Pendapatan Sektor Ekowisata Rumahtangga Pedagang Warung di Curug Cigamea

65 Gambar 16 Persentase Struktur Nafkah Rumahtangga Pedagang Warung di Curug Cigamea Menurut Lapisannya per tahun Dari grafik dapat terlihat sebanyak 78 persen dari total pendapatan responden lapisan atas berasal dari ekowisata dan 18 persen dari non-pertanian dan bukan ekowisata, hal ini ini mengindikasikan sektor tersebut dipilih karena sektor pertanian sudah tidak terlalu memberikan kontribusi pada total pendapatan per tahunnya. Sektor luar pertanian dipandang lebih menguntungkan karena pemasukkannya jelas dan dapat langsung dirasakan hasilnya, tidak perlu menunggu waktu panen yang cukup lama tapi hasilnya sedikit pada sektor pertanian. Pada lapisan bawah terlihat sektor ekowisata sangat dominan tercatat 88 persen, jika dibandingkan sektor-sektor lainnya yang hanya 4 persen dan 8 persen, hal ini disebabkan rumahtangga lapisan rendah memiliki sedikit atau tidak memiliki mata pencaharian lain selain dari ekowisata. Dari analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan: 1. Rumahtangga lapisan atas dan sedang menganggap penting sektor ekowisata dan sektor non-pertanian bukan ekowisata sebagai penyumbang besar dalam jumlah pendapatan rumahtangga di masing-masing lapisannya. 2. Rumahtangga lapisan bawah memanfaatkan secara maksimal sektor ekowisata dengan persentase terbesar dari semua lapisan rumahtangga.

6.1.10 Tingkat Kemiskinan Rumahtangga Pedagang Warung Di Curug Cigamea

Hasil analisis dari tingkat pendapatan yang berasal dari pertanian, ekowisata, serta non-pertanian bukan ekowisata, selanjutnya akan dijelaskan tentang tingkat kemiskinan yang terjadi pada rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea. Acuan standar yang digunakan dalam menghitung tingkat kemiskinan adalah acuan dari World Bank di mana ukuran yang digunakan adalah USD 2.00 per kapita per hari. Agar lebih jelas dalam melihat tingkat kemiskinan dari setiap lapisannya berikut data disajikan pada Gambar 17. 66 Gambar 17 Grafik rata-rata pendapatan per kapita per tahun rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea menurut lapisannya Kesimpulan yang dapat ditarik dari grafik di atas adalah: 1. Sektor non-pertanian bukan ekowisata di rumahtangga lapisan atas dan menengah sama-sama penting dalam menyumbang pendapatan per kapita per tahun. 2. Sektor ekowisata pada rumahtangga lapisan bawah sangat tinggi kontribusinya dalam menyumbang pendapatan per kapita per tahunnya. 3. Sektor pertanian sangat kecil kontribusi ekonominya di semua lapisan rumahtangga. Dari hasil tabel dan grafik terlihat sektor ekowisata masih mendominasi rata-rata pendapatan per kapita per tahun di seluruh lapisan. Akan tetapi, grafik tersebut belum bisa menjelaskan tingkat kemiskinan pada responden di masing- masing lapisan. Untuk mengujinya maka digunakan acuan garis kemiskinan dari World Bank yaitu sebesar USD 2.00 per kapita per hari yang akan melihat sejauh mana tingkat kemiskinan yang terjadi pada masyarakat yang berusaha di obyek wisata Curug Cigamea Kawasan Wisata Alam Gunung Salak Endah sebagai pedagang warung. Agar lebih jelas mengenai hal tersebut berikut Gambar 18 yang akan menjelaskan tentang rata-rata pendapatan rumahtangga pedagang warung per kapita per hari, yang sumber pendapatannya berasal dari sektor pertanian, ekowisata, serta non-pertanian bukan ekowisata. Gambar 18 Grafik rata-rata pendapatan per kapita per hari rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea menurut lapisannya 67 Hasil yang ditunjukkan pada Gambar 18 menggambarkan rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea menurut acuan angka garis kemiskinan World Bank sebesar USD 2.00 atau kurang lebih sebesar Rp20 000 per kapita per hari. Dari grafik dapat disimpulkan: 1. Rumahtangga lapisan menengah dan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan. 2. Rumahtangga lapisan atas saja yang di atas garis kemiskinan karena total pendapatan dari rumahtangga lapisan tinggi telah melampaui strandar garis kemiskinan World Bank yaitu kurang lebih Rp20 000 yaitu sebesar Rp20 962 per kapita per hari. Hal ini disebabkan oleh adanya kawasan wisata alam Gunung Salak Endah dan semakin sempitnya lahan pertanian yang dapat diolah oleh masyarakat, sehingga mereka memiliki kesempatan bekerja di sektor luar pertanian dengan beralih mata pencaharian ke sektor ekowisata dan non-pertanian bukan ekowisata. Pendapatan pada lapisan pedagang warung lapisan atas dari pendapatan pertanian hanya sebesar Rp776 per kapita per harinya, dari ekowisata Rp16 285 per kapita per hari. Sumber pendapatan non-pertanian bukan ekowisata sebesar Rp3 901 per kapita per hari. Rata-rata pendapatan yang diperoleh rumahtangga pada lapisan bawah per kapita per harinya di sektor pertanian Rp398, ekowisata Rp9 337, serta non-pertanian bukan ekowisata adalah Rp838, sedangkan pada rumahtangga lapisan menengah sektor pertanian adalah Rp470, sektor ekowisata sebesar Rp13 879. Meskipun, rata-rata pendapatan pada setiap sumber pendapatan masih berada di bawah garis kemiskinan rumahtangga pedagang warung di Curug Cigamea masih bisa dikatakan sudah melewati garis kemiskinan pada total pendapatan rata-rata per kapita per hari di rumahtangga lapisan atas, yaitu Rp20 962 per kapita per hari. Pada rumahtangga lapisan menengah dan bawah masih berada di bawah garis kemiskinan yaitu dengan total pendapatan masing-masing Rp19 938 per kapita per hari dan Rp10 573 per kapita per hari.

6.2 Perbandingan Struktur Nafkah pada Rumahtangga Pedagang

Warung di Pemandian Air Panas Lokapurna dan Curug Cigamea, Kawasan Wisata Alam Gunung Salak Endah Struktur nafkah dari tiga sumber nafkah yaitu sektor pertanian, ekowisata, dan non-pertanian bukan ekowisata pada masing-masing lokasi penelitian telah dijabarkan pada Gambar 8 dan Gambar 15. Struktur nafkah pada rumahtangga di kedua lokasi tersebut akan disajikan pada Gambar 19, dari gambar tersebut akan terlihat jelas perbedaan dari masing-masing pendapatan yang didapat dari kedua lokasi. Selain itu, dari Gambar 19 nantinya akan diketahui lokasi mana yang lebih tinggi total pendapatan responden di setiap lapisannya dan diketahui pula persentase perbandingan tingkat pendapatannya.