Struktur Nafkah Rumahtangga Pedagang Warung di Curug Cigamea Menurut Lapisannya

67 Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 18 menggambarkan rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea menurut acuan angka garis kemiskinan World Bank sebesar USD 2.00 atau kurang lebih sebesar Rp20 000 per kapita per hari. Dari grafik dapat disimpulkan: 1. Rumahtangga lapisan menengah dan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan. 2. Rumahtangga lapisan atas saja yang di atas garis kemiskinan karena total pendapatan dari rumahtangga lapisan tinggi telah melampaui strandar garis kemiskinan World Bank yaitu kurang lebih Rp20 000 yaitu sebesar Rp20 962 per kapita per hari. Hal ini disebabkan oleh adanya kawasan wisata alam Gunung Salak Endah dan semakin sempitnya lahan pertanian yang dapat diolah oleh masyarakat, sehingga mereka memiliki kesempatan bekerja di sektor luar pertanian dengan beralih mata pencaharian ke sektor ekowisata dan non-pertanian bukan ekowisata. Pendapatan pada lapisan pedagang warung lapisan atas dari pendapatan pertanian hanya sebesar Rp776 per kapita per harinya, dari ekowisata Rp16 285 per kapita per hari. Sumber pendapatan non-pertanian bukan ekowisata sebesar Rp3 901 per kapita per hari. Rata-rata pendapatan yang diperoleh rumahtangga pada lapisan bawah per kapita per harinya di sektor pertanian Rp398, ekowisata Rp9 337, serta non-pertanian bukan ekowisata adalah Rp838, sedangkan pada rumahtangga lapisan menengah sektor pertanian adalah Rp470, sektor ekowisata sebesar Rp13 879. Meskipun, rata-rata pendapatan pada setiap sumber pendapatan masih berada di bawah garis kemiskinan rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea masih bisa dikatakan sudah melewati garis kemiskinan pada total pendapatan rata-rata per kapita per hari di rumahtangga lapisan atas, yaitu Rp20 962 per kapita per hari. Pada rumahtangga lapisan menengah dan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan yaitu dengan total pendapatan masing-masing Rp19 938 per kapita per hari dan Rp10 573 per kapita per hari.

