45
5.2. Kegiatan Produksi
Saung Lele melakukan kegiatan produksi mulai dari pemeliharaan induk, pemijahan induk baik secara alami, penetasan telur, pemeliharaan larva,
pemeliharaan benih hingga pemanenan benih lele sangkuriang. Lama
pemeliharaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan benih berukuran 2-3 cm yaitu 25 hari sampai 30 hari. Dalam melakukan kegiatan produksi, Saung Lele
menerapkan teori produksi pembenihan dengan cukup baik, karena manajer produksi Saung Lele adalah lulusan jurusan budidaya perikanan dan sekaligus
sebagai orang lapang dalam salah satu majalah perikanan. Namun dalam penerapannya masih ada beberapa hal yang belum dilakukan dengan baik karena
adanya keterbatasan seperti pemberian pakan. Alur kegiatan pembenihan ikan lele sangkuriang yang dilakukan Saung Lele dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Alur Kegiatan Pembenihan Ikan Lele Sangkuriang di Saung Lele
Pemeliharaan Benih
Pemanenan Benih Pemeliharaan Larva
Penetasan Telur Pemijahan Induk
Pemeliharaan Induk Peracikan pakan, pemberian
pakan
Seleksi induk, persiapan wadah
Pengelolaan kualitas air Pengelolaan kualitas air,
pemberian pakan, penjarangan padat tebar.
Pengelolaan kualitas air, pemberian pakan, sortasi dan
penjarangan padat tebar.
Pemanenan dan sortasi.
46 a.
Pemeliharaan Induk Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik. Pemeliharaan induk
dilakukan agar dapat mendapatkan induk yang sehat dan baik sehingga dapat menghasilkan kuantitas dan kualitas telur yang baik dan benih yang berkualitas.
Saat ini induk lele yang digunakan untuk produksi di Saung Lele adalah jenis sangkuriang yang berjumlah 87 ekor dengan jumlah betina sebanyak 59 ekor dan
jumlah jantan sebanyak 28 ekor. Bobot induk berkisar 0,9 kg 4 kg dan umur
induk berkisar 2 3 tahun. Pemeliharaan induk dilakukan terpisah antara induk
jantan dan betina. Hal tersebut berkaitan dengan pakan yang akan diberikan selama pemelihraan induk. Selama pemeliharaan induk, pakan yang diberikan
berupa pakan buatan dan pakan racikan. Pakan yang diberikan untuk pemeliharaan indukan ikan lele yaitu sebanyak 1 persen dari total biomassa induk,
sedangkan pakan yang diberikan untuk indukan di Saung Lele hanya 3 kg perhari. Pakan buatan yang diberikan yaitu berupa pelet apung. Sedangkan pakan racikan
yang diberikan yaitu pakan yang dibuat dengan bahan-bahan yaitu pelet, bekicot, keong, cacing, kepala udang, ayam, dan belut. Tidak seluruh bahan tersebut
diracik dalam satu pakan, namun bahan tersebut adalah bahan alternatif yang dapat digunakan ketika salah satunya tidak dapat diperoleh.
b. Pemijahan Induk
Kualitas induk adalah salah satu syarat dalam keberhasilan budidaya. Induk yang berkualitas baik mampu menghasilkan benih yang baik. Untuk proses
pemijahan, dilakukan seleksi induk terlebih dahulu agar hasil sesuai dengan yang diharapkan. Induk yang dipijahkan sehat dan tidak cacat. Induk yang siap
memijah berumur minimal 1 tahun. Adapun ciri-ciri induk betina yang telah matang gonad ditandai dengan perutnya yang membesar dan lunak apabila diraba
selain itu bentuk alat kelaminnya membulat dan berwarna kemerahan, dan umurnya lebih dari satu tahun. Sedangkan induk jantan yang telah matang gonad
ditandai dengan alat kelaminnya yang meruncing melebihi pangkal sirip ekornya dan berwarna kemerah-merahan.
Pemijahan induk pada kegiatan pembenihan ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan secara alami, semi alami dan buatan. Pemijahan yang dilakukan di
47 Saung Lele yaitu pemijahan secara alami dengan perbandingan jantan dan betina
adalah 1:1 dengan umur induk berkisar 2 3 tahun. Jumlah induk yang ada saat
ini membuat Saung Lele tidak lagi melakukan pemijahan secara semi alami sejak tahun 2011, karena setiap induk yang telah digunakan punya cukup waktu
pemeliharaan agar dapat matang gonad. Pemijahan secara alami dilakukan dengan menggabungkan induk jantan dan
betina yang sudah matang gonad dan biasanya dilakukan pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB. Induk jantan dan betina disatukan pada kolam berukuran 1,5 m
x 3 m yang sudah dilengkapi dengan kakaban. Kakaban berfungsi sebagai tempat menempelnya telur agar telur tidak bertebaran pada kolam. Pada pagi hari setelah
proses pemijahan dan induk betina telah mengeluarkan telur, maka induk jantan dan betina dipindahkan dari kolam pemijahan dan dipelihara kembali dikolam
induk.
