pernyataan atau persepsi dari responden. Persepsi responden yang menggunakan metode skala likert disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Persepsi responden tentang fungsi serta kondisi ekosistem lamun di
Perairan Kecamatan Bojonegara
No Pernyataan
Sangat Buruk Buruk Sedang
Baik Sangat Baik 1 Kondisi ekosistem lamun
dilihat dari produktivitas perikanan.
2 Manfaat adanya ekosistem lamun bagi masyarakat.
3 Perhatian masyarakat dan instansi terkait terhadap
keberlanjutan ekosistem lamun.
4 Pentingnya kegiatan pelestarian ekosistem lamun
secara bersama antara masyarakat dan instansi-
instansi terkait. 5 Kondisi kelembagaan
pelestarian dan peraturan mengenai ekosistem lamun.
6 Kesadaran masyarakat untuk menjaga ekosistem dan
lingkungan sekitar.
4.4.2 Change on Productivity
Kekayaan alam memiliki nilai bagi manusia karena alam merupakan sumberdaya yang produktif, menghasilkan manfaat baik dalam bentuk barang
maupun jasa. Pendekatan produktivitas dalam penilaian ekonomi sumberdaya alam menggunakan asumsi bahwa sumberdaya alam dipandang sebagai input bagi
suatu produk final yang bernilai bagi publik, dan kapasitas produksi dari sumberdaya alam tersebut dinilai dari seberapa besar kontribusi sumberdaya alam
terhadap produksi produk final Grigalunas and Congar, 1995 dalam Adrianto, 2006.
Metode pendekatan produktivitas digunakan untuk menggambarkan perubahan produksi udang, kerapu, belanak, kepiting, kakap, dan kerang akibat
kerusakan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Kerusakan ekosistem lamun diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas di Perairan Kecamatan
Bojonegara. Perubahan produktivitas tersebut dirumuskan dengan formula dan tahapan sebagai berikut:
a. Nilai Ekonomi Ekosistem Lamun Sebelum Kerusakan NELSK
Nilai ekonomi ekosistem lamun sebelum kerusakan adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari manfaat langsung sebelum terjadi kerusakan terhadap
ekosistem lamun. Luasan ekosistem lamun yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebesar 366,9 ha, sedangkan luas Perairan Kecamatan Bojonegara 1.950 ha
Kiswara, 2004. Nilai ekonomi ekosistem lamun sebelum kerusakan dapat dirumuskan sebagai berikut:
NESK = [P
i0
x H
i
x N
i
– CP
i0
] L i
Keterangan: NESK
= Nilai ekonomi ekosistem lamun sebelum kerusakan Rphatahun P
i0
= Produksi komoditi i sebelum kerusakan Kgtahunorang H
i
= Harga komoditi i Rpkg N
i
= Jumlah nelayan komoditi i orang CP
i0
= Biaya operasi penangkapan komoditi i sebelum kerusakan Rp I
= Jenis komoditi terdiri dari udang, kerapu, belanak, kepiting, kakap dan kerang
L = Luas Perairan Kecamatan Bojonegara ha
b. Nilai Ekonomi Ekosistem Lamun Setelah Kerusakan NELSK
1
Nilai ekonomi ekosistem lamun setelah kerusakan adalah nilai ekonomi yang diperoleh dari manfaat langsung setelah terjadinya kegiatan-kegiatan yang
menyebabkan rusaknya ekosistem lamun. Luasan ekosistem lamun yang dapat dimanfaatkan setelah terjadinya kerusakan ekosistem lamun sebesar 111,2 ha.
Luas Perairan Kecamatan Bojonegara 1.950 ha Kiswara, 2004. Nilai ekonomi ekosistem lamun setelah terjadinya kerusakan dirumuskan sebagai berikut:
NESK
1
= [P
i1
x H
i
x N
i
- CP
i1
] L ii
Keterangan: NESK
1
= Nilai ekonomi ekosistem lamun setelah kerusakan Rphatahun P
i1
= Produksi komoditi i setelah kerusakan Kgtahunorang H
i
= Harga komoditi i Rpkg N
i
= Jumlah nelayan komoditi i orang CP
i1
= Biaya operasi penangkapan komoditi i setelah kerusakan Rp I
= Jenis komoditi terdiri dari udang, kerapu, belanak, kepiting, kakap dan kerang
L = Luas Perairan Kecamatan Bojonegara ha
c. Kehilangan Ekonomi Ekosistem Lamun KEL
Kehilangan manfaat akibat dari berkurangnya bahkan hilangnya suatu
kawasan dapat diestimasikan secara moneter. Kehilangan ekonomi ekosistem
lamun adalah nilai ekonomi yang hilang dari manfaat langsung ekosistem lamun setelah adanya perubahan luas ekosistem lamun. Formulasi dari kehilangan
ekonomi lamun sebagai berikut:
KEL
kti
= NELSK - NESK
1
iii Keterangan:
KEL
kti
= Kehilangan ekonomi ekosistem lamun sebagai kawasan penangkapan ikan dan non-ikan Rphatahun
NELSK = Nilai ekonomi ekosistem lamun sebelum kerusakan Rphatahun
NESK
1
= Nilai ekonomi ekosistem lamun setelah kerusakan Rphatahun Kehilangan ekonomi ekosistem lamun yang diperoleh menggambarkan nilai
kerusakan dari ekosistem lamun.
