BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan keindahan panorama alam dan keramahan  bangsanya,  menjadi  suatu  daya  tarik  tersendiri  bagi  wisatawan
domestik  maupun  mancanegara  untuk  melancong  dan  menikmati  berbagai keindahan  tersebut.  Sebagai  salah  satu  negara  yang  termasuk  ke  dalam
Megabiodiversity
Indonesia memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang unik dan  menarik  serta  endemik.  Keanekaragaman  tersebut  harus  terus  dijaga  dan
dilestarikan  agar  nantinya  dapat  menjadi  warisan  anak  cucu  bangsa. Hutan
sebagai  salah  satu  sumber  penghidupan  bagi  masyarakat  khususnya  masyarakat sekitar hutan.
Penetapan  hak  kepemilikkan  yang  pada  awalnya  merupakan  tanah ulayatadat sehingga dapat digarap oleh masyarakat untuk bertahan hidup selama
bertahun-tahun,  kini  merasa  terancam  dan  resah  ketika  tempat  yang  mereka tinggali  untuk  hidup  dan  mencari  nafkah  tersebut  akan  diambil  lagi  oleh  negara.
Pengambil  alihan  tanah  tersebut  oleh  negara  dalam  wujud  Taman  Nasional disebabkan agar masyarakat sekitar tidak lagi mengeksploitasi dan merusak hasil
hutan. Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi sangat berpotensi terhadap terjadinya eksploitasi hutan.
Salah  satu  cara  untuk  melindungi  keanekaragaman  hayati  tersebut  adalah dengan  melakukan  kegiatan  berbasis  konservasi,  yaitu  kegiatan  menjaga  dan
memelihara sumberdaya yang dipunya dengan melakukan pemanfaatan yang bijak agar  dapat  dinikmati  oleh  generasi  yang  akan  datang.  Adapun  kegiatan  utama
konservasi  adalah  perlindungan,  pengawetan,  dan  pemanfaatan  yang berkelanjutan  UU  No  5  Pasal  5  1990.  Salah  satu  hal  yang  dapat  dijadikan
alternatif solusi untuk meningkatkan lapangan usaha baru dan tingkat pendapatan masyarakat  adalah  dengan  pariwisata.  Pariwisata  adalah  perjalan  seorang  atau
kelompok  ke  suatu  tempat  ke  tempat  lain  yang  bertujuan  untuk  berekreasi  dan mencari  kesenangan  Wardiyanto  dan  Baiquni  2011.  Menurut  Peraturan
Pemerintah  Republik  Indonesia  Nomor  36  tahun  2010  tentang  Pengusahaan Pariwisata Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan
Taman  Wisata  Alam.  Pada  Bab  1  Pasal  1  ayat  3  disebutkan  bahwa  pariwisata alam  adalah  segala  sesuatu  yang  berhubungan  dengan  wisata  alam,  termasuk
pengusahaan  obyek  dan  daya  tarik  serta  usaha  yang  terkait  dengan  wisata  alam. Ayat 4 berisi wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala  keunikan  dan  keindahan  alam  di  kawasan  suaka  margasatwa,  taman
nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
Pengembangan  pariwisata  alam  adalah  untuk  mendukung  pariwisata  ke arah yang berkelanjutan dan meningkatkan kepedulian akan jasa lingkungan. Jenis
pariwisata  ini  merupakan  pariwisata  yang  baru  dan  kegiatannya  berbasis konservasi,  pendidikan,  partisipasi,  edukasi,  ekonomi  lokal,  dan  lembaga  lokal.
Pariwisata  yang  mengedepankan  pada  keikutsertaan  masyarakat  lokal  dalam
2 pengelolaan  wisata  alam,  peningkatan  kualitas  pengetahuan  pada  masyarakat
lokal,  serta  memberikan  penyadaran  pada  masyarakat  lokal  akan  arti  penting hutan  untuk  masa  depan.  Pariwisata  semacam  ini  disebut  dengan  ekowisata.
Namun, ekowisata masih sangat sulit untuk dikembangkan karena pariwisata jenis ini merupakan pariwisata jenis baru dan masih banyak masyarakat lokal maupun
masyarakat  umum  belum  mengetahui  konsep  dari  ekowisata  ini,  sehingga  masih banyak wisata di Indonesia khususnya wisata alam yang belum menjadi ekowisata
karena  basis  ekowisata  adalah  konservasi  lingkungan.  Hal  ini  membutuhkan adanya  pendekatan,  penyuluhan,  pembinaan  kepada  masyarakat  khususnya  yang
terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata.
