Tabel 6.7 Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun berdasarkan hasil tangkapan nelayan di Perairan Kecamatan Bojonegara
No Komoditi NELSK Rphatahun NELSK
1
Rphatahun KEL Rphatahun
1 Udang 541.439,74
33.819,38 507.620,37
2 Kerapu 125.492,52
48.457,48 77.035,04
3 Belanak 72.211,26
6.047,13 66.164,13
4 Kepiting 173.276,65
15.409,85 157.866,80
5 Kakap 221.646,43
76.691,62 144.954,80
6 Kerang 6.507.331,70
2.275.818,35 4.231.513,35
Total nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun Rphatahun 5.185.154,50
Sumber: Hasil Analisis Data 2015
Tabel 6.7 menunjukkan total nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun berdasarkan hasil tangkapan nelayan sebesar Rp 5.185.154,50hatahun.
Berdasarkan hasil tangkapan nelayan di Perairan Kecamatan Bojonegara, kehilangan nilai ekonomi pada komoditi kerang merupakan kehilangan nilai
ekonomi tertinggi sebesar Rp 4.231.513,35hatahun. Komoditi kerang sangat berpotensi di Perairan Kecamatan Bojonegara. Jenis kerang yang berpotensi dan
hidup di ekosistem lamun salah satunya yaitu kerang darah. Kerang darah hidup di perairan pesisir seperti ekosistem lamun, estuari, mangrove dengan substrat
lumpur berpasir.
Berbagai aktivitas seperti pembangunan industri dan reklamasi pantai menurunkan kualitas perairan yang berdampak pada kemampuan kerang darah
untuk bertahan hidup dan bereproduksi Wahyuningtias, 2010. Kondisi tersebut menyebabkan tingginya kehilangan nilai ekonomi pada komoditi kerang di
Perairan Kecamatan Bojonegara. Salah satu penyebab tingginya kehilangan nilai ekonomi kerang yaitu berkurangnya jumlah pengambil kerang di Kecamatan
Bojonegara. Jumlah pengambil kerang di Kecamatan Bojonegara pada Tahun 2010 sebanyak 200 orang menjadi 36 orang di Tahun 2015. Perubahan tersebut
diakibatkan karena jumlah komoditi kerang di Perairan Kecamatan Bojonegara sudah sedikit.
Umumnya, setelah ekosistem lamun mengalami kerusakan maka berdampak pada masyarakat pesisir di Kecamatan Bojonegara. Dampaknya yaitu masyarakat
pesisir banyak yang beralih pekerjaan menjadi pedagang, buruh pabrik, dan pengambil keong sawah. Kehilangan nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun
menggambarkan besarnya nilai manfaat ekonomi yang hilang, sehingga diperlukan perhatian dan kegiatan yang dapat menjaga kelestarian ekosistem
lamun dari kalangan pemerintah, civitas akademik, dan masyarakat pesisir.
6.2.2 Ekosistem Lamun sebagai Tempat Pemijahan Ikan
Ekosistem lamun merupakan ekosistem pesisir dan laut yang tidak dapat dipisahkan dengan ekosistem lainnya secara ekologi, sehingga pertimbangan
secara ekologi menjadi penting untuk keseimbangan ekosistem lamun Kordi, 2011. Pertimbangan ekologi ekosistem lamun yang harus diperhatikan yaitu
sebagai tempat pemijahan ikan, sehingga keberadaan ekosistem lamun berkontribusi dalam peningkatan produksi ikan di Perairan Kecamatan
Bojonegara.
Aktivitas-aktivitas yang semakin meningkat di Perairan Kecamatan Bojonegara menyebabkan hilangnya kawasan ekosistem lamun. Hilangnya
kawasan ekosistem lamun menyebabkan menurunnya jenis dan jumlah ikan di Perairan Kecamatan Bojonegara. Jenis ikan yang berasosiasi dengan ekosistem
lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara salah satunya yaitu ikan kerapu lumpur. Ikan kerapu merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Ekosistem
lamun menjadi salah satu tempat pemijahan bagi ikan kerapu, sehingga banyak nelayan menangkap benih ikan kerapu di ekosistem lamun. Benih ikan kerapu
ditangkap nelayan pada saat kondisi pasang surut dengan menggunakan alat tangkap sudu. Benih ikan kerapu akan dibudidaya menggunakan tambak, dimana
tambak dapat menjadi salah satu tempat pemijahan bagi ikan kerapu. Berdasarkan penelitian Nuraini 1999 dalam Yusuf 2008 menunjukkan bahwa jumlah benih
kerapu sebesar 130 ekorha atau sekitar 400-500 ekorhatahun. Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun sebagai tempat pemijahan disajikan pada Tabel 6.8
berikut ini: Tabel 6.8 Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun sebagai tempat pemijahan
ikan kerapu di Perairan Kecamatan Bojonegara
Mortalitas Kepadatan Benih
Harga Benih Nilai Ekonomi
Ekorhatahun RpEkor
Rphatahun A
b c
100-a x b x c 45
400 4.000
880.000,00 Sumber: Nuraini 1999 dalam Yusuf 2008 dan Hasil Analisis Data 2015
Berdasarkan Tabel 6.8, hilangnya kawasan ekosistem lamun mengakibatkan salah satu fungsi lamun sebagai tempat pemijahan ikan menjadi hilang. Nilai
ekonomi ekosistem lamun sebagai tempat pemijahan sebesar Rp
880.000,00hatahun, perhitungan didasarkan pada pendekatan ekosistem lamun sebagai tempat pemijahan ikan kerapu. Ikan kerapu merupakan salah satu jenis
ikan yang benih ikannya hidup di ekosistem lamun, selain itu ikan kerapu memiliki harga ekonomi yang tinggi.
