Strategi Rumahtangga Pedagang Warung di Pemandian Air

44 - Rumahtangga dengan suami istri yang bekerja di sektor wisata dan non-pertanian bukan ekowisata Rumahtangga ini ditunjukkan dengan istri yang bekerja sebagai pedagang warung di obyek wisata dan suaminya bekerja sebagai seorang sales. Contoh kasus rumahtangga ini adalah rumahtangga ibu NN 27 tahun, yang kebetulan juga merupakan warga penglaju dari daerah Leuwiliang: Dari hasil percakapan tadi diketahui bahwa Ibu NN berdagang warung untuk tambahan pendapatan rumahtangganya dan juga membantu suaminya yang bekerja sebagai sales di suatu perusahaan. Bu NN juga mengemukakakan pendapatan dari berdagang warung tidak menentu tergantung banyaknya pengunjung yang berbelanja di warungnya. Selain itu, Ibu NN juga berdagang setiap hari dari pagi hingga sore hari dan pulang ke rumahnya di Leuwiliang. Menurut Ibu NN penghasilan yang di dapat cukup untuk makan dan juga biaya sekolah anak-anak. - Tipe rumahtangga dengan pola nafkah yang kedua yaitu, suami dan atau istri bekerja dengan lebih dari satu pekerjaan pada musim- musim tertentu. Hal ini terlihat pada rumahtangga Pak WNT 53 tahun yang bekerja sebagai penganyam bambu dan menjaga villa saat akhir pekan dan saat musim liburan tiba, serta membuka homestay jika ada anak sekolah maupun mahasiswa yang sedang penelitian. Berikut kutipan wawancara mendalam bersama Pak WNT tentang strategi yang diterapkan untuk bertahan hidup: “Saya bersama istri sudah berusaha di pemandian air panas ini selama 15 tahun membuka warung. Saya menjaga villa juga dengan upah yang diberikan dari pemilik villa Rp200 000 setiap ada yang menginap. Biasanya sebulan bisa sekali, kalo ramai seperti tahun baru kemarin biasanya harga sewa dinaikkan dua kali lipat yang awalnya Rp200 000 per malam menjadi Rp400 000 sampai Rp600 000 per malam. Penyewaan villa juga tidak bisa ditentukan pendapatannya sama seperti warung karena yang menginap jarang, apalagi akhir-akhir ini sepi. Pekerjaan apa aja saya kerjakan, yang penting halal dan bisa buat makan orang rumah. “Saya sudah berusaha di pemandian air panas ini sekitar dua tahun, saya membuka warung ini dengan alasan dekat dengan orang tua dan menambah-nambah pendapatan rumahtangga. saya berdagang setiap hari di sini dari jam 09.00 WIB sampai jam 16.00 WIB. Biasanya sehari bisa dapet Rp30 000 kalau hari biasa di sini sepi, saya pernah mangalami sehari berjualan dan tidak dapat pemasukkan. Pemandian air panas ini ramainya kalu sudah musim liburan sekolah, lebaran, atau tahun baruan. Saat-saat seperti itu lumayan pemasukkannya dari warung sehari bisa Rp100 000. Hari sabtu minggu saya juga tetap berdagang dan lumayan ramai juga biasanya bisa dapat Rp100 000 sampai Rp200 000. Suami saya bekerja sebagai karyawan di perusahaan, kerja jadi sales, setiap bulan di gaji Rp1 500 000. Hasil yang didapat dari warung dan gaji suami cukup untuk makan sama memenuhi kebutuhan sehari-hari. Itu juga sudah sangat bersyukur. Terlebih sekarang harga kebutuhan pokok mengalami kenaikan. Pengunjung yang datang juga terkadang hanya sedikit belanja di warung, sebab sudah membawa bekal atau makanan dari luar.” Ibu NN 27 tahun, pedagang warung 45 Box 1 Kisah Kehidupan Ibu KK 22 tahun Ibu KK sudah membuka warung di Pemandian Air Panas Lokapurna sejak tiga tahun yang lalu, sebelumnya warung ini adalah pekerjaan dari mertuanya. Suami Ibu KK bekerja sebagai pengurus empang lele milik orang lain. Suami ibu KK mendapat gaji sebesar Rp200 000 per bulannya. Biasanya suami ibu KK mengurus empang lele yang diternakkan oleh orang, pekerjaannya memberi makan ikan lele, membersihkan empangnya, mengambil ikan lele jika ada pembeli yang ingin membeli. Sama seperti responden yang membuka usaha warung, pendapatan per hari Ibu KK juga tidak menentu rata-rata Ibu KK mendapat untung Rp25 000. Pada akhir pekan seperti Sabtu- Minggu rata-rata mendapatkan Rp50 000 per hari. Untuk menambah penghasilan, ibu KK juga menyewakan bale-bale untuk pengunjung yang membawa rombongan. Ibu KK punya sekitar 10 buah bale-bale dan paling ramai saat Sabtu-Minggu. Dalam dua hari biasanya Ibu KK mendapat hasil Rp120 000 satu bale disewakan seharga Rp20 000. Tidak hanya itu saja ibu KK juga menyewakan pondok kecil harganya dibandrol Rp300 000 per malam. Menurut Ibu KK, adanya obyek wisata pemandian air panas memberikan kontribusi yang dapat dirasakan untuk menghidupi keluarganya. Hal tersebut disebabkan Ibu KK tidak memiliki lahan pertanian dan menolak untuk bekerja di pertanian, sehingga sektor wisata dipilih untuk mendapatkan penghasilan. Kadang juga saya membuat anyaman bambubilik untuk dijual jika ada yang memesan. Sebulan bisa laku tiga lembaran, orang biasanya butuh untuk membenarkan rumah atau warungnya. Anyaman bilik yang saya jual seharga Rp30 000 per lembar. Kalau pekerjaan musiman seperti sewa villa lagi sepi, saya membantu istri menjaga warung.” Bapak WNT 53 tahun Penuturan Pak WNT tentang strategi menghidupi keluarganya dapat terlihat bahwa ia memanfaatkan kesempatan yang ada untuk dapat menambah pemasukkan bagi rumahtangganya dengan melakukan nafkah ganda dari pekerjaan utamanya, yaitu warung dengan menjaga villa, homestay, dan membuat anyaman bambu bilik. Walaupun pendapatannya tidak tetap Pak WNT tetap menjalankannya. Karena saat musim-musim liburan villa yang dijaganya kebanjiran pengunjung. - Rumahtangga dengan pola suami bekerja di sektor pertanian dan istri bekerja di sektor wisata terlihat pada rumahtangga Ibu KK 22 tahun yang mencari nafkah di lokasi wisata dengan membuka warung sejak tiga tahun lalu. Berikut akan disajikan kisah kehidupan Ibu KK dalam bentuk box cerita. - Tipe rumahtangga yang terakhir yaitu, anggota rumahtangga termasuk anak dan menantu ikut bekerja untuk mempertahankan hidup. Tipe ini dilakukan oleh rumahtangga Ibu EH yang berusia 42 tahun yang telah bekerja sebagai asisten rumahtangga di salah satu villa di lokasi pemandian air panas, dan juga membuka warung. Ia memiliki tujuh orang anak dua diantaranya sudah beranjak dewasa. Salah satu anaknya telah bekerja di sebuah konter telepon selular di Jakarta, setiap bulan Ibu EH dikirimi uang sebesar Rp200 000 dari anaknya. Anaknya memberikan sebagian gajinya kepada ibu EH untuk membantu keuangan keluarga dan juga membantu membiayai sekolah adik-adiknya. Dari bekerja