Fungsi dan Manfaat Ekosistem Lamun

kawasan kegiatan perikanan tangkap. Nilai ekonomi total pada ekosistem terumbu karang dapat dihitung dengan mengidentifikasi komponen manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan, manfaat warisan, dan manfaat keberadaan. Terumbu karang di Taman Nasional Karimunjawa seluas 713.107 ha memiliki nilai ekonomi total sebesar Rp 17.502.480.854,99 per tahun atau Rp 24.543.872,41 per ha per tahun. Nilai manfaat langsung menyumbang nilai lebih besar daripada manfaat tidak langsung dalam nilai ekonomi total terumbu karang. Manfaat langsung yang menyumbangkan nilai ekonomi terbesar diantaranya berasal dari perikanan tangkap sebesar Rp 12.139.633.789,33 69,4, perikanan budidaya sebesar Rp 1.613.178.198,15 9,2, dan kegiatan pariwisata sebesar Rp 77.536.080,16 0,4. Pengelolaan terhadap terumbu karang untuk menjaga nilai dari manfaat yang diberikan ekosistem terumbu karang perlu dilakukan. Penelitian ini memberikan 3 alternatif pengelolaan yaitu pertama, kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan terumbu karang diasumsikan berjalan seperti selama ini kegiatan perikanan laut, pariwisata bahari, dan penelitian. Kedua, kegiatan perikanan tangkap menerapkan sistem pengelolaan perikanan yang berkelanjutan yaitu menerapkan pengaturan jenis alat tangkap. Ketiga, kegiatan perikanan dan pariwisata hanya diperbolehkan pada blok pemanfaatan perikanan dan pariwisata yang telah ditetapkan oleh balai taman nasional. Matriks penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Matriks penelitian terdahulu No Nama Tahun Judul Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 1 Govindasamy, et al . 2013 Seasonal Variations in Seagrass Biomass and Productivity in Palk Bay, Bay of Bengal, India. a. Peneliti hanya membahas mengenai manfaat dan potensi dari ekosistem lamun akan tetapi tidak menghitung nilai ekonomi dan alternatif pengelolaan ekosistem lamun agar keberadaannya tetap terjaga. 2 Hadad 2012 Valuasi Ekonomi Ekosistem Lamun Pulau Waidoba Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. b. Peneliti hanya membahas mengenai nilai manfaat dari ekosistem lamun tidak membahas mengenai nilai kerusakan dari ekosistem lamun. c. Peneliti tidak membahas mengenai alternatif yang tepat digunakan untuk mengelola ekosistem lamun di Pulau Waidoba Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara. Tabel 2.2 Matriks penelitian terdahulu Lanjutan No Nama Tahun Judul Penelitian Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu 3 Lukmana 2012 Valuasi Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove. d. Peneliti membahas mengenai nilai ekonomi total dari ekosistem mangrove dan menghitung tentang kesediaan seseorang untuk membayar agar mangrove tetap lestari akan tetapi tidak memberikan alternatif yang tepat untuk dilakukan untuk menjaga keberadaan mangrove. 4 Kopalit 2010 Kajian Kerusakan Ekosistem Padang Lamun di Teluk Youtefa Melalui Pendekatan Ekologi. e. Peneliti hanya membahas mengenai kerusakan ekosistem lamun yang terjadi di Teluk Youtefa dan tidak menghitung nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun. f. Peneliti tidak membahas alternatif pengelolaan yang tepat diterapkan di Teluk Youtefa agar tingkat kerusakan lamun tidak meningkat. 5 Yunita 2010 Estimasi Nilai Klaim Kerusakan Ekosistem Padang Lamun dengan Metode Habitat Equivalency Analisis. g. Peneliti hanya menghitung nilai kompensasi kerusakan ekosistem lamun dan lama restorasi yang dibutuhkan, akan tetapi tidak menghitung nilai ekonomi kerusakan ekosistem lamun yang terjadi di Teluk Banten. 6 Anggraeni 2008 Valuasi Ekonomi Ekosistem Terumbu Karang Taman Nasional Karimunjawa. h. Peneliti tidak menghitung nilai kerusakan ekosistem terumbu karang dan biaya pengganti terhadap ekosistem terumbu karang.