4.4.3 Replacement Cost
Biaya pengganti replacement cost didasarkan pada estimasi besarnya biaya yang disediakan oleh pengguna jasa lingkungan untuk menghindari kerusakan
lingkungan avoid cost, atau biaya restorasi dan rehabilitasi lingkungan replacement cost, atau biaya substitusi atas jasa lingkungan yang mengalami
kerusakan King and Mazzotta, 2005 ; Hanley and splash, 1995 ; Hussen, 2000 ; Pearce et al, 1994 dalam Tampubolon, 2007. Dengan kata lain, biaya pengganti
dapat diasumsikan sebagai manfaat jasa lingkungan akibat peningkatan kualitas lingkungan melalui rehabilitasi, restorasi, dan konservasi ekosistem Field, 1994
dalam Tampubolon, 2007.
Pembangunan industri, pembangunan dermaga, dan aktivitas nelayan di Perairan Kecamatan Bojonegara diduga mengakibatkan hilangnya luas ekosistem
lamun. Hilangnya luas ekosistem lamun menyebabkan hilangnya manfaat tidak langsung ekosistem lamun seperti sebagai tempat pemijahan ikan dan pencegah
abrasi. Nilai manfaat tidak langsung sebagai tempat pemijahan ikan dan pencegah abrasi dapat dihitung dengan pendekatan replacement cost.
a. Ekosistem Lamun sebagai Tempat Pemijahan Ikan
Nilai ekosistem lamun sebagai tempat pemijahan ikan dihitung melalui pendekatan pembuatan tambak. Biaya pembuatan tambak menggambarkan nilai
tempat pemijahan ikan sebagai pengganti fungsi ekosistem lamun. Formulasi
replacement cost dalam kajian ini mengacu pada penelitian Yusuf 2008 sebagai
berikut:
Npi = THi x KBi x Pbi iv
Keterangan: Npi = Nilai ekonomi ekosistem lamun sebagai tempat pemijahan ikan
Rphatahun THi = Tingkat hidup ikan
KBi = Kepadatan benih ekorha Pbi = Harga bibit Rpekor
b. Ekosistem Lamun sebagai Pencegah Abrasi
Nilai manfaat tidak langsung lainnya yaitu pencegah abrasi. Replacement cost
dari pencegah abrasi dapat dihitung dengan pendekatan pembuatan turap dengan bambu, rumus replacement cost yang digunakan mengacu pada penelitian
Osmaleli 2014 sebagai berikut:
Npx = Cpi x Pt DTi v
Keterangan: Npx = Nilai ekonomi ekosistem lamun sebagai pencegah abrasi Rptahun
Cpi = Biaya pembuatan turap dengan bambu Rpha Pt
= Panjang turap sebagai pencegah abrasi ha DTi = Daya tahan turap tahun
c. Total Nilai Kehilangan Ekonomi Kerusakan Ekosistem Lamun di
Perairan Kecamatan Bojonegara dan Perairan Teluk Banten
Total nilai kehilangan ekosistem lamun dihitung berdasarkan perubahan manfaat ekosistem lamun yang dirasakan akibat kerusakan ekosistem lamun.
Total nilai kehilangan ekonomi ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara dan Perairan Teluk Banten terdiri dari 3 tiga aspek yaitu kawasan
tangkapan ikan, tempat pemijahan ikan, dan pencegah abrasi. Total nilai kehilangan ekonomi kerusakan ekosistem lamun dirumuskan sebagai berikut:
TNKEL = KELkti + Npi + Npx vi Keterangan:
TNKEL = Total nilai kehilangan ekonomi kerusakan ekosistem lamun Rptahun
KELkti = Kehilangan ekosistem lamun sebagai kawasan tangkapan ikan Rptahun
Npi = Nilai ekosistem lamun sebagai pemijahan ikan Rptahun
Npx = Nilai ekosistem lamun sebagai pencegah abrasi Rptahun
4.4.4 Alternatif Pengelolaan Ekosistem Lamun yang Berkelanjutan di Perairan Kecamatan Bojonegara
Ekosistem lamun memerlukan pengelolaan dari stakeholder agar kondisi ekosistem lamun tetap berkelanjutan di Perairan Kecamatan Bojonegara. Peran
dari masing-masing stakeholder terhadap ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara dijelaskan sebagai berikut:
a. Peran
Stakeholder dalam Pengelolaan Ekosistem Lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara
Perairan Kecamatan Bojonegara merupakan salah satu kawasan untuk aktivitas penangkapan ikan, industri, dan dermaga. Banyaknya aktivitas yang
terjadi menyebabkan pencemaran di Perairan Kecamatan Bojonegara. Pembangunan dermaga, penambangan batu dan pasir di Perairan Kecamatan
Bojonegara, limbah yang belum dikelola dengan baik oleh industri, pertanian, maupun penduduk merupakan faktor-faktor terjadinya pencemaran di Perairan
Kecamatan Bojonegara. Pencemaran yang terjadi di Perairan Kecamatan Bojonegara mengakibatkan kerusakan pada ekosistem yang salah satunya yaitu
ekosistem lamun. Kerusakan ekosistem lamun dapat mengurangi jumlah ikan dan jenis ikan yang ada, padahal masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan sangat
menggantungkan hidupnya pada Perairan Kecamatan Bojonegara.
Upaya untuk menekan tingkat kerusakan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara diperlukan peran dari stakeholder dalam pengelolaan
ekosistem lamun. Beberapa peran yang dapat dilakukan stakeholder berdasarkan kepentingan dan pengaruhnya:
1. Badan Pelestarian Lingkungan Hidup, Provinsi Banten berperan sebagai
pengontrol limbah dari aktivitas industri, pertanian, pemukiman, dan dermaga yang mampu merusak ekosistem lamun dan membantu
merehabilitasi ekosistem lamun yang rusak dengan cara penanaman lamun atau transplantasi lamun.
2. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten berperan dalam mengontrol alat tangkap ikan yang digunakan nelayan yang tidak ramah lingkungan dan
membantu merehabilitasi ekosistem lamun yang rusak dengan cara penanaman lamun atau transplantasi lamun.