16 sumber penghidupan maka hutan harus dijaga dengan baik dan diatur dengan
aturan yang dapat memberikan keuntungan bagi semua pihak. Salah satu fungsi hutan adalah dapat dijadikan tujuan pariwisata, hutan yang biasanya dijadikan
kawasan rekreasi adalah hutan yang memiliki potensi keindahan alam berupa obyek wisata seperti air terjun, pemandian air panas, bumi perkemahan, dan lain
sebagainya. Dalam rangka mewujudkan pemberdayaan masyarakat pengelola mengajak masyarakat lokal untuk dapat ikut serta dalam menjaga sekaligus
melestarikan lingkungan agar dapat terus memberikan sumber penghidupan.
Adanya pariwisata alam Gunung Salak Endah, khususnya obyek wisata Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea yang selalu ramai
pengunjung membawa perubahan baik langsung maupun tak langsung pada mata pencaharian masyarakat yang awalnya pertanian menjadi ekowisata. Meskipun,
masih ada masyarakat sekitar yang masih bekerja di sektor pertanian, jumlahnya tidak terlalu banyak karena sebagian dari mereka telah tidak memiliki sawah atau
lahan untuk diolah, mereka bekerja hanya sebagai buruh tani.
Alternatif yang dilakukan untuk tetap dapat menghidupi keluarga adalah dengan bekerja di sektor ekowisata dan juga sektor non-pertanian bukan
ekowisata. Sektor ekowisata di sini bisa menjadi: pedagang, penjual jasa, maupun industri kecil, sedangkan sektor non-pertanian bukan ekowisata meliputi kuli
bangunan, supir, karyawan perusahaan, dan wiraswasta. Sumber-sumber pendapatan tersebut baik dari pertanian dan non-pertanian diatur sedemikian rupa
oleh rumahtangga yang berada dalam kawasan wisata untuk bertahan hidup.
Sumber-sumber pendapatan tersebut menghasilkan tingkat pendapatan pertanian, ekowisata, dan non-pertanian bukan ekowisata yang berbeda-beda
pada setiap rumahtangga dan diduga berhubungan dengan tingkat kemiskinan masing-masing rumahtangga. Tingkat kemiskinan dilihat dari standar pengukuran
tingkat kemiskinan menurut World Bank di mana rumahtangga yang mendapatkan pendapatan kurang dari USD 2 per hari per kapita. Secara ringkas hal tersebut
dapat dilihat pada Gambar 1.
17
Gambar 1 Kerangka pemikiran struktur dan strategi nafkah rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea dan Pemandian Air Panas
Lokapurna, Kawasan Wisata Alam Gunung Salak Endah
2.10 Hipotesis
Terdapat hubungan antara struktur nafkah terhadap tingkat kemiskinan rumahtangga pedagang warung akibat adanya obyek wisata Pemandian Air Panas
Lokapurna dan Curug Cigamea di Kawasan Wisata Alam Gunung Salak Endah. 2.11
Definisi Operasional
1. Struktur nafkah adalah gabungan nafkah dari sumber nafkah yang digeluti responden di sektor pertanian, ekowisata, dan non-pertanian bukan ekowisata
dalam kurun waktu satu tahun yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Struktur nafkah ini dijadikan tingkat pendapatan, yaitu jumlah pemasukkan yang
Keterangan: : Fokus Penelitian
Sumberdaya Alam
Pengunjung Peluang Kerja bagi Masyarakat
Nilai Ekonomi
Obyek Wisata Alam
Jasa Lingkungan
Struktur Nafkah: - Tingkat Pendapatan
Pertanian - Tingkat Pendapatan
Ekowisata - Tingkat Pendapatan
Non-pertanian bukan ekowisata
Tingkat Kemiskinan - Pendapatan per kapita per hari
Kesempatan Kerja Ekowisata
18 diterima seseorang dari sumber pendapatan yang didapatkannya yang dihitung
selama kurun waktu satu tahun dalam satuan rupiah juga. Penghitungan didasarkan pada jumlah total rata-rata pendapatan rumahtangga yang berasal
dari pertanian, ekowisata, serta non-pertanian bukan ekowisata pada total sampel yang diukur. Struktur nafkah ini berasal dari:
a. Tingkat pendapatan dari sektor pertanian: jumlah total pemasukkan yang
diterima responden dari hasil bertani, berkebun, beternak dinyatakan dalam rupiah
b. Tingkat pendapatan sektor ekowisata: jumlah total pemasukkan yang diterima responden dari hasil berjualan warung, pondok penginapan, jaga
