Bojonegara dengan metode weighted sum model. Berdasarkan dari tujuan-tujuan tersebut diperoleh nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun dan diharapkan
penelitian menjadi suatu acuan untuk kebijakan pengelolaan ekosistem lamun yang berkelanjutan di Perairan Kecamatan Bojonegara. Secara rinci kerangka
penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Fungsi ekonomi lamun: Kawasan penangkapan
ikan dan non-ikan udang, kerapu, belanak, kepiting,
kakap, dan kerang Fungsi ekologi lamun:
Tempat pemijahan ikan dan pencegah
abrasi Pengelolaan ekosistem lamun di Wilayah Pesisir
Kecamatan Bojonegara
Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun di
Perairan Kecamatan Bojonegara dan Perairan
Teluk Banten Alternatif pengelolaan
ekosistem lamun di Perairan Kecamatan
Bojonegara
Change on Productivity Replacement Cost
Analisis deskriptif dengan pendekatan WSM
Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun di Teluk Banten
Kebijakan pengelolaan ekosistem lamun yang berkelanjutan Persepsi masyarakat dan
nelayan tentang fungsi serta kondisi ekosistem
lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara
Analisis deskriptif melalui skala likert
Pemanfaatan ekosistem lamun
Aktivitas ekonomi dan pembangunan di
kawasan pesisir Conflict of Interest
Kerusakan ekosistem lamun
Aktivitas di wilayah pesisir: Reklamasi pantai,
pencemaran, aktivitas nelayan alat tangkap dan
baling- baling perahu
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode survei. Metode survei adalah penyelidikan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang
ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah Nazir,
2003. Hasil dari survei yang dilakukan mampu memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Informasi tersebut dikumpulkan sampel dari populasi untuk
mewakili seluruh populasi.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap
masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara, nelayan, dan stakeholder seperti disajikan pada Lampiran 3, dan melakukan observasi agar mengetahui keadaan
ekosistem lamun, kegiatan masyarakat yang memanfaatkan ekosistem lamun, dan penyebab kerusakan terhadap ekosistem lamun di Perairan Kecamatan
Bojonegara. Hasil yang diperoleh yaitu data mengenai fungsi dan manfaat ekosistem lamun yang dirasakan masyarakat pesisir, dampak keberadaan
ekosistem lamun, dan pengelolaan yang tepat untuk ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Data sekunder diperoleh dari lembaga pemerintahan
seperti Badan Lingkungan Hidup Daerah BLHD Kabupaten Serang, Dinas Kelautan dan Perikanan DKP Provinsi Banten, Dinas Kelautan dan Perikanan
DKP Kabupaten Serang, dan Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Kecamatan Bojonegara, Tempat Pelelangan Ikan TPI Kecamatan Bojonegara, buku, dan
pustaka lainnya. Data sekunder yang diperoleh berupa informasi tentang jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi, nilai potensi ekosistem lamun fungsi dan
manfaat ekosistem lamun, dan luas kerusakan ekosistem lamun. Jenis data, parameter, dan sumber data berdasarkan tujuan penelitian dapat dilihat pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Jenis data, parameter, dan sumber data dalam penelitian
No Tujuan
Jenis data Parameter
Sumber data 1 Mengkaji
persepsi dari masyarakat dan
nelayan tentang fungsi serta
kondisi ekosistem lamun di Perairan
Kecamatan Bojonegara.
Primer menggunakan
kuesioner pada Lampiran ke-3.
a. Data dan informasi tentang kondisi
ekosistem lamun dulu hinga sekarang di
Peraiaran Kecamatan Bojonegara.
b. Informasi tentang fungsi ekosistem
lamun bagi masyarakat dan nelayan di
Kecamatan Bojonegara.
a. Wawancara kepada masyarakat pesisir
dan nelayan di Kecamatan
Bojonegara.
2 Mengestimasi
nilai ekonomi kerusakan
ekosistem lamun di Perairan
Kecamatan Bojonegara dan
Perairan Teluk Banten.
Primer menggunakan
kuesioner pada Lampiran ke-3.
Sekunder. a. Data perubahan luas
ekosistem lamun di Perairan Teluk Banten.
b. Data nilai guna langsung maupun tidak
langsung ekosistem lamun di Perairan
Kecamatan Bojonegara dan Perairan Teluk
Banten. c. Data faktor kerusakan
ekosistem lamun di Perairan Kecamatan
Bojonegara. d. Data produksi
perikanan di Perairan Teluk Banten.
a. Wawancara masyarakat pesisir
di Kecamatan Bojonegara.
b. LIPI Jakarta. c. Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Serang.
d. Dinas Kelautan dan Perikanan
Kabupaten Serang. e. Wawancara
nelayan Teluk Banten.
3 Alternatif-
alternatif pengelolaan
ekosistem lamun di Perairan
Kecamatan Bojonegara.
Primer menggunakan
kuesioner pada Lampiran ke-3.
a. Kegiatan-kegiatan instansi dan
masyarakat dalam pemeliharaan
ekosistem lamun. b. Alternatif kebijakan
terbaik untuk kelestarian ekosistem
lamun. a. Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Serang.
b. Nelayan Teluk Banten.
c. Masyarakat pesisir di Kecamatan
Bojonegara. d. Dosen FPIK.
e. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Banten. f. Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Serang.
g. LIPI Jakarta. h. Pemerintah
Kecamatan Bojonegara.
i. Pemerintah Desa Bojonegara.
4.3 Metode Pengambilan Data
Pengambilan dan pengumpulan data primer dan sekunder diperoleh dari hasil wawancara, pengisian kuesioner oleh responden, dan instansi pemerintah.
Pengambilan data menggunakan metode non-probability sampling karena peluang masyarakat tidak sama untuk memanfaatkan ekosistem lamun di Perairan
Kecamatan Bojonegara, dan tidak tersedia dengan jelas daftar nama penduduk yang memanfaatkan jasa ekosistem lamun dalam aktivitas ekonominya.
Responden ditentukan dengan metode purposive sampling karena teknik wawancara dan pengisian kuesioner dilakukan oleh responden berdasarkan tujuan
dari penelitian, dimana hanya mewawancarai responden yang mengetahui danatau memanfaatkan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara.
Responden yang dibutuhkan dalam penelitian sebanyak 89 responden yang terdiri 50 perwakilan dari masyarakat Kecamatan Bojonegara, 25 nelayan tangkap Teluk
Banten, 14 dari instansi pemerintahan. Data dikumpulkan selama 50 hari. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mendatangi responden ke setiap rumah
masing-masing. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara menggunakan alat bantu kuesioner. Selama proses wawancara, informasi yang diperoleh dari
responden dicatat oleh peneliti.
4.4 Metode Analisis
Pemecahan masalah menggunakan empat metode analisis yaitu analisis deskriptif dengan metode skala likert, change on productivity, replacement cost
dan weighted sum model. Analisis deskriptif dengan metode skala likert digunakan untuk mengetahui persepsi dari masyarakat dan nelayan tentang
manfaat serta kondisi ekosistem lamun dari dahulu sampai sekarang, mengetahui seberapa penting dilakukannya pengelolaan ekosistem lamun bagi masing-masing
pihak di Perairan Kecamatan Bojonegara.
Metode change on productivity digunakan untuk menghitung perubahan nilai produksi atau hasil tangkapan nelayan akibat kerusakan ekosistem lamun di
Perairan Kecamatan Bojonegara. Metode change on productivity dihitung dengan cara mengetahui luas ekosistem lamun yang mengalami kerusakan dalam jangka
waktu tertentu, kemudian diidentifikasi manfaat yang dirasakan responden dari keberadaaan ekosistem lamun, jumlah produksi, dan harga dari manfaat langsung
ekosistem lamun. Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun dilihat berdasarkan berkurangnya manfaat yang dirasakan responden akibat perubahan luas ekosistem
lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara dan Perairan Teluk Banten. Kerusakan ekosistem lamun disebabkan oleh adanya pembangunan terutama industri dan
dermaga, limbah yang tidak dikelola baik oleh pihak industri dan masyarakat, serta alat tangkap nelayan yang tidak ramah lingkungan di Perairan Kecamatan
Bojonegara. Penilaian biaya pengganti dari kerusakan ekosistem lamun seperti fungsi ekosistem lamun sebagai tempat pemijahan dan pencegah abrasi dapat
dihitung dengan pendekatan replacement cost. Kajian berikutnya mengenai alternatif-alternatif pengelolaan ekosistem
lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara menggunakan analisis Weighted Sum Model WSM dengan melakukan wawancara terhadap stakeholder atau pihak
yang paham mengenai ekosistem lamun. Masing-masing alternatif diberikan kriteria dan bobot sehingga ditemukan alternatif prioritas untuk mengelola
ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Manfaat dari alternatif tersebut yaitu agar keberadaan ekosistem lamun tetap terjaga dan mampu
memberikan nilai ekonomi terhadap masyarakat yang memanfaatkannya secara langsung. Matriks metode analisis yang digunakan pada penelitian dapat dilihat
pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Matriks metode analisis data
No Tujuan Penelitian
Jenis Data Metode Analisis
1 Mengkaji persepsi dari masyarakat serta nelayan tentang fungsi serta
kondisi ekosistem
lamun di
Perairan Kecamatan Bojonegara. Primer
Analisis Deskriptif Kualitatif Skala Likert
2 Mengestimasi nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun di
Perairan Kecamatan Bojonegara dan Perairan Teluk Banten.
Primer Sekunder
Change on Productivity Replacement Cost
3 Mengkaji pengelolaan yang tepat terhadap
ekosistem lamun
di Perairan Kecamatan Bojonegara.
Primer Weighted Sum Model WSM
4.4.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif diperoleh dari persepsi responden masyarakat non- nelayan dan masyarakat nelayan di Kecamatan Bojonegara. Analisis deskriptif
dengan metode skala likert dilakukan untuk mengetahui fungsi serta kondisi ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara berdasarkan data primer yang
diperoleh dari hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada responden. Metode skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial Riduan, 2010.
Persepsi adalah tanggapan yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu fenomena berdasarkan penglihatan, pendengaran, dan pengalaman dimasa lalu.
Pernyataan responden dihubungkan dengan indikator skala dari sangat buruk hingga sangat baik, dimana masing-masing kriteria memiliki skor sebesar 1
hingga 5 dan jumlah responden sebanyak 75 orang. Selanjutnya, penentuan batas nilai tertinggi dan nilai terendah disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Batas nilai tertinggi dan nilai terendah
Kriteria Bobot
Nilai terendah dan tertinggi jumlah responden x bobot Sangat buruk
1 75
Buruk 2
150 Sedang
3 225
Baik 4
300 Sangat baik
5 375
Sumber: Hasil Analisis Data 2015
Penentuan berikutnya yaitu menentukan selang interval untuk memperoleh selang nilai masing-masing kriteria. Rumus untuk menentukan selang interval
dibahas seperti berikut:
Selang interval = nilai tertinggi
– nilai terendah jumlah kriteria
Selang interval = 375
− 75 5
Selang interval = 60 Langkah berikutnya yaitu membuat selang nilai untuk masing-masing
kriteria, dimana selang nilainya diawali dari nilai terendah hingga nilai tertinggi dengan selang interval 60. Selang nilai masing-masing kriteria dapat dilihat pada
Tabel 4.4. Tabel 4.4 Selang nilai masing-masing kriteria
Kriteria Selang nilai
Sangat buruk 75-135
Buruk 136-195
Sedang 196-255
Baik 256-315
Sangat baik 316-375
Sumber: Hasil Analisis Data 2015
Selang nilai yang diperoleh merupakan kesimpulan dari skala likert, dimana dalam menentukan kriteria dilihat dari hasil nilai skala likert berdasarkan
pernyataan atau persepsi dari responden. Persepsi responden yang menggunakan metode skala likert disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Persepsi responden tentang fungsi serta kondisi ekosistem lamun di
Perairan Kecamatan Bojonegara
No Pernyataan
Sangat Buruk Buruk Sedang
Baik Sangat Baik 1 Kondisi ekosistem lamun
dilihat dari produktivitas perikanan.
2 Manfaat adanya ekosistem lamun bagi masyarakat.
3 Perhatian masyarakat dan instansi terkait terhadap
keberlanjutan ekosistem lamun.
4 Pentingnya kegiatan pelestarian ekosistem lamun
secara bersama antara masyarakat dan instansi-
instansi terkait. 5 Kondisi kelembagaan
pelestarian dan peraturan mengenai ekosistem lamun.
6 Kesadaran masyarakat untuk menjaga ekosistem dan
lingkungan sekitar.
4.4.2 Change on Productivity
Kekayaan alam memiliki nilai bagi manusia karena alam merupakan sumberdaya yang produktif, menghasilkan manfaat baik dalam bentuk barang
maupun jasa. Pendekatan produktivitas dalam penilaian ekonomi sumberdaya alam menggunakan asumsi bahwa sumberdaya alam dipandang sebagai input bagi
suatu produk final yang bernilai bagi publik, dan kapasitas produksi dari sumberdaya alam tersebut dinilai dari seberapa besar kontribusi sumberdaya alam
terhadap produksi produk final Grigalunas and Congar, 1995 dalam Adrianto, 2006.
Metode pendekatan produktivitas digunakan untuk menggambarkan perubahan produksi udang, kerapu, belanak, kepiting, kakap, dan kerang akibat
kerusakan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Kerusakan ekosistem lamun diakibatkan oleh meningkatnya aktivitas di Perairan Kecamatan
Bojonegara. Perubahan produktivitas tersebut dirumuskan dengan formula dan tahapan sebagai berikut: