Jumlah Penduduk Desa Gunung Sari

30 berendam, kamar berendam, pancuran air panas, kamar ganti, musholla, toilet, dan shelter untuk berteduh. Fasilitas listrik sudah masuk ke dalam kawasan ini terbukti banyak warung yang menggunakan pulsa untuk penerangan mereka dan membawa barang-barang elektronik untuk keperluan berdagang. Para pedagang yang berjualan di pemandian air panas ini juga sudah berusaha menjaga kebersihan lingkungan obyek wisata dengan membuat tempat sampah sendiri di warung mereka. Sampah-sampah tersebut tidak mereka buang ke sungai tetapi mereka kumpulkan kemudian dibakar atau akan diangkut oleh petugas kebersihan yang ada. Fasilitas yang penting tapi belum cukup terjamah di kawasan ini adalah sarana komunikasi, sinyal penyedia layanan telepon seluler belum seluruhnya sampai di kawasan ini. Provider yang dapat dicapai di kawasan ini adalah XL dan Indosat, GSM lain dan CDMA tidak akan mendapatkan sinyal di daerah ini. Selain itu, areal parkir yang luas belum dibangun di sini, hanya lahan kosong milik warga yang sengaja disewakan untuk parkir pengunjung. Warung-warung yang berada di luar lokasi pemandian ada juga yang menyewakan sebagian kecil dari warungnya untuk parkir motor. Tarif parkir yang dikenakan bagi pengunjung adalah: motor Rp3 000 dan mobil Rp5 000.

4.2.4 Kondisi Sosial-Ekonomi Responden di Pemandian Air Panas Lokapurna

- Jenis Kelamin Jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 20 orang yang terdiri dari 17 orang 85 perempuan dan 3 orang laki-laki 15 Tabel 7. Banyaknya perempuan yang menjadi responden disebabkan karena yang sering ditemui pada saat wawancara adalah perempuan dan penulis merasa lebih mudah berkomunikasi dengan perempuan mengenai pendapatan rumahtangga di pemandian air panas. Tabel 7 Karakteristik jenis kelamin responden di Pemandian Air Panas Lokapurna Jenis Kelamin Frekuensi orang Persentase Laki-laki Perempuan 3 17 15 85 Jumlah 20 100 - Umur Umur responden yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini berkisar di angka 22 tahun sampai 80 tahun. Masyarakat yang berumur 22 sampai 32 sebanyak 6 orang, yang berumur 33 sampai 43 sebanyak 10 rang, yang berumur 44 sampai 54 sebanyak 2 orang, sedangkan yang berumur 55 sampai 80 tahun sebanyak 2 orang. Dari hasil yang didapat umur yang banyak bekerja di pemandian air panas adalah umur 33-43 tahun sebanyak 10 orang, sedangkan umur 45 keatas sudah mulai sedikit jumlahnya, yaitu 4 orang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan fisik dan juga kesehatan yang tidak lagi mendukung. Umur 22-32 tahun hanya 6 orang yang mencari nafkah di kawasan wisata karena kebanyakan 31 dari usia tersebut lebih memilih untuk bekerja di luar desa daripada di sektor wisata. - Pendidikan Terakhir Pendidikan terakhir masyarakat sekitar pemandian air panas khususnya yang terlibat secara langsung dalam kegiatan pariwisata sangat penting karena dengan pendidikan masyarakat akan mengerti dan memahami arti penting dari lingkungan dan tidak ragu lagi bergaul atau berinteraksi dengan pengunjung yang datang. Pendidikan masyarakat juga penting untuk memajukan kawasan wisata tersebut ke depannya. Dari data yang didapat di lapangan menunjukkan mayoritas masayarakat yang berusaha di obyek wisata ini adalah tamatan SD sebanyak 17 orang 85, untuk tamatan SMA 1 orang 5, dan yang belum sempat menamatkan pendidikan Sekolah Dasarnya berjumlah 2 orang 10. Dari data tersebut dapat dikatakan tingkat pendidikan masyarakat masih tergolong rendah. Masyarakat sebenarnya menyadari pentingnya arti pendidikan namun karena berbagai kendala, diantaranya faktor ekonomibiaya dan juga pada saat itu fasilitas sekolah masih minim dan letaknya jauh dari tempat tinggal mereka. Data statistiknya disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8 Tingkat pendidikan terakhir responden di Pemandian Air Panas Lokapurna Pendidikan Terakhir Frekuensi orang Persentase Tidak tamat SD 2 10 Tamat SD 17 85 Tamat SMP Tamat SMA 1 5 Jumlah 20 100 - Mata Pencaharian Responden yang diwawancari sebagian besar mengaku bermata pencaharian sebagai pedagang di dalam maupun di sekitar pemandian air panas sebanyak 20 orang. Dari 20 orang tersebut 14 orang diantaranya menyatakan berdagang warung adalah mata pencaharian utama untuk menghidupi rumahtangga. Sementara itu, 6 orang lainnya menyatakan berdagang sebagai tambahan pendapatan untuk membantu suami. Masyarakat memanfaatkan kawasan wisata untuk berdagang makanan dan minuman cepat saji. Masyarakat yang berdagang ini tidak hanya berdagang makanan dan minuman saja, tetapi ada juga dari mereka yang menyewakan bale-bale untuk pengunjung rombongan maupun keluarga. Selain itu, ada juga yang berjualan pakaian ganti untuk pengunjung yang tidak sempat atau lupa membawa baju ganti saat berendam, tapi yang berjualan baju ganti masih sangat sedikit di sini. Selain menyewakan bale, ada juga masyarakat yang membuka warung serta menyewakan pondok ataupun homestay . Mata pencaharian lainnya yaitu penjaga loket, sales, usaha parkir, supir, penjaga villa, petani, buruh tani, dan kuli bangunan.