loket, jaga villa, usaha parkir, penyewaan bale-bale, jasa ketering, dan homestay
dinyakatan dalam rupiah c. Tingkat pendapatan dari sektor non-pertanian bukan ekowisata: jumlah
total pemasukkan yang diterima responden dari hasil bekerja sebagai kuli bangunan, supir, karyawan, tukang kredit, dan wiraswasta dinyatakan
dalam rupiah
Penentuan kategori lapisan sosial rumahtangga pada struktur nafkah berdasarkan sebaran normal pendapatan yang diperoleh dari kedua lokasi
obyek wisata yang dihitung secara terpisah dengan menggunakan rumus. Kategori lapisan bawah diperoleh dengan menghitung pendapatan rata-rata
dikurangi setengah standar deviasi. Kategori lapisan atas diperoleh dengan menghitung pendapatan rata-rata ditambah setengah standar deviasi. Kategori
lapisan menengah diperoleh dari selang antara lapisan rumahtangga pendapatan rendah dan lapisan rumahtangga pendapatan tinggi.
a. Lapisan bawah = x-½ standar deviasi b. Lapisan menengah = x -
½ standar deviasi ≤ x ≤ x + ½ standar deviasi c. Lapisan atas = x +½ standar deviasi
2. Tingkat kemiskinan diukur dengan standar pengukuran kemiskinan World Bank
dengan responden yang memiliki penghasilan dibawah USD 2,00 per kapita per hari.
19
BAB III
PENDEKATAN LAPANG
Metode yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data adalah kombinasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kuantitatif dilakukan dengan metode survei kepada responden. Survei mengambil contoh dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data pokok Singarimbun dan Effendi 2008.
Pendekatan kualitatif dilakukan melalui wawancara kepada informan dan observasi di lapangan. Satuan unit analisis responden untuk data kuantitatif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rumahtangga. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara purposive yang terdiri dari jumlah responden yang
membuka usaha warung di Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea. Teknik pengambilan sampel responden dengan teknik pengambilan cluster sampling.
Responden yang diteliti berjumlah 40 orang, masing-masing 20 orang di Pemandian Air Panas Lokapurna dan 20 orang di Curug Cigamea.
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Kawasan Wisata Alam Gunung Salak Endah, tepatnya di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea, yang terletak di
Desa Gunung Sari Kampung Ciparay dan Kampung Rawa Bogo, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan selama
kurang lebih satu bulan, mulai bulan Maret 2013 sampai April 2013. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan alasan karakteristik yang
terdapat dalam lokasi ekowisata tersebut sesuai dengan maksud penelitian, yaitu melihat perbedaan tingkat pendapatan dan penerapan strategi nafkah yang ada di
kedua lokasi obyek wisata tersebut, dengan pertimbangan kedua lokasi tersebut yang paling banyak dikunjungi.
Kawasan ekowisata ini termasuk ke dalam kawasan yang dikelola Balai Taman Nasional Gunung-Halimun Salak. Obyek wisata yang ada di Gunung
Salak Endah adalah Pemandian Air Panas, Curug Cigamea, Curug Seribu, Curug Ngumpet, dan Kawah Ratu, dan masih banyak lagi. Adanya beberapa obyek
wisata di Gunung Salak Endah seperti pemandian air panas Lokapurna dan Curug Cigamea tentunya menarik wisatawan untuk datang, sehingga membuka peluang
kepada masyarakat setempat untuk mencari pendapatan di kawasan ekowisata dan menerapkan strategi nafkah yang cocok sebagai pilihan untuk bertahan hidup.
Berdasarkan alasan tersebut, maka kedua obyek wisata ini dipilih menjadi tempat penelitian.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui penelitian langsung dengan menggunakan instrumen
kuesioner, observasi di lapangan dan wawancara kepada informan dan responden. Data sekunder diperoleh dari analisis dokumen dan literatur-literatur lain yang