6.2.3 Ekosistem Lamun sebagai Pencegah Abrasi
Manfaat ekologi ekosistem lamun salah satunya yaitu sebagai pencegah abrasi. Padang lamun merupakan hamparan lamun yang berada di kawasan
pesisir. Kawasan ekosistem lamun tersebut mampu meredam arus yang menghantam daratan sehingga abrasi pengikisan pinggir pantai dapat dicegah,
namun ekosistem lamun tidak sekuat ekosistem mangrove dalam mencegah abrasi pantai.
Kegiatan penimbunan dan reklamasi pantai menyebabkan ekosistem- ekosistem pesisir menjadi rusak sehingga menyebabkan hilangnya fungsi ekologi
dari ekosistem. Dampak kerusakan ekosistem-ekosistem pesisir termasuk ekosistem lamun dan ekosistem mangrove menyebabkan kawasan pesisir
mengalami fenomena abrasi. Abrasi dapat dicegah dengan pembuatan turap. Pembuatan turap sudah diinisiasi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Serang bekerjasama dengan masyarakat setempat sepanjang 5 km. Pendekatan pembuatan turap secara teknis berdasarkan pasang surut di Perairan Kecamatan
Bojonegara mencapai 2 m, sehingga diperlukan batang bambu dengan ketinggian 3 m. Pemasangan turap membutuhkan bambu dan tenaga kerja, dengan panjang
dan diameter bambu yang digunakan masing-masing 6 m dan 8 cm. Dalam mencegah terjadinya abrasi maka luas kawasan perairan per ha dipasang turap
sepanjang 100 m. Turap sepanjang 1 m membutuhkan 12 batang bambu dengan tinggi 3 m. Bambu dengan panjang 6 m dapat dibagi menjadi 2, sehingga untuk
turap sepanjang 1 m membutuhkan 6 batang bambu seharga Rp 10.000,00batang maka harga bahan bambu per m meter turap sebesar Rp 60.000,00. Biaya tenaga
kerja untuk memasang turap adalah Rp 110.000,00hari untuk menyelesaikan 10 m turap atau Rp 11.000,00m. Dengan demikian total biaya pemasangan turap
adalah Rp 71.000,00m. Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun sebagai pencegah abrasi dapat dilihat pada Tabel 6.9.
Tabel 6.9 Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun sebagai pencegah abrasi
Panjang turap
Biaya pemasangan turap
Total biaya pemasangan turap
Daya tahan turap Nilai ekonomi abrasi M
Rpm Rpha
tahun Rphatahun
A b
c = a x b d
e = c d 100
71.000,00 7.100.000,00
3,00 2.366.666,67
Sumber: Hasil Analisis Data 2015
Berdasarkan Tabel 6.9 biaya pembuatan turap terdiri dari bambu dan upah tenaga kerja. Kegiatan pembuatan turap dengan bambu mengeluarkan biaya
sebesar Rp 71.000,00m dengan daya tahan selama 3 tahun, sehingga nilai ekonomi ekosistem lamun sebagai pencegah abrasi sebesar Rp
2.366.666,67hatahun.
6.2.4 Total Nilai Ekonomi Kerusakan Ekosistem Lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara dan di Perairan Teluk Banten
Aktivitas-aktivitas yang terjadi di Perairan Kecamatan Bojonegara mengakibatkan kerusakan pada ekosistem lamun. Kerusakan ekosistem lamun
menyebabkan hilangnya nilai ekonomi ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara dan di Perairan Teluk Banten. Total nilai ekonomi ekosistem lamun
disajikan sebagai berikut:
6.2.4.1 Total Nilai Ekonomi Kerusakan Ekosistem Lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara
Kerusakan ekosistem lamun menyebabkan hilangnya fungsi ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara. Beberapa fungsi ekosistem lamun yang
hilang yaitu sebagai kawasan penangkapan ikan, tempat pemijahan ikan kerapu, dan pencegah abrasi. Nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun disajikan pada
Tabel 6.10. Tabel 6.10 Total nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun di Perairan
Kecamatan Bojonegara
Fungsi Satuan
Nilai ekonomi Rp Kawasan penangkapan ikan
hatahun 5.185.154,50
Tempat pemijahan ikan hatahun
880.000,00 Pencegah abrasi
hatahun 2.366.666,67
Total nilai ekonomi kerusakan hatahun 8.431.821,17
Sumber: Hasil Analisis Data 2015
Berdasarkan Tabel 6.10, total nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun di Perairan Kecamatan Bojonegara sebesar Rp 8.431.821,17hatahun. Fungsi
ekosistem lamun yang paling terkena dampak kerusakan adalah sebagai kawasan penangkapan ikan sebesar Rp 5.185.154,50hatahun. Dampak kerusakan