65
6.5. Strategi Penanganan Risiko Produksi
Pada pemetaan risiko diperoleh hasil pada kuadran I terdapat sumber risiko produksi yaitu hama dan penyakit dan pada kuadran II terdapat sumber risiko
kualitas air dan kanibalisme. Berdasarkan hasil pemetaan maka sumber risiko yang mendapat prioritas utama dalam penanganannya yaitu sumber risiko
produksi yang berada pada kuadran II. Sumber risiko yang berada di kuadran II ditangani dengan cara preventif dan mitigasi. Strategi preventif dilakukan untuk
mengurangi atau mencegah kemungkinan terjadinya sumber risiko, sedangkan strategi mitigasi dilakukan untuk mengurangi dampak akibat terjadinya risiko.
Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi kualitas air yang berada pada kuadran II. Pada pH asam diatasi dengan
memberikan daun ketapang atau daun dan pelepah pisang untuk menstabilkan pH. Selain itu dilakukan pergantian air secara berkala sebanyak 30 persen dari jumlah
air pada kolam. Untuk mengatasi perubahan suhu yang drastis dilakukan pengontrolan suhu air yang dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari. Ketika
perubahan suhu ekstrim terjadi, penanganan dapat dilakukan dengan menambah volume air pada kolam pemeliharaan ketika perubahan suhu terjadi dengan cepat.
Strategi preventif yang dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi kualitas air yaitu dengan mengelola dan menjaga kualitas air. Cara lain yang dapat
dilakukan adalah dengan membuat atap pada kolam. Atap pada kolam dapat berfungsi untuk mencegah masuknya air hujan ke kolam pemeliharaan yang dapat
meningkatkan pH asam dan menjaga suhu agar tidak berubah-rubah secara cepat. Selain itu konstruksi kolam terpal dibuat dengan melakukan penggalian pada
tanah dapat membuat suhu air lebih terjaga. Strategi preventif yang dilakukan untuk menangani sumber risiko produksi
kanibalisme yang berada pada kuadran II yaitu dengan menjaga kuantitas pakan dan melakukan penjarangan padat tebar serta sortir yang dilakukan secara berkala.
Menjaga kuantitas pakan bertujuan agar benih tidak dalam kondisi lapar. Sedangkan penjarangan padat tebar bertujuan agar meminimalisir stres pada
benih. Padat tebar yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan ruang gerak ikan yang terbatas, persaingan pakan, oksigen yang dapat memicu sifat kanibal pada benih.
Sedangkan strategi mitigasi yang dilakukan untuk menangani sumber risiko
66 kanibalisme adalah dengan melakukan sortir secara berkala agar tidak ada
keragaman ukuran yang terlalu signifikan. Penanganan risiko tidak hanya dilakukan pada sumber risiko yang
diprioritaskan, hal ini bertujuan agar pelaku usaha dapat optimal dalam melakukan kegiatan produksi. Sumber risiko produksi yang berada pada kuadran I
ditangani dengan cara preventif. Strategi preventif yang dilakukan untuk menangani sumber risiko hama
yang berada pada kuadran I yaitu mengoptimalkan pada kegiatan persiapan wadah, menjaga kebersihan lingkungan pemeliharaan, menjaga kebersihan media
pemeliharaan, dan membasmi serangga-serangga yang ada di lingkungan pemeliharaan. Cara yang dilakukan dalam persiapan wadah yaitu membersihkan
kolam dengan disinfektan dan pembilasan kolam dengan air bersih yang bertujuan untuk membasmi telur-telur hama. Sedangkan dalam menjaga kebersihan
lingkungan pemeliharaan yaitu dengan cara memotong rumput-rumput yang tumbuh serta membersihkan sampah organik agar tidak menjadi sumber pakan
bagi hama. Cara yang dilakukan untuk menjaga kebersihan media pemeliharaan yaitu menjaga agar tidak ada ranting, daun, dan benda lainnya agar tidak menjadi
tempat peletakan telur bagi hama. Upaya lain yang dilakukan adalah membasmi serangga yang dapat menghasilkan hama berupa larva, yaitu serangga capung dan
kumbang air. Strategi preventif yang dilakukan untuk menangani sumber risiko penyakit
yang berada pada kuadran I yaitu dengan menjaga kualitas air dan pakan. Kualitas air dikelola dengan intensif agar kualitas air selalu dalam kondisi ideal. Karena
kualitas air yang buruk dapat memicu bakteri dan jamur yang akan menimbulkan penyakit pada benih ikan. Kualitas air dapat dikelola dengan cara mengganti air
sebanyak 30 secara berkala, membuang benih yang mati, dan menjaga kolam dari sampah-sampah yang memungkinkan masuk ke dalam kolam. Selain itu
pakan yang diberikan harus bersih dan berkualitas. Pakan alami yang diberikan berupa cacing sutera yang berasal dari alam dan memungkinkan adanya penyakit
yang terbawa pada pakan. Selain itu pada pakan buatan yang diberikan berupa pakan pelet. Pakan pelet yang diberikan harus pakan pelet yang masih baik atau
belum berjamur, karena dapat menimbulkan penyakit.
67
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan