6.2.1 Ekosistem Lamun sebagai Kawasan Penangkapan Ikan
Keberadaan ekosistem lamun merupakan salah satu faktor banyaknya jumlah ikan di Perairan Kecamatan Bojonegara, karena ekosistem lamun memiliki
fungsi sebagai tempat tinggal bagi biota laut. Biota laut yang hidup di ekosistem lamun yang dimanfaatkan nelayan yaitu udang, kerapu, belanak, kepiting, kakap,
dan kerang. Nilai ekonomi ekosistem lamun dapat diperoleh dari manfaat langsung, salah satunya yaitu kawasan penangkapan ikan bagi nelayan dan
masyarakat pesisir.
Faktanya, aktivitas masyarakat di Perairan Kecamatan Bojonegara mengakibatkan rusaknya ekosistem pesisir yang salah satunya adalah ekosistem
lamun. Kerusakan ekosistem lamun menjadi salah satu penyebab perubahan produktivitas nelayan di Perairan Kecamatan Bojonegara. Berdasarkan informasi
dari responden ekosistem lamun sudah mengalami kerusakan pada Tahun 2000, namun masyarakat dan nelayan merasakan dampak kerusakan ekosistem lamun di
Tahun 2014.
Penilaian Kerusakan Ekosistem Lamun KEL perlu dilakukan untuk mengestimasi hilangnya nilai ekonomi ekosistem lamun. Salah satu dampak dari
berkurangnya luasan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara yaitu terjadinya perubahan produktivitas nelayan. Nilai kerusakan ekosistem lamun
diperoleh dari selisih nilai ekosistem lamun sebelum kerusakan NELSK
dengan nilai ekosistem lamun setelah kerusakan NESK
1
. Nilai ekonomi ekosistem lamun diperoleh dari perhitungan pendapatan nelayan dikalikan dengan jumlah
nelayan, selanjutnya hasil yang diperoleh dikurangi dengan biaya operasi nelayan per trip. Langkah berikutnya yaitu hasil pendapatan nelayan dibagi dengan luas
kawasan penangkapan ikan.
Perubahan luas ekosistem lamun menjadi salah atu penyebab terjadinya perubahan terhadap nilai ekonomi dari ekosistem lamun. Nilai ekonomi kerusakan
ekosistem lamun disajikan pada Tabel 6.7 dan perhitungan penilaian kerusakan ekosistem lamun disajikan lebih rinci pada Lampiran 7.
Tabel 6.7 Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun berdasarkan hasil tangkapan nelayan di Perairan Kecamatan Bojonegara
No Komoditi NELSK Rphatahun NELSK
1
Rphatahun KEL Rphatahun
1 Udang 541.439,74
33.819,38 507.620,37
2 Kerapu 125.492,52
48.457,48 77.035,04
3 Belanak 72.211,26
6.047,13 66.164,13
4 Kepiting 173.276,65
15.409,85 157.866,80
5 Kakap 221.646,43
76.691,62 144.954,80
6 Kerang 6.507.331,70
2.275.818,35 4.231.513,35
Total nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun Rphatahun 5.185.154,50
Sumber: Hasil Analisis Data 2015
Tabel 6.7 menunjukkan total nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun berdasarkan hasil tangkapan nelayan sebesar Rp 5.185.154,50hatahun.
Berdasarkan hasil tangkapan nelayan di Perairan Kecamatan Bojonegara, kehilangan nilai ekonomi pada komoditi kerang merupakan kehilangan nilai
ekonomi tertinggi sebesar Rp 4.231.513,35hatahun. Komoditi kerang sangat berpotensi di Perairan Kecamatan Bojonegara. Jenis kerang yang berpotensi dan
hidup di ekosistem lamun salah satunya yaitu kerang darah. Kerang darah hidup di perairan pesisir seperti ekosistem lamun, estuari, mangrove dengan substrat
lumpur berpasir.
Berbagai aktivitas seperti pembangunan industri dan reklamasi pantai menurunkan kualitas perairan yang berdampak pada kemampuan kerang darah
untuk bertahan hidup dan bereproduksi Wahyuningtias, 2010. Kondisi tersebut menyebabkan tingginya kehilangan nilai ekonomi pada komoditi kerang di
Perairan Kecamatan Bojonegara. Salah satu penyebab tingginya kehilangan nilai ekonomi kerang yaitu berkurangnya jumlah pengambil kerang di Kecamatan
Bojonegara. Jumlah pengambil kerang di Kecamatan Bojonegara pada Tahun 2010 sebanyak 200 orang menjadi 36 orang di Tahun 2015. Perubahan tersebut
diakibatkan karena jumlah komoditi kerang di Perairan Kecamatan Bojonegara sudah sedikit.
Umumnya, setelah ekosistem lamun mengalami kerusakan maka berdampak pada masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara. Dampaknya yaitu masyarakat
pesisir banyak yang beralih pekerjaan menjadi pedagang, buruh pabrik, dan pengambil keong sawah. Kehilangan nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun
menggambarkan besarnya nilai manfaat ekonomi yang hilang, sehingga diperlukan perhatian dan kegiatan yang dapat menjaga kelestarian ekosistem
lamun dari kalangan pemerintah, civitas akademik, dan masyarakat pesisir.