Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Pedagang Warung Di Pemandian Air Panas Lokapurna
                                                                                62 adalah  rumahtangga  yang  memang  telah  bermukim  di  dekat  lokasi  wisata.  Hasil
analisis  data  primer,  diketahui  dari  20  responden  keseluruhannya  memanfaatkan sektor  ekowisata  untuk  menambah  pendapatan.  Hasil  dari  penghasilan  sektor
ekowisata  digunakan  untuk  keperluan  yang  bersifat  pokok  dan  juga  sampingan. Pendapatan  dari  sektor  ini  bagi  sebagian  rumahtangga  dianggap  menyumbang
cukup  besar  pada  total  penghasilan  rumahtangga  selain  dari  pertanian  dan  non- pertanian.  Grafik  rata-rata  pendapatan  sektor  ekowisata  per  tahunnya  disajikan
dalam gambar 13 berikut ini.
Gambar 13  Tingkat pendapatan ekowisata pada rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea per tahun
Grafik tersebut menggambarkan sektor ekowisata menyumbang pada total pendapatan  responden  secara  signifikan.  Pada  rumahtangga  lapisan  atas  sektor
ekowisata  memberikan  kontribusi  sebesar  Rp35  664  000  per  tahun.  Hal  ini disebabkan rumahtangga lapisan ini adalah sebagian yang rumahtangganya selain
berdagang warung juga menyediakan jasa ketering yang keuntungannya lumayan besar  apabila  ada  pesanan.  Selain  itu,  ada  juga  rumahtangga  yang  menjual  buah
tangan  atau  souvenir  dan  hanya  rumahtangga  itu  sendiri  yang  menjual  atau memiliki  kios  souvenir  di  Curug  Cigamea,  keuntungannya  dapat  mencapai  Rp3
000 000 per bulan. Dari gambar tersebut juga dapat ditarik kesimpulan: 1.  Sektor  ekowisata  merupakan  sektor  penting  bagi  keberlanjutan  sistem
penghidupan rumahtangga responden di semua lapisan. 2.  Sektor  ekowisata  menyumbang  cukup  besar  pada  rumahtangga  lapisan
menengah dan bawah.
6.1.8  Pendapatan  Sektor  Non-pertanian  bukan  ekowisata  Rumahtangga Pedagang Warung di Curug Cigamea
Pendapatan  dari  hasil  pertanian  sudah  dirasa  tidak  cukup  lagi  dalam menghidupi  rumahtangga,  masyarakat  di  sekitar  obyek  wisata  Curug  Cigamea
berusaha mencari alternatif pendapatan di luar sektor pertanian yang dirasa cukup untuk  memberikan  kontribusi  pada  eksistensi  rumahtangga.  sektor  non-pertanian
bukan  ekowisata  dimanfaatkan  oleh  rumahtangga  untuk  menyambung  hidupnya. Tidak jarang dari mereka melakukan pola nafkah ganda untuk memenuhi tuntuan
63 hidup. Adanya Curug Cigamea telah membuka  peluang usaha masyarakat dalam
mencari nafkah Sektor  luar  pertanian  dipilih  masyarakat  karena  lebih  memberikan
kontribusi  pada  pendapatan  total  rumahtangga  dibandingkan  dengan  pertanian yang  belum  tentu  mendapatkan  keuntungan  saat  hasil  panen.  Kerja  yang  tidak
terlalu  berat  dan  pendapatan  yang  dapat  langsung  dinikmati  menjadi  alasan responden untuk beralih ke sektor non-pertanian. Sumber-sumber pendapatan dari
sektor non-pertanian akan dihitung dan dirata-rata untuk selanjutnya digolongkan menjadi  tiga  kategori  lapisan  responden  yaitu  bawah,  menengah,  atas  dengan
bantuan  Microsoft  excel  2007  untuk  mengolahnya.  Grafik  berikut  akan menyajikan  secara  rinci  tingkat  pendapatan  rumahtangga  dari  sektor  non-
pertanian bukan ekowisata di Curug Cigamea.
Gambar 14  Tingkat pendapatan
non-pertanian bukan
ekowisata pada
rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea per tahun Grafik tersebut memperlihatkan bahwa:
1.  Rumahtangga  lapisan  atas  5  reponden  dan  menengah  7  responden  cukup memanfaatkan sektor non-pertanian bukan ekowisata terbukti dengan rata-rata
pendapatan  yang  dihasilkan  setiap  tahunnya  yaitu  sebesar  Rp8  544  000  dan Rp8  160  000.  Hal  ini  disebabkan  oleh  sebagian  rumahtangga  pada  lapisan
tinggi melakukan strategi migrasi untuk mendapatkan nafkah, mereka bekerja ke luar desa sebagai kuli bangunan dan wiraswasta.
2.  Semakin  rendah  lapisan  sosial  rumahtangganya  maka  semakin  rendah  pula pendapatan dari sektor non-pertanian bukan ekowisata per tahunnya.
                