Salah  satu  wujud  dari  kegiatan  konservasi  adalah  ekowisata,  yang mengkombinasikan  aspek  ekonomi,  sosial,  ekologi,  dan  pariwisata  sebagai
alternatif  perlindungan  sumberdaya  alam  sekaligus  meningkatkatkan  taraf  hidup masyarakat  lokal  secara  berkelanjutan.  Ekowisata  merupakan  salah  satu  bentuk
kegiatan  konservasi,  yang  menekankan  adanya  pengelolaan  dan  pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana dan berkelanjutan. Ekowisata memiliki enam prinsip
dasar yaitu konservasi, partisipasi, edukasi, rekreasi, ekonomi lokal, dan lembaga lokal  Ginting  2010.  Tujuan  dari  ekowisata  sendiri  adalah  mengkonservasi
lingkungan  dan  melestarikan  kehidupan  serta  kesejahteraan  penduduk  setempat The International Ecotourism Society 1990 dalam Irwanto 2008.
Kawasan  pariwisata  alam  memberikan  keindahan  panorama  alam  yang dapat menjadi potensi obyek wisata, jika dikelola dengan bijak. Kegiatan-kegiatan
di  areal  wisata  yang  dilakukan  menekankan  keterlibatan  pada  berbagai  pihak seperti pemerintah setempat, pengelola, masyarakat sekitar, dan juga pengunjung
wisata.  Dari  kegiatan  pariwisata  ini  tentunya  membawa  pengaruh  terhadap ekonomi,  sosial,  dan  ekologi  yang  akan  berdampak  pada  kesejahteraan  ekonomi
dan kelestarian lingkungan hidup pada masyarakat sekitar kawasan ekowisata.
Hadirnya pariwisata telah mempengaruhi struktur dan strategi masyarakat dalam  mencari  nafkah.  Pariwisata  bagi  masyarakat  sekitar  dipandang  sebagai
sumber  penghidupan  mereka  selain  dari  sektor  pertanian  dan  non-pertanian. Adanya  kawasan  wisata  membuat  tersedianya  lapangan  kerja  baru  dan  peluang
untuk membuka usaha serta jasa wisata menjadi alternatif peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar dan upaya pemberantasan kemiskinan. Wisatawan yang datang
untuk  melakukan  aktivitas  wisata  seperti  berkemah,  trecking,  ataupun  sekedar bermain-main  air  di  air  terjun  dan  melakukan  pengobatan  alternatif  di  air  panas
menjadi sasaran bagi warga sekitar untuk menawarkan barang dan jasa yang dijual maupun  disewakan.  Jenis  fasilitas  yang  ditawarkan  di  kawasan  wisata  misalnya
pondok  penginapan,  home  stay,  warung,  lesehan,  transportasi,  wahana  outbond, dan guide. Strategi nafkah menurut Dharmawan 2006 adalah partisipasi individu
dalam  usaha  mendapatkan  suatu  jenis  pekerjaan  untuk  bertahan  hidup  dan meningkatkan taraf hidupnya dalam merespon dinamika sosial-ekonomi, ekologi,
dan politik.
Salah satu kawasan wisata yang masih dapat dikategorikan sebagai wisata alami adalah Kawasan Wisata Alam Gunung Salak Endah.  Kawasan ini termasuk
dalam penetapan perluasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan dikelola oleh Balai Taman  Nasional Gunung Halimun-Salak, setelah adanya serah terima
pengelolaan  dari  Perum  Perhutani  pada  tahun  2003.  Gunung  Salak  Endah memiliki  banyak  obyek  wisata  memukau  yang  dapat  dikunjungi  sesuai  dengan
3 kebutuhan dan keinginan wisatawan. Hawanya yang dingin dan sejuk serta akses
yang mudah untuk menuju lokasi wisata sangat cocok dijadikan wisata alternatif di  Bogor  selain  kawasan  Puncak  yang  kini  sudah  tidak  se-alami  dulu.  Adapun
obyek wisata yang termasuk dalam kawasan Gunung Salak Endah, Desa Gunung Sari adalah Kawah Ratu, Curug Ngumpet, Curug Seribu, Curug Cigamea, Curug
Pangeran, dan Air Panas Lokapurna. Perluasan kawasan Taman Nasional ini juga mencakup  hutan  pinus  dan  rasamala  bekas  Perhutani  di  Bumi  Perkemahan
Gunung Bunder dan beberapa air terjun di kawasan Gunung Bunder.
Kawasan Wisata Gunung Salak Endah terletak di Desa Gunung Bunder 2 dan Desa Gunung Sari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan
termasuk  ke  dalam  kawasan  Resort  Gunung  Salak  II.  Kawasan  wisata  di  sini merupakan one stop travelling karena dalam satu waktu pengunjung bisa memilih
obyek wisata mana saja yang ingin didatangi sesuai kebutuhan dan keinginan.
Obyek  wisata  yang  menjadi  primadona  dan  icon  dari  kawasan  wisata Gunung  Salak  Endah  adalah  Curug  Cigamea  dan  Pemandian  Air  Panas
Lokapurna. Wisatawan lokal maupun luar kota banyak yang mengunjungi kedua obyek wisata tersebut di saat liburan maupun hari biasa. Adanya berbagai obyek
wisata  menarik  di  Gunung  Salak  Endah  khususnya  di  Pemandian  Air  Panas Lokapurna  dan  Curug  Cigamea  membuat  peluang  masyarakat  dalam  bidang
ekonomi  pun  menjadi  terbuka  dan  membuat  masyarakat  sekitar  melakukan alternatif  pekerjaan  untuk  menambah  penghasilan  rumahtangga  mereka.  Untuk
itu,  masyarakat  sekitar  kawasan  menerapkan  strategi  nafkah  untuk  dapat menghidupi  rumahtangganya  dari  hasil  kerja  di  sektor  ekowisata  dan  non-
pertanian bukan ekowisata.
Dengan  pariwisata  diharapkan  dapat  mewujudkan  perkembangan ekonomi,  sosial  yang  positif  dan  berkelanjutan  sekaligus  dapat  memelihara
lingkungan  alam  agar  tetap  lestari.  Salah  satu  keuntungan  pariwisata  adalah mendatangkan  peluang  kerja  baru  sehingga  memberdayakan  masyarakat  sekitar
dan meningkatkan pendapatannya. Dari lapangan kerja tersebut juga dapat dilihat jenis-jenis pekerjaan di sektor wisata dan non-pertanian yang memungkinkan dan
membawa  keuntungan  bagi  warga.  Jika  dalam  kawasan  wisata  banyak mendatangkan  keuntungan  bagi  masyarakat  sekitar,  maka  otomatis  masyarakat
akan  senantiasa  menjaga  kelestarian  lingkungan  obyek  wisata  agar  wisatawan dapat terus datang dan menikmati keindahan alam serta memberikan dampak yang
positif bagi peningkatan perekonomian masyarakat sekitar khususnya masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata.
1.2 Masalah Penelitian
Kawasan  Wisata  Alam  Terbuka  Gunung  Salak  Endah  sejak  tahun  1987 telah  dicanangkan  sebagai  pariwisata  alam  terbuka  dan  menjadi  alternatif  tujuan
wisata  di  kawasan  Bogor  selain  Puncak.  Pengelolaan  yang  sebelumnya  oleh Pemda  dan  Perum  Perhutani  selama  kurang  lebih  enam  belas  tahun,  sebelum
akhirnya  diambil  alih  dan  dilimpahkan  kepada  Balai  Taman  Nasional  Gunung Halimun-Salak  tahun  2003.  Berdasarkan  surat  keputusan  Menteri  Kehutanan  No
175  tentang  penetapan  kawasan  Gunung  Salak  Endah  termasuk  dalam  perluasan kawasan  Taman  Nasional  Gunung  Halimun-Salak.  Hal  tersebut  membuat
masyarakat  yang  telah  menetap  sebelumnya  merasa  khawatir  lahan  garapan
4 mereka  diambil  alih  oleh  Taman  Nasonal,  karena  basis  dari  Taman  Nasional
adalah  konservasi.  Walaupun  tahun  2003  kawasan  wisata  Gunung  Salak  Endah telah  dilimpahkan  kepada  Balai  Taman  Nasional  Gunung  Halimun-Salak,
BTNGHS  baru  beroperasi  secara  resmi  pada  tahun  2007  ditandai  dengan dibangunnya  kantor  resort  yang  terletak  di  Gunung  Bunder.  Masa  kekosongan
tersebut  digunakan  masyarakat  untuk  membuka  lahan  dan  menebang  pohon- pohon  di  Taman  Nasional  secara  besar-besaran.  Lahan  garapan  yang  digunakan
untuk  pertanian  yang  ada  dalam  kawasan  Taman  Nasional  telah  diambil  oleh Taman  Nasional.  Hal  tersebut  membuat  masyarakat  yang  sebelumnya
menggantungkan  hidupnya  pada  pertanian  mencari  alternatif  lain  untuk menyambung  hidup.  Dibukanya  kawasan  wisata  GSE  untuk  umum  otomatis
memberikan peluang bagi masyarakat untuk dapat mendapatkan penghasilan dari ekowisata.  Selain  itu,  untuk  dapat  memenuhi  kebutuhannya  masyarakat  juga
mencari pekerjaan di luar bidang pertanian dan ekowisata.