6.2 Perbandingan Struktur Nafkah pada Rumahtangga Pedagang

Warung di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea, Kawasan Wisata Alam Gunung Salak Endah Struktur nafkah dari tiga sumber nafkah yaitu sektor pertanian, ekowisata, dan non-pertanian bukan ekowisata pada masing-masing lokasi penelitian telah dijabarkan pada Gambar 8 dan Gambar 15. Struktur nafkah pada rumahtangga di kedua lokasi tersebut akan disajikan pada Gambar 19, dari gambar tersebut akan terlihat jelas perbedaan dari masing-masing pendapatan yang didapat dari kedua lokasi. Selain itu, dari Gambar 19 nantinya akan diketahui lokasi mana yang lebih tinggi total pendapatan responden di setiap lapisannya dan diketahui pula persentase perbandingan tingkat pendapatannya. 68 Gambar 19 Perbandingan struktur nafkah rumahtangga pedagang warung di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea Dari gambar di atas maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terjadi transformasi mata pencaharian dari pertanian ke non-pertanian ekowisata dan non-pertanian bukan ekowisata. 2. Sektor ekowisata penting untuk menjadi penopang pendapatan rumahtangga di setiap lapisan di setiap lokasi. 3. Sektor pertanian sudah banyak ditinggalkan oleh setiap lapisan responden di setiap lokasi. 4. Sektor non-pertanian bukan ekowisata juga menjadi tumpuan penting setelah sektor ekowisata. 5. Struktur nafkah responden di Curug Cigamea lebih tinggi daripada struktur nafkah responden di Pemandian Air Panas Lokapurna. 6. Pada rumahtangga lapisan atas dan menengah di kedua lokasi memaksimalkan pendapatannya di sektor ekowisata dan sektor non-pertanian bukan ekowisata. Responden yang mencari nafkah di Curug Cigamea struktur nafkahnya lebih tinggi disebabkan oleh sektor pertanian pada sebagian masyarakat mempunyai sawah yang mereka usahakan untuk dijual dan telah menggunakan tenaga kerja yang diupah untuk mengurus lahan mereka, selain itu ada juga responden yang beternak Ayam Bangkok yang harganya cukup mahal namun, banyak peminatnya untuk dijadikan hobi atau untuk bahan aduan. Sektor ekowisata sangat dominan dan memberikan kontribusi yang tinggi bagi total pendapatan responden di Cigamea, karena saat hari biasa saja pengunjung selalu ramai, jika sudah saatnya liburan bisa lebih ramai lagi dari hari biasa. Selain itu, banyak juga rumahtangga yang membuka warung lebih dari satu di lokasi ini, warung tambahan ini juga menambah pemasukkan responden di sektor ekowisata. Sektor ekowisata lain yang cukup tinggi kontribusinya adalah jasa ketering, responden biasanya menerima ketering dari pengunjung yang menginap di pondok atau villa yang membawa rombongan,dalam sebulan responden yang menyediakan jasa ketering minimal mendapat pesanan satu kali dan menghasilkan untung kurang lebih Rp1 000 000 per bulan. Sektor yang tidak kalah pentingnya adalah sektor non-pertanian bukan ekowisata, responden di Curug Cigamea mencari nafkah dengan bekerja sebagai kuli bangunan, supir, wiraswasta, dan juga 69 buruh tambang. Responden lapisan atas dan menengah menganggap sektor ekowisata dan non-pertanian bukan ekowisata merupakan sektor penting bagi sistem penghidupan mereka. Pada responden lapisan bawah, menganggap sektor ekowisata merupakan penopang besar bagi jumlah pendapatan rumahtangganya. Responden di Pemandian Air Panas Lokapurna struktur nafkahnya lebih rendah dibandingkan dengan responden di Curug Cigamea karena letak dan akses obyek wisata ini cukup jauh ke dalam dengan kondisi jalan yang rusak, serta fasilitas yang masih minim membuat pengunjung yang datang tidak seramai di Curug Cigamea. Selain itu, kurang bervariasinya usaha yang ada di pemandian air panas juga agak membosankan, mereka mayoritas membuka warung dengan menu yang sama dan di lokasi ini juga tidak ada kios souvenir yang bisa menarik pengunjung. Selain itu, terkadang pengunjung sudah membawa makanan dari luar dan tidak jajan di warung mereka. Responden lapisan menengah lebih banyak memanfaatkan sektor ekowisata karena dari mereka ada yang tidak memliki lahan atau mereka memiliki lahan tapi hanya dipakai secara subsisten. Pendapatan dari sektor non-pertanian bukan ekowisata ini disebabkan oleh banyaknya responden lapisan menengah dan bawah bekerja ke luar desa sebagai kuli bangunan, karyawan, supir, maupun tukang kredit tahunan. Data berupa angka mutlak tadi akan dikonversikan menjadi persentase yang ditampilkan pada Gambar 20 di bawah ini, tentang persentase perbandingan struktur nafkah di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea. Gambar 20 Persentase perbandingan struktur nafkah rumahtangga pedagang warung di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea Grafik tersebut menunjukkan bahwa kawasan wisata alam Gunung Salak Endah, khususnya obyek wisata Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea telah memberikan kontribusi yang tinggi pada total pendapatan rumahtangga. Persentase yang dihasilkan dari data yang diolah memberikan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Sektor pertanian menyumbang sangat kecil pada total pendapatan rumahtangga di setiap lapisan di setiap lokasi. 2. Sektor ekowisata penting bagi rumahtangga lapisan menengah dan rendah pada rumahtangga pedagang warung di Pemandian Air Panas Lokapurna.