c. Penetasan Telur
Penetasan telur dilakukan pada kolam yang sebelumnya digunakan untuk proses pemijahan. Telur yang terbuahi berwarna hijau bening dan kenyal serta
tidak mudah hancur, sedangkan telur yang tidak terbuahi berwarna pucat dan mudah hancur. Telur akan menetas 30-36 jam setelah pembuahan. Selama
penetasan telur dilakukan pengelolaan kualitas air agar kualitas air tetap baik untuk penetasan. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara membuang telur
yang tidak terbuahi. Telur yang tidak terbuahi akan berjamur sehingga telur yang lain rentan terserang jamur serta dapat menyebabkan kegagalan dalam penetasan.
d. Pemeliharaan Larva
Larva lele yang baru menetas memiliki cadangan makanan berupa kantung telur yolk
ó ô õ
k yang akan diserap sebagai sumber makanan bagi larva, sehingga tidak perlu diberi pakan hingga umur 3 hari. Pada tahap pemeliharaan larva,
dilakukan penjarangan padat tebar dengan memindahkan sebagian larva ke kolam lain, terutama larva yang menempel di kakaban. Pemindahan larva dilakukan
dengan memindahkan kakaban terlebih dahulu ke kolam yang sudah disiapkan untuk pemeliharaan. Penjarangan ini dilakukan pada sore atau pagi hari disaat
48 suhu rendah agar mengurangi tingkat stres pada larva. Pengangkatan kakaban
dilakukan dengan hati-hati dan perlahan agar mengurangi tingkat stres larva. Kemudian setelah kakaban dipindahkan ke kolam lain, kakaban diangkat dari
kolam hingga larva yang menempel pada kakaban tidak ikut terbawa. Penjarangan padat tebar larva dilakukan pada umur 3 hari dengan tujuan agar padat tebar tidak
terlalu tinggi dan dapat mengurangi tingkat kanibalisme. Pakan dapat mulai diberikan setelah larva berumur 4-5 hari, atau ketika larva sudah berwarna hitam
dan pergerakannya lebih aktif. Pakan yang diberikan adalah pakan alami berupa cacing sutera. Selama pemeliharaan larva, dilakukan pengelolaan kualitas air agar
kualitas air tetap baik untuk pemeliharaan larva. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara membuang larva yang mati. Hal ini dilakukan agar larva
yang hidup tidak terserang penyakit akibat dari pembusukan larva yang mati, karena larva yang mati akan berjamur dan menimbulkan penyakit.
e. Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan benih dilakukan pada kolam yang sama. Pada umur benih 7 hari, dilakukan penjarangan kembali dengan pemindahan sebagian benih ke kolam
lainnya agar kepadatan tidak terlalu tinggi. Pada penjarangan ini, dilakukan sortasi agar ukuran menjadi lebih seragam. Sedangkan pada umur 14 hari, hanya
dilakukan sortasi tanpa penjarangan padat tebar. Selama pemeliharaan benih pakan yang diberikan selama pemeliharaan
hingga umur 17 hari adalah pakan alami berupa cacing sutera. Seharusnya dalam SOP yang baik untuk kegiatan pemberian pakan alami pada pembenihan ikan lele
dilakukan hingga umur 25 hari, namun Saung Lele hanya mampu mencukupi hingga umur 17 hari. Hal ini dikarenakan sulitnya untuk mendapatkan
ketersediaan pakan alami yaitu cacing sutera. Pakan alami yang diberikan harus dicuci hingga bersih agar mengurangi kemungkinan benih terserang penyakit
yang terbawa dari pakan alami. Pakan yang diberikan pada umur 18 hari hingga umur 25 hari atau ukuran 2-3 cm adalah pakan pelet
ö÷
n
øùú
. Kuantitas pakan yang diberikan harus mencukupi dan selalu tersedia pada wadah pemeliharaan agar
mengurangi tingkat kanibalisme.
49 Selama pemeliharaan dilakukan pengelolaan kualitas air dengan cara
membuang benih yang mati. Karena benih yang mati akan berjamur dan menimbulkan penyakit. Selain pembuangan benih yang mati, dilakukan
pembuangan lumut yang terdapat pada kolam.
f. Pemanenan Benih
Pemanenan benih di Saung Lele dilakukan setelah benih berumur 25 hari atau benih telah mencapai ukuran 2-3 cm. Pemanenan dilakukan pada pagi atau
sore hari atau pada saat suhu rendah. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi tingkat stres pada benih. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air pada
kolam hingga habis. Saat penyurutan dilakukan, diberikan saringan pada pipa o
ûü
p
ûü
untuk menyaring benih yang keluar. Setelah pemanenan, sebagian benih dijual dan sebagian lagi dipindahkan ke kolam pemeliharaan untuk tahapan
pendederan selanjutnya.
5.3. Sistem Manejemen dan Sumber Daya Manusia