Kawasan  Wisata  Gunung  Salak  Endah  yang  memiliki  banyak  obyek wisata,  diantaranya  yang  banyak  menarik  pengunjung  adalah  Pemandian  Air
Panas  Lokapurna  dan  Curug  Cigamea.  Kedua  lokasi  tersebut  selalu  ramai pengunjung  dan  banyak  masyarakat  lokal  yang  membuka  usaha  di  sana.  Dari
rumusan masalah yang telah dipaparkan penulis mengajukan beberapa pertanyaan penelitian untuk diteliti dan hendak dijawab, yaitu:
1.  Bagaimana  bentuk  strategi  nafkah  rumahtangga  pedagang  warung  yang
berusaha di Curug Cigamea dan Pemandian Air Panas Lokapurna? 2.  Bagaimana  struktur  nafkah  rumahtangga  pedagang  warung  dari  sektor
pertanian, ekowisata, serta non-pertanian bukan ekowisata di kedua lokasi? 3.  Bagaimana  tingkat  kemiskinan  rumahtangga  pedagang  warung  di  kedua
lokasi? 4.  Bagaimana  kaitan  struktur  dan  strategi  nafkah  masyarakat  terhadap
pengelolaan kawasan ekowisata?
1.3 Tujuan Penelitian
Penulisan  skripsi  ini  secara  umum  bertujuan  untuk  mengetahui  struktur dan  strategi  nafkah  rumahtangga  masyarakat  lokal  yang  berusaha  di  wisata  Air
Panas Lokapurna dan Curug Cigamea. Tujuan khususnya dapat diuraikan sebagai berikut:
1.  Mengetahui strategi nafkah rumahtangga pedagang warung di Pemandian Air
Panas Lokapurna dan Curug Cigamea sejak dibukanya kawasan wisata GSE. 2.  Menganalisis  struktur  nafkah  rumahtangga  pedagang  warung  dari  pertanian,
ekowisata, dan non-pertanian bukan ekowisata di kedua lokasi. 3.  Menganalisis  tingkat  kemiskinan  rumahtangga  pedagang  warung  di  kedua
lokasi. 4.  Menganalisis  kaitan  struktur  dan  strategi  nafkah  masyarakat  terhadap
pengelolaan kawasan ekowisata. Hal tersebut merupakan potensi untuk membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat  dan  mengajak  masyarakat  untuk  ikut  berpartisipasi  aktif  dalam menjaga  lingkungan,  serta  mencegah  adanya  aksi  perambahan  hutan  secara
illegal,  karena  pembukaan  kawasan  konservasi  menjadi  tempat  wisata  dapat memicu adanya pergesekan antara masyarakat dengan pemerintah.
5
1.4 Kegunaan Penelitian
1.  Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi  pemerintah  dalam  menerapkan  kebijakan  dalam  pengembangan
ekowisata  dengan  memberi  peluang  kepada  masyarakat  di  kawasan  hutan untuk dapat mengelola hutan dan tetap menjaga fungsi hutan.
2.  Bagi  Pengelola,  penelitian  ini  diharapkan  dapat  digunakan  sebagai  pemacu kegiatan  promosi  di  kawasan  wisata  Gunung  Salak  Endah  agar  dapat
membantu  perekonomian  masyarakat  sekitar  kawasan  dan  dapat  menjadi bahan pertimbangan untuk meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana di
wisata Gunung Salak Endah.
3.  Bagi  akademisi,  penelitian  ini  diharapkan  dapat  menjelaskan  mengenai kontribusi  ekowisata  yang  dapat  memberikan  peluang  kepada  masyarakat
untuk  dapat  mengelola  kawasan  hutan,  mengambil  manfaat  hutan,  dan menjaga kelestarian kawasan hutan.
4.  Bagi  masyarakat,  penelitian  ini  diharapkan  dapat  digunakan  masyarakat sebagai  sumber  pendapatan  masyarakat,  sehingga  menjadi  lebih  banyak  dan
variatif,  bahkan  bisa  dikombinasikan  dari  aktivitas  ekonomi  di  bidang pertanian dan non-pertanian.