko produksi
pada setiap siklus atau periode. Data kematian benih ikan lele Sangkuriang dapat dilihat pada Lampiran 5.
Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi pembenihan ikan lele Sangkuriang. Angka atau jumlah
kematian benih yang digunakan dalam pengaplikasian rumus dapat dilihat pada Lampiran 5. Batas kematian benih akibat sumber risiko yang dianggap masih
dalam taraf normal ditentukan oleh pemilik usaha atau manajer produksi. BM.K = No
BM.P + BM.KA +BM.H Nt
BM.K = 186.750 1.410 + 30.877 +2.335
139.325 = 12.803 ekor
36 Menurut Kountur 2006, langkah yang dilakukan untuk melakukan
perhitungan kemungkinan terjadinya risiko menggunakan metode ini dan aplikasinya pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang adalah :
1. Menghitung rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko
Dimana: X
= Nilai rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko ekor Xi = Nilai kematian benih per siklus akibat kejadian berisiko ekor
n = Jumlah data atau siklus 12 siklus
Contoh perhitungan rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko adalah sebagai berikut :
Nilai rata-rata kematian benih ikan lele Sangkuriang akibat hama pada tahun 2012 adalah 11.762 ekor.
2. Menghitung nilai standar deviasi kematian beni akibat kejadian berisiko
Dimana:
Ñ
= Standar deviasi kematian benih akibat kejadian berisiko ekor Xi = Nilai kematian benih per siklus akibat kejadian berisiko ekor
X = Nilai rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko ekor
n = Jumlah data atau siklus 12
Nilai rata-rata kematian benih akibat hama pada tahun 2012 X = 3.315 + 5.199 + ........+ 1.192 + 2.335
12 = 11.762 ekor
37 Contoh perhitungan nilai standar deviasi kematian benih akibat kejadian
berisiko adalah sebagai berikut :
Nilai standar deviasi kematian benih ikan lele Sangkuriang akibat hama pada tahun 2012 adalah 11.190 ekor.
3. Menghitung z-
Ò Ó
o
Ô Õ
Dimana: Z
= Nilai z-
Ò Ó
o
Ô Õ
dari kejadian berisiko Xi = Batas kematian benih akibat sumber risiko yang dianggap masih
dalam taraf normal ekor X
= Nilai rata-rata kematian benih akibat kejadian berisiko ekor
Ö
= Standar deviasi kematian benih akibat kejadian berisiko ekor
Contoh perhitungan nilai z-
Ò Ó
o
Ô Õ
adalah sebagai berikut :
Nilai z-
Ò Ó
o
Ô Õ
akibat hama pada tahun 2012 adalah 0,29. Jika hasil z-
Ò Ó
o
Ô Õ
yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai
z-
Ò Ó
o
Ô Õ
positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal z.
4. Nilai probabilitas terjadinya risiko produksi
Nilai standar deviasi kematian benih akibat hama pada tahun 2012 S = 3.315-11.762
2
+ 5.199-11.762
2
+ ........+ 2.335-11.762
2
12-1 = 11.190 ekor
Nilai z-
Ò Ó
o
Ô Õ
dari akibat hama pada tahun 2012 Z = 15.000 ekor - 11.762 ekor
11.190 ekor = 0,29
38 Setelah nilai z-
× Ø
o
Ù Ú
dari produksi pembenihan ikan lele diketahui, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari
tabel distribusi z normal sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi benih lele Sangkuriang mendatangkan kerugian.
Contoh penetapan nilai probabilitas sumber hama berdasarkan tabel Z :
Tabel 7. Distribusi Z 0,0 0,4 Normal
Z 0,00
0,01 0,02
0,03 0,04
0,05 0,06
0,07 0,08
0,09 0,0
0,500 0,496
0,492 0,488
0,484 0,480
0,476 0,472
0,463 0,464
0,1 0,460
0,456 0,452
0,448 0,444
0,440 0,436
0,433 0,429
0,425 0,2
0,421 0,417
0,413 0,409
0,405 0,401
0,397 0,394
0,390 0,386
0,3 0,382
0,378 0,374
0,371 0,367
0,363 0,359
0,356 0,352
0,384 0,4
0,345 0,341
0,377 0,334
0,330 0,326
0,323 0,319
0,316 0,312
Nilai Z = 0,29 maka nilai probabilitasnya adalah 0,386 atau 38,6 persen.
4.5.3. Analisis Dampak Risiko