Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Pedagang Warung Di Curug Cigamea

69 buruh tambang. Responden lapisan atas dan menengah menganggap sektor ekowisata dan non-pertanian bukan ekowisata merupakan sektor penting bagi sistem penghidupan mereka. Pada responden lapisan bawah, menganggap sektor ekowisata merupakan penopang besar bagi jumlah pendapatan rumahtangganya. Responden di Pemandian Air Panas Lokapurna struktur nafkahnya lebih rendah dibandingkan dengan responden di Curug Cigamea karena letak dan akses obyek wisata ini cukup jauh ke dalam dengan kondisi jalan yang rusak, serta fasilitas yang masih minim membuat pengunjung yang datang tidak seramai di Curug Cigamea. Selain itu, kurang bervariasinya usaha yang ada di pemandian air panas juga agak membosankan, mereka mayoritas membuka warung dengan menu yang sama dan di lokasi ini juga tidak ada kios souvenir yang bisa menarik pengunjung. Selain itu, terkadang pengunjung sudah membawa makanan dari luar dan tidak jajan di warung mereka. Responden lapisan menengah lebih banyak memanfaatkan sektor ekowisata karena dari mereka ada yang tidak memliki lahan atau mereka memiliki lahan tapi hanya dipakai secara subsisten. Pendapatan dari sektor non-pertanian bukan ekowisata ini disebabkan oleh banyaknya responden lapisan menengah dan bawah bekerja ke luar desa sebagai kuli bangunan, karyawan, supir, maupun tukang kredit tahunan. Data berupa angka mutlak tadi akan dikonversikan menjadi persentase yang ditampilkan pada Gambar 20 di bawah ini, tentang persentase perbandingan struktur nafkah di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea. Gambar 20 Persentase perbandingan struktur nafkah rumahtangga pedagang warung di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea Grafik tersebut menunjukkan bahwa kawasan wisata alam Gunung Salak Endah, khususnya obyek wisata Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea telah memberikan kontribusi yang tinggi pada total pendapatan rumahtangga. Persentase yang dihasilkan dari data yang diolah memberikan beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Sektor pertanian menyumbang sangat kecil pada total pendapatan rumahtangga di setiap lapisan di setiap lokasi. 2. Sektor ekowisata penting bagi rumahtangga lapisan menengah dan rendah pada rumahtangga pedagang warung di Pemandian Air Panas Lokapurna. 70 3. Sektor ekowisata di setiap lokasi sama-sama penting pada rumahtangga lapisan bawah dalam menyumbang total pendapatan. 4. Sektor non-pertanian bukan ekowisata sama-sama tinggi dalam menyumbang total pendapatan rumahtangga pada lapisan atas di setiap lokasi

6.3 Ikhtisar

Struktur nafkah yang didapatkan pada reponden di obyek wisata Pemandian Air Panas Lokapurna berasal dari sektor pertanian, ekowisata, dan sektor non-pertanian dan non-ekowsisata. Rata-rata kontribusi yang diberikan pada sektor pertanian tidak terlalu besar, hal ini dsebabkan oleh masyarakat telah beralih mata pencaharian ke sektor ekowisata dan juga tidak memiliki lahan untuk diolah. Kontribusi pendapatan dari sektor pertanian bagi total pendapatan rumahtangga per tahunnya pada setiap lapisan adalah lapisan bawah 7 responden berada di Rp717 143 per tahun, lapisan menengah 6 responden Rp887 500 per tahun, dan lapisan atas 7 responden Rp1 138 571 per tahun. Pendapatan yang dihitung merupakan hasil dari lahan pertanian dan juga usaha-usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian selama satu tahun. Pendapatan tersebut berasal dari hasil penjualan buah-buahan dari kebun buah yang dimiliki, menjadi pengurus empang, beternak ayam, pengurus kambing, dan bertani subsisten. Pada rumahtangga lapisan atas responden banyak yang masih memiliki lahan untuk diolah dan mempekerjakan tenaga kerja yang diupah serta hasilnya dijual ke pasar atau ke tengkulak, sedangkan pada rumahtangga lapisan menengah sektor pertanian cukup banyak yang tidak memiliki lahan tetapi mereka menjadi tenaga kerja yang diupah atau tenaga kerja yang dibagi hasil bila panen atau ternak yang diurusnya telah menghasilkan anakan, rumahtangga sektor ini juga memaksimalkan pendapatannya di ekowisata sebagai tambahan penghasilan. Pada rumahtangga lapisan bawah hampir didominasi oleh rumahtangga yang tidak memiliki lahan dan sebagian besar juga berusaha di obyek wisata dengan membuka warung, menyediakan pondok penginapan, menyewakan bale-bale kepada pengunjung yang datang. Kontribusi sumber pendapatan rumahtangga di Pemandian Air Panas Lokapurna selanjutnya adalah sektor ekowisata. Sektor ini paling tinggi memberikan kontribusi bagi rumahtangga lapisan menengah sebanyak 89 persen atau sebesar Rp20 070 000 per tahunnya. Hal tersebut disebabkan oleh kebanyakan responden memaksimalkan sektor ekowisata jika sedang menunggu hasil panen saat tidak ada pekerjaan di pertanian maupun non-pertanian bukan ekowisata untuk mempertahankan kehidupan rumahtangganya. Pada lapisan bawah, kontribusi dari ekowisata sebesar Rp12 214 286 per tahunnya atau 83 persen. Hal ini disebabkan rumahtangga pada lapisan ini memanfaatkan sektor ekowisata dengan membuka warung dan menjaga villa milik orang lain yang disewakan kepada pengunjung. Rumahtangga lapisan atas mendapatkan kontribusi dari ekowisata sebanyak 62 persen atau sebesar Rp18 574 286 per tahunnya dari total pendapatan setiap sumber pendapatan. Lapisan ini kebanyakan memiliki warung, usaha parkir, menyewakan homestay, dan menyewakan bale- bale . Bale-bale yang dimiliki oleh rumahtangga lapisan tinggi minimal lima bale yang tarifnya Rp15 000 sampai Rp20 000 per bale per 2 jam. 71 Sumber nafkah berikutnya adalah sektor non-pertanian bukan ekowisata. Sektor ini dimanfaatkan lebih sering oleh rumahtangga lapisan atas, mereka bekerja sebagai kuli bangunan, karyawan, menjual anyaman bilik, tukang kredit, dan juga supir. Rata-rata pendapatannya adalah sebesar Rp10 148 571 per tahun atau sebanyak 34 persen. Rumahtangga lapisan menengah dan bawah tidak terlalu memanfaatkan sektor ini karena masuh bergantung pada ekowisata. Dari hasil struktur nafkah tersebut dapat dilihat tingkat kemiskinan pada rumahtangga responden di Pemandian Air Panas Lokapurna. Acuan garis kemiskinan yang digunakan adalah garis kemiskinan menurut World Bank sebesar USD 2.00 atau setara dengan kurang lebih Rp20 000 per kapita perhari. Dari hasil penghitungan yang dilakukan rumahtangga responden lapisan atas berdasarkan sumber pendapatan pertanian sebesar Rp780 per kapita per hari, ekowisata sebesar Rp12 722 per kapita per hari, serta non-pertanian bukan ekowisata Rp6 951 per kapita per hari. Rumahtangga lapisan menengah, sektor pertanian sebesar Rp608 per kapita per hari, ekowisata sebesar Rp13 746 per kapita per hari, serta non-pertanian bukan ekowisata Rp1 025 per kapita per hari. Rumahtangga lapisan bawah mendapatkan pendapatan per kapita per hari dari sektor pertanian adalah Rp491 per kapita per hari, ekowisata Rp8 366 per kapita per hari, serta non-pertanian bukan ekowisata Rp1 198 per kapita per hari. Hal ini mengindikasikan rumahtangga pedagang warung di Pemandian Air Panas Lokapurna masih berada dibawah garis kemiskinan karena masih berada di bawah standar garis kemiskinan World Bank yaitu kuruang lebih Rp20 000 per kapita per hari jika dilihat dari rata-rata sumber pendapatannya, namun total pendapatan dari setiap sumber nafkah yang telah melebihi standar USD 2.00 terdapat pada rumahtangga lapisan atas yaitu sebesar Rp20 453 per kapita per harinya. Struktur nafkah rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea juga dibagi dalam tiga sumber pendapatan yaitu pertanian, ekowisata, serta non- pertanian bukan ekowisata. Rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea dibagi dalam tiga lapisan, yaitu rumahtangga lapisan atas 5 responden, rumahtangga lapisan menengah 7 responden, dan rumahtangga lapisan bawah 8 responden. Kontribusi yang diberikan dari sektor pertanian tidak terlalu terasa bagi sebagian besar responden karena tidak ada lagi lahan untuk pertanian di dalam kawasan Taman Nasional. Pada lapisan atas sektor pertanian didapat dari hasil menjual padi dan ternak Ayam Bangkok. Ternak Ayam Bangkok ini cukup menguntungkan bagi rumahtangga yang mengusahakannya. Rumahtangga lapisan atas mendapatkan kontribusi dari pertanian sebesar Rp1 700 000 per tahunnya, kontribusi dari ekowisata sebesar Rp35 664 000 per tahunnya, kontribusi non-pertanian bukan ekowisata sebesar Rp8 544 000 per tahunnya. Pada rumahtangga lapisan menengah kontribusi sektor pertanian adalah Rp685 714 per tahun, kontribusi sektor ekowisata Rp20 262 857 per tahun, kontribusi sektor non-pertanian bukan ekowisata sebesar Rp8 160 000 per tahun. Rumahtangga lapisan bawah mendapatkan kontribusi sektor pertanian sebesar Rp726 250 per tahun, sektor ekowisata Rp17 074 000 per tahun, sektor non-pertanian bukan ekowisata sebesar Rp1 530 000 per tahun. Hal ini memperlihatkan sektor luar pertanian memberikan kontribusi yang signifikan pada total pendapatan rumahtangga di semua lapisan.