Penilaian Ekonomi Kerusakan Ekosistem di Kawasan Pesisir

Tabel 2.2 Matriks penelitian terdahulu Lanjutan No Nama Tahun Judul Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 3 Lukmana 2012 Valuasi Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove. d. Peneliti membahas mengenai nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove dan menghitung tentang kesediaan seseorang untuk membayar agar mangrove tetap lestari akan tetapi tidak memberikan alternatif yang tepat untuk dilakukan untuk menjaga keberadaan mangrove. 4 Kopalit 2010 Kajian Kerusakan Ekosistem Padang Lamun di Teluk Youtefa Melalui Pendekatan Ekologi. e. Peneliti hanya membahas mengenai kerusakan ekosistem lamun yang terjadi di Teluk Youtefa dan tidak menghitung nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun. f. Peneliti tidak membahas alternatif pengelolaan yang tepat diterapkan di Teluk Youtefa agar tingkat kerusakan lamun tidak meningkat. 5 Yunita 2010 Estimasi Nilai Klaim Kerusakan Ekosistem Padang Lamun dengan Metode Habitat Equivalency Analisis. g. Peneliti hanya menghitung nilai kompensasi kerusakan ekosistem lamun dan lama restorasi yang dibutuhkan, akan tetapi tidak menghitung nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun yang terjadi di Teluk Banten. 6 Anggraeni 2008 Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa. h. Peneliti tidak menghitung nilai kerusakan ekosistem terumbu karang dan biaya pengganti terhadap ekosistem terumbu karang.

III. KERANGKA PENELITIAN

Banten memiliki sumberdaya alam yang cukup berlimpah untuk mendorong pembangunan dan perekonomian daerah. Salah satu sumberdaya alam yang dimiliki Provinsi Banten diantaranya ekosistem lamun, mangrove, dan terumbu karang. Ekosistem lamun memiliki fungsi untuk tempat pemijahan ikan, tempat bertelurnya ikan, tempat tinggal ikan, sumber makanan dugong, menyerap karbon, pencegah erosi, dan sumber penghasilan bagi masyarakat sekitar. Kondisi ekosistem lamun yang baik menunjukkan bahwa kawasan pesisir tersebut tidak tercemar, karena ekosistem lamun sangat rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan. Jumlah ikan, kerang, udang, dan biota laut lainnya akan berlimpah tergantung dengan kondisi ekosistem lamun, jika ekosistem lamun dalam kondisi baik maka akan menguntungkan masyarakat pesisir. Terwujudnya kondisi tersebut memerlukan kontribusi dan kerjasama dari semua kalangan masyarakat, pemerintah, wisatawan, dan lembaga terkait untuk menjaga keberadaan ekosistem lamun. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 200 Tahun 2004 tentang status padang lamun dan kriteria baku kerusakan padang lamun, menunjukkan bahwa ekosistem lamun mengalami kerusakan sedang di Perairan Teluk Banten. Kerusakan tersebut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor alam dan aktivitas manusia. Faktor alam yaitu gelombang pantai dan sedimentasi, sedangkan faktor yang dominan adalah peningkatan aktivitas manusia di Perairan Kecamatan Bojonegara. Aktivitas di Perairan Kecamatan Bojonegara sangat bervariasi mulai dari aktivitas industri, pelabuhan, perikanan, penambangan, pembangkit listrik, dan lainnya. Aktivitas-aktivitas tersebut berdampak terhadap penurunan luas ekosistem lamun Kiswara, 2004. Pengurugan atau penimbunan pinggir pantai sebagai lahan industri merupakan salah satu penyebab kerusakan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Aktivitas industri diduga menghasilkan limbah sebagai penyebab terjadinya pencemaran di Perairan Kecamatan Bojonegara. Penyebab lainnya adalah penambangan pasir dan batu yang menyebabkan terjadinya sedimentasi sehingga menghambat proses fotosintesis pada ekosistem lamun, serta adanya alat tangkap nelayan yang tidak ramah lingkungan seperti bondet dan jaring arad. Masalah lainnya yaitu belum adanya peraturan dan kelembagaan formal maupun informal yang mengatur pengelolaan ekosistem lamun yang berkelanjutan, padahal ekosistem lamun berpotensi untuk perekonomian masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara. Kebijakan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Banten dalam pengembangan perekonomian Kecamatan Bojonegara yaitu memberikan izin untuk pembangunan industri dan dermaga. Kegiatan tersebut berdampak negatif tidak hanya terhadap ekosistem lamun tetapi juga terhadap ekosistem lain seperti mangrove, dan terumbu karang. Kondisi tersebut jika terus dibiarkan akan menyebabkan ekosistem lamun terus mengalami kerusakan bahkan hilang. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini akan mengkaji nilai ekonomi kerusakan dan pengelolaan ekosistem lamun. Pengelolaan ekosistem lamun dapat dilihat dengan pengamatan fungsi ekonomi dan fungsi ekologi lamun. Fungsi ekonomi ekosistem lamun bagi masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara yaitu sebagai kawasan tangkapan ikan dan non-ikan seperti udang, kerapu, belanak, kepiting, kakap, dan kerang. Fungsi ekologi ekosistem lamun yaitu sebagai tempat pemijahan ikan dan pencegah abrasi. Faktanya, fungsi ekosistem lamun yang dirasakan masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara mengalami perubahan karena adanya aktivitas di kawasan pesisir seperti reklamasi pantai, pencemaran dari industri maupun dari masyarakat pesisir, dan aktivitas nelayan alat tangkap dan baling-baling perahu. Saat ini, Kawasan Pesisir Kecamatan Bojonegara terdapat masalah kepentingan antara pemanfaat ekosistem lamun dengan aktivitas ekonomi dan pembangunan di kawasan pesisir. Permasalahan tersebut menyebabkan kerusakan terhadap ekosistem lamun di kawasan pesisir. Berdasarkan masalah tersebut maka dirumuskan tiga tujuan penelitian: pertama, mengkaji persepsi masyarakat dan nelayan tentang fungsi serta kondisi ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara yang dianalisis dengan skala likert. Kedua, mengestimasi nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara dan Perairan Teluk Banten menggunakan metode change on productivity dan replacement cost. Ketiga, mengkaji alternatif pengelolaan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan