Perumusan Masalah Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Pada Saung Lele di Kampung Jumbo Sukaraja Kabupaten Bogor

7 salah satu input kegiatan budidaya pembesaran lele, sehingga sangat penting penangannya dalam peningkatan produksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembenihan ikan lele lebih berisiko dibandingkan kegiatan pembesaran ikan lele. Dengan demikian, pengelolaan risiko benih lele menjadi penting dalam keberhasilan produksi. Risiko produksi benih menjadi faktor penyebab gagalnya produksi. Risiko produksi pembenihan ikan lele dapat disebabkan oleh berbagai sumber. Semakin banyak sumber risikonya, maka peluang risikonya akan semakin besar. Untuk itulah kajian mengenai risiko produksi pembenihan lele sangat penting dilakukan. Salah satu pelaku yang bergerak dalam usaha pembenihan ikan lele adalah Saung Lele. Perusahaan ini fokus pada kegiatan pembenihan ikan lele Sangkuriang dan telah memiliki sertifikat lele sangkuriang. Lele Sangkuriang merupakan salah satu jenis lele yang memiliki keunggulan diantaranya daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dibandingkan jenis lele lainnya Saung Lele menghasilkan rata-rata 120.000 ekor benih berukuran 2 3 cm setiap bulannya. Namun dalam menjalankan kegiatan usaha tentunya tidak dapat dipisahkan dari risiko. Salah satu risiko yang terkait dengan usaha yang dilakukan Saung Lele adalah risiko produksi. Risiko produksi mempunyai pengaruh terhadap hasil produksi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya antisipasi dan penanganan dalam faktor-faktor tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Saung Lele merupakan pelaku budidaya perikanaan yang bergerak dalam bidang pembenihan ikan air tawar. Produk yang dihasilkan oleh Saung Lele yaitu benih ikan lele Sangkuriang. Berdasarkan penelitian dan sumber pustaka mengenai ikan lele Sangkuriang BPPBAT Sukabumi, Darseno 2010, Ghufron 2010 dengan biomassa induk lele Sangkuriang induk betina seberat 5 kg, mampu menghasilkan benih berumur 25 hari dengan tingkat kelangsungan hidup SR 4 56 787 9: 6 9; lebih dari 90 persen atau lebih dari 168.000 ekor, sedangkan Saung Lele menghasilkan benih berumur 25 hari dengan SR rata-rata 70,2 persen atau jumlah rata-rata 120.000 ekor benih. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara standar dengan aktual. 8 Dalam melakukan kegiatan usaha pembenihan ada beberapa faktor yang diindikasikan sebagai sumber risiko produksi yang akan mempengaruhi hasil produksi seperti kualitas induk, kualitas pakan, kualitas air, suhu air, cuaca, kanibalisme, hama dan penyakit. Kualitas induk akan mempengaruhi hasil produksi yang apabila kualitas induk yang digunakan berkualitas buruk baik itu jantan ataupun betina, maka akan menyebabkan fekunditas jumlah telur yang dihasilkan sedikit, =? A l A zation rate derajat pembuahan yang tidak sempurna, hatching rate derajat penetasan yang rendah, serta benih yang tidak berkualitas sehingga survival rate tingkat kelangsungan hidup akan bernilai rendah, dan begitu juga sebaliknya. Kualitas pakan juga menjadi salah satu masalah pada produksi, apabila kualitas pakan yang digunakan kurang baik, maka pertumbuhan dan daya tahan ikan akan berkurang. Selain itu, buruknya kualitas pakan juga dapat mempengaruhi kualitas air yang apabila kualitas air pemeliharaan memburuk, dapat menyebabkan kematian benih-benih tersebut. Faktor lainnya yaitu cuaca pada waktu pemeliharaan. Kondisi cuaca tertentu dapat mempengaruhi fluktuasi suhu dan timbulnya serangan hama dan penyakit. Dalam budidaya, adanya perubahan suhu sangat perlu diperhatikan. Perubahan suhu yang drastis dapat menganggu metabolisme dan fisiologi, bahkan dapat menyebabkan kematian. Serangan hama yang menyerang ikan lele adalah hama yang bersifat predator yang menjadikan benih-benih sebagai pakannya. Sedangkan penyakit yang sering menyerang ikan lele yaitu white spot dengan ciri- ciri pada tubuh dan insang ikan terdapat bintik-bintik putih yang dapat menyebabkan kematian pada ikan. Hasil produksi Saung Lele setiap bulannya tidak selalu 120.000 ekor yang artinya terjadi fluktuasi hasil produksi atau fluktuasi nilai SR survival ratetingkat kelangsungan hidup. Hal ini disebabkan tingkat MR mortalitas rate derajat kematian benih yang berbeda pada setiap bulannya yang dipengaruhi oleh sumber risiko produksi selama proses pemeliharaan. Fluktuasi SR benih ikan lele sangkuriang yang dihasilkan oleh Saung Lele pada tahun 2011 2012 dapat dilihat pada Gambar 1. 9 Gambar 1. Fluktuasi SR Benih Ikan Lele Sangkuriang di Saung Lele Tahun 2011 - 2012 Gambar 1 menunjukkan adanya fluktuasi BCD EF EGH IGJ K benih ikan lele di Saung Lele. SR tertinggi terjadi pada bulan Juli 2012 yaitu 84,6. Sedangkan SR terendah terjadi pada bulan Desember 2011 yaitu 36,5. Kematian benih terbanyak pada bulan Desember 2011 disebabkan oleh kanibalisme sebesar 55 60 dari total kematian pada siklus tersebut. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pelaku usaha, penyebab fluktuasi SR adalah kanibalisme, penyakit, perubahan suhu yang drastis. Adanya fluktuasi L CD EFE G l D GJ K mengindikasikan bahwa terjadi risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di Saung Lele. Kegiatan pembenihan tersebut memiliki tingkat risiko yang tinggi pada proses produksinya karena memiliki sifat yang tergantung pada kondisi alam yang tidak dapat dikendalikan. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk dapat meminimalisasi risiko tersebut. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1. Apa saja sumber risiko produksi yang terdapat pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di Saung Lele? 2. Bagaimana probabilitas dan dampak dari sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele Sangkuriang di Saung Lele? 3. Bagaimana alternatif strategi untuk mengatasi risiko produksi pembenihan ikan lele Sangkuriang di Saung Lele? Ekor Bulan 10

1.3. Tujuan Penelitian