Latar Belakang Analisis Risiko Produksi Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang Pada Saung Lele di Kampung Jumbo Sukaraja Kabupaten Bogor

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan atau budidaya ikanbinatang air lainnyatanaman air. Menurut Daryanto 2006, sumber daya pada sektor perikanan merupakan salah satu sumber daya yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan memiliki potensi dijadikan sebagai penggerak utama p m mo ekonomi nasional. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki sumber daya perikanan yang besar baik ditinjau dari kuantitas maupun diversitas. Kedua, industri di sektor perikanan memiliki keterkaitan k + o l nk , yang kuat dengan industri- industri lainnya. Ketiga, industri perikanan berbasis sumber daya lokal atau dikenal dengan istilah - . - 0 - n - 1 - , dan keempat Indonesia memiliki keunggulan omp 1 1 , yang tinggi di sektor perikanan sebagaimana dicerminkan dari potensi sumber daya yang ada. Sektor perikanan dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. FAO Food Agricultural Organization atau Organisasi Pangan dan Pertanian telah mempublikasikan bahwa 52 persen kawasan perikanan tangkap dunia sudah full exploited, artinya tidak bisa lagi dieksploitasi lebih lanjut. Negara-negara di Eropa sejak tahun 2003 sudah mengurangi jumlah tangkapan ikan hingga 50 persen karena selama ini telah terjadi eksploitasi berlebihan 1 . Hal ini akan memberikan pengaruh pada perikanan budidaya yaitu diharuskan untuk meningkatkan produksinya demi mencukupi kebutuhan pangan produk perikanan. Salah satu kegiatan perikanan budidaya yang dilakukan adalah budidaya perikanan air tawar. Pada budidaya perikanan air tawar, terdapat beberapa komoditas seperti mas, lele, nila, nilem, gurame, bawal, patin. Dari beberapa komoditas tersebut, ikan yang memiliki daya tahan paling baik adalah ikan lele. Lele merupakan sejenis ikan yang hidup di air tawar yang termasuk dalam golongan catfish. Ikan lele merupakan salah satu ikan konsumsi yang dibudidayakan di Indonesia. 1 http:pk2pm.wordpress.com20100416raksasa-itu-masih-tidur [13 Maret 2012] 2 Ikan lele mempunyai prospek yang baik. Hal ini dilihat dari visi Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu menjadi salah satu penghasil produk perikanan terbesar di dunia pada tahun 2015. Selain itu, pada data produksi perikanan budidaya komoditas lele di Indonesia tahun 2008-2011, komoditas tersebut mengalami perkembangan dengan nilai produksi yang terus meningkat. Tabel produksi perikanan budidaya komoditas lele di Indonesia tahun 2008-2011 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Komoditas Lele di Indonesia Tahun 2008- 2011 Tahun Produksi Ton Pertumbuhan 2008 114.371 - 2009 144.755 26.57 2010 242.811 67,73 2011 337.577 39,02 Sumber : KKP, 2011 diolah Berdasarkan Tabel 1 produksi perikanan budidaya komoditas lele di Indonesia tahun 2008-2011 terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 mengalami pertumbuhan sebesar 26,57 persen, pada tahun 2010 sebesar 67,73 persen dan pada tahun 2011 produksinya mencapai 337.577 ton atau meningkat sebesar 39,02 persen. Komoditas lele ditetapkan sebagai salah satu komoditas unggulan oleh Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan P2HP. Persyaratan komoditas unggulan adalah teknologi berkembang dan dikuasai masyarakat, peluang pasar ekspor tinggi, serapan pasar dalam negeri cukup besar, permodalan relatif rendah, penyerapan kerja tinggi dan hemat BBM. Permintaan pasar akan lele cukup tinggi. Gunawan dan Harianto 2012, menyatakan bahwa permintaan lele di berbagai daerah, seperti Jabodetabek membutuhkan 150 ton per hari. Permintaan ini pun belum termasuk permintaan dari wilayah Jawa Barat lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa beberapa kalangan masyarakat gemar mengkonsumsi ikan lele. Tingginya angka permintaan terhadap ikan lele konsumsi, menyebabkan permintaan terhadap benih ikan lele pun meningkat. Hal ini dikarenakan para pembudidaya ikan lele konsumsi 3 memerlukan pasokan benih yang berkesinambungan sebagai salah satu input dalam kegiatan budidaya ikan lele konsumsi. Jawa Barat merupakan provinsi penghasil ikan lele terbesar di Indonesia. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Tujuh Daerah Penghasil Ikan Lele Konsumsi Terbesar di Indonesia Tahun 2010 Ton No. Provinsi 2010 1 Jawa Barat 91.041 2 Jawa Timur 43.618 3 Jawa Tengah 43.678 4 D. I. Yogyakarta 21.539 5 Lampung 9.097 6 Sumatera Barat 7.087 7 Sumatera Utara 3.637 Sumber : KKP, 2012 Produksi komoditas ikan lele yang dihasilkan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mencapai 91.041 ton. Salah satu wilayah sebagai penyumbang angka tersebut adalah Kabupaten Bogor dengan jumlah produksi sebesar 27,4 atau 24.884 ton. Kabupaten Bogor merupakan wilayah penghasil ikan konsumsi yang cukup tinggi, karena masyarakatnya cukup aktif dalam melakukan usaha di bidang budidaya perikanan air tawar. Hal tersebut dapat dilihat dari pencapaian produksi perikanan di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 dan RTP rumah tangga perikanan di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 yang disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4. Tabel 3. Pencapaian Produksi Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2010 No. Jenis Produksi Target Realisasi Pencapaian Target 2010 2010 1 Ikan Konsumsi ton 34.919,69 36.062,44 103,27 2 Ikan Hias ribu ekor 110.879,76 112.085,82 101,08 3 Benih Ikan ribu ekor 914.569,26 920.352,39 100,63 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010 4 Jika dilihat pada Tabel 3 pencapaian produksi perikanan di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 melebihi target, khususnya pada produksi ikan konsumsi yaitu mencapai 103,27 persen. Target produksi ikan konsumsi di tahun 2010 yaitu sebesar 34.919,69 ton dan realisasinya mencapai 36.062,44 ton. Selain itu, pencapaian produksi pada ikan hias mencapai 101,088 persen yang targetnya sebesar 110.879.760 ekor dan realisasinya 112.085.820 ekor. Sedangkan pada produksi pembenihan pencapaian produksinya mencapai 100,632 persen yang targetnya sebesar 914.569.260 ekor dan realisasinya mencapai 920.352.390 ekor. Tabel 4. RTP Rumah Tangga Perikanan di Kabupaten Bogor Tahun 2010 No. Jenis Usaha Jumlah RTP orang A. Budidaya Perikanan Air Tawar 8.230 1 Kolam Air Tenang KAT 6.605 2 Kolam Air Deras KAD 480 3 Perikanan Sawah 788 4 Jaring Apung 201 5 Karamba 156 B. Perikanan Tangkap Air Tawar 1 Perairan Umum 1.355 Jumlah A + B ikan konsumsi 9.585 C. Ikan Hias 492 D. Pembenihan 1.105 Jumlah 11.182 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010 Jika dilihat dari Tabel 4, terdapat jumlah RTP rumah tangga perikanan di Kabupaten Bogor pada tahun 2010 sebanyak 11.182 orang. Sebanyak 8.230 orang bergerak pada budidaya perikanan air tawar, 1.355 orang bergerak pada perikanan tangkap air tawar, 492 orang bergerak pada ikan hias dan 1.105 bergerak pada pembenihan ikan. Kabupaten Bogor adalah salah satu wilayah penghasil ikan lele di Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan produksi ikan konsumsi di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 sampai 2010 yang disajikan pada Tabel 5 5 dan perkembangan produksi benih ikan di Kabupaten Bogor dari tahun 2008 sampai 2010 yang disajikan pada Tabel 6. Selain itu Kabupaten Bogor juga telah ditetapkan sebagai daerah kawasan minapolitan perikanan budidaya dengan komoditas unggulan perikanan budidayanya adalah ikan lele. Tabel 5. Produksi Ikan Konsumsi Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010 No. Jenis Ikan Produksi ton Pertumbuhan Rata-rata 2008 2009 2010 1 Lele 9.744,80 18.315,02 24.884,52 61,91 2 Mas 8.124,35 3.859,62 4.063,56 -23,60 3 Gurame 1.845,82 1.946,43 2.057,61 5,58 4 Nila 3.494,96 1.842,17 2.073,36 -17,37 5 Bawal 904,91 2.026,14 2.154,66 65,12 6 Patin 571,76 584,84 647,32 6,49 7 Tawes 278,80 75,76 76,13 -36,17 8 Tambakan 48,50 33,67 21,10 -33,96 9 Mujair 29,21 31,68 29,05 0,08 10 Nilem 8,23 2,10 0,00 -87,24 11 Lain-lain 26,95 25,30 0,40 -52,27 Jumlah 25.087,29 28.742,72 36.007,71 19,92 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010 Dari data pada Tabel 5, terdapat beberapa komoditas mengalami peningkatan produksi ikan konsumsi dari tahun 2008 sampai 2010 salah satunya pada komoditas lele. Lele merupakan komoditas ikan konsumsi dengan produksi tertinggi pada tahun 2010. Komoditas lele mengalami peningkatan dengan rata- rata pertumbuhan produksi sebesar 61,91 persen. Namun pertumbuhan komoditas lele konsumsi di Kabupaten Bogor yang terus meningkat setiap tahunnya, tidak didukung dengan pertumbuhan produksi benih ikan lele. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa produksi benih lele mengalami penurunan pada tahun 2009. 6 Tabel 6. Produksi Benih Ikan Kabupaten Bogor Tahun 2008-2010 No. Jenis Ikan Produksi ribu ekor Pertumbuhan 2008 2009 2010 2008- 2009 2009- 2010 Rata- rata 1 Mas 166.502,000 55.663,190 60.715,562 -66,57 9,08 -28,75 2 Nila 109.580,000 35.700,400 36.995,789 -67,42 3,63 -31,90 3 Nilem 397,000 0.000 0.000 -100 0,00 -50,00 4 Mujair 2.181,000 693,060 746,849 -68,22 7,76 -30,23 5 Gurame 92.282,000 36.166,890 37.779,599 -60,81 4,46 -28,17 6 Tawes 9.459,000 5.510,480 5.765,923 -41,74 4,64 -18,55 7 Patin 79.893,000 26.020,270 32.047,376 -67,43 23,16 -22,13 8 Lele 244.634,000 62.020,270 81.063,793 -74,65 30,71 -21,97 9 Sepat Siam 488,000 0.000 0.000 -100,00 0,00 -50,00 10 Tambakan 6.051,000 1.807,470 1.868,744 -70,13 3,39 -33,37 11 Bawal 33.133,000 622.191,810 671.321,250 1777,86 7,90 892,88 Jumlah 744.600,000 847.112,060 928.304,890 13,59 9,76 11,67 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2010 Dari data pada Tabel 6, sebagian besar komoditas mengalami penurunan produksi di tahun 2009 dan meningkat kembali di tahun 2010 salah satunya produksi benih ikan lele dengan pertumbuhan rata-rata sebesar -21,97 persen. Berdasarkan Tabel 5 dan Tabel 6, jika diasumsikan 2 3 ze panen lele konsumsi yang digunakan adalah size 7-10 7-10 ekor dalam 1 kg, rata-rata ukuran panen yang dilakukan pembudidaya lele ukuran konsumsi, maka minimal permintaan terhadap benih ikan lele pada tahun 2010 yaitu sebesar 174.191.640 248.845.200 ekor, sedangkan produksi benih ikan lele pada tahun 2010 hanya mencapai 81.063.793 ekor. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurangnya pasokan benih yang dihasilkan pelaku kegiatan pembenihan ikan lele di Kabupaten Bogor untuk memenuhi permintaan benih dari para pelaku budidaya pembesaran ikan lele di Kabupaten Bogor. Selain itu, produksi benih ikan lele sempat mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2008-2009 sebesar 74,65 persen. Berdasarkan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, hal tersebut disebabkan karena beberapa faktor yang salah satunya adalah risiko produksi yang sulit diantisipasi dan ditangani oleh para pelaku pembenihan sehingga beberapa pelaku pembenihan memilih untuk menghentikan usaha tersebut dan beralih ke usaha lain yang lebih mudah dalam menjalankannya. Padahal benih lele sebagai 7 salah satu input kegiatan budidaya pembesaran lele, sehingga sangat penting penangannya dalam peningkatan produksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pembenihan ikan lele lebih berisiko dibandingkan kegiatan pembesaran ikan lele. Dengan demikian, pengelolaan risiko benih lele menjadi penting dalam keberhasilan produksi. Risiko produksi benih menjadi faktor penyebab gagalnya produksi. Risiko produksi pembenihan ikan lele dapat disebabkan oleh berbagai sumber. Semakin banyak sumber risikonya, maka peluang risikonya akan semakin besar. Untuk itulah kajian mengenai risiko produksi pembenihan lele sangat penting dilakukan. Salah satu pelaku yang bergerak dalam usaha pembenihan ikan lele adalah Saung Lele. Perusahaan ini fokus pada kegiatan pembenihan ikan lele Sangkuriang dan telah memiliki sertifikat lele sangkuriang. Lele Sangkuriang merupakan salah satu jenis lele yang memiliki keunggulan diantaranya daya tahan terhadap penyakit yang lebih baik dan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dibandingkan jenis lele lainnya Saung Lele menghasilkan rata-rata 120.000 ekor benih berukuran 2 3 cm setiap bulannya. Namun dalam menjalankan kegiatan usaha tentunya tidak dapat dipisahkan dari risiko. Salah satu risiko yang terkait dengan usaha yang dilakukan Saung Lele adalah risiko produksi. Risiko produksi mempunyai pengaruh terhadap hasil produksi. Oleh sebab itu, diperlukan adanya antisipasi dan penanganan dalam faktor-faktor tersebut.

1.2. Perumusan Masalah