tangkap muroami merupakan alat tangkap yang saat ini sudah dilarang penggunaannya oleh pemerintah daerah. Berdasarkan data tahun 2005 tercatat
kepemilikan alat tangkap muroami sebesar 18 unit, dan pada tahun 2007 kepemilikan muroami tercatat 2 unit Tabel 16, namun saat ini alat tangkap
tersebut sudah tidak dioperasikan lagi. Tabel 16 Jenis alat tangkap, musim masa operasi dan jenis ikan tangkap
No. Jenis Alat
Tangkap Jml Alat
Tangkap Unit
Produksi Trip
kg Jenis Ikan
Tangkapan Dominan
Waktu operasi
1 Muroami
2 100
Ikan karang September- Desember
2 Bagan Perahu
90 100
Teri Juni - Agustus
3 Pancing tonda
617 25
Tongkol Juni - September
4 Pancing edo
200 20
Ikan karang Maret - Juni
4 Jaring
200 10
Ikan karang September - November
5 Bubu
2000 0,5
Ikan karang Sepanjang musim
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Jepara 2008
Hasil tangkapan nelayan kepulauan Karimunjawa pada umumnya didaratkan di Pulau Karimunjawa, untuk kemudian diterima oleh pemilik kapal
untuk langsung dijual ke Jepara atau dibeli oleh pengumpul dan kemudian dipasarkan kembali ke Jepara 90 dan hanya 10 yang digunakan untuk
konsumsi pribadi.
4.4. Taman Nasional Karimunjawa dan Masyarakat
Kepulauan Karimunjawa merupakan daerah konservasi Taman Nasional Laut TNL yang dikelola oleh unit pelaksana teknis pengelolaan taman nasional
Balai Taman Nasional BTN Karimunjawa yang berada dibawah dan bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan
dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan. TN Karimunjawa termasuk dalam kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, pengelolaannya
dilakukan dengan sistem zonasi PP No.68 tahun 1998 tentang kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam dan dapat dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Dalam rangka meningkatkan efektifitas pengelolaan suatu kawasan, status
TN Karimunjawa mengalami perubahan sebanyak empat kali. BTN Karimunjawa juga telah melakukan rezonasi pada tahun 2003 - 2004 secara bottom up dengan
memperhatikan aspirasi masyarakat. Berdasarkan keputusan Direktur Jenderal PHKA No. SK 79IVSet-32005 tentang mintakat zonasi di TN Karimunjawa,
saat ini luas total Taman Nasional Karimunjawa sebesar 111.625.000 hektar yang terbagi dalam tujuh zona, yaitu : 1 Zona Inti, 2 Zona Perlindungan, 3 Zona
Pemanfaatan Pariwisata, 4 Zona Pemukiman, 5 Zona Rehabilitasi, 6 Zona Budidaya dan 7 Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional yang meliputi seluruh
perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TN Karimunjawa.
Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil tidak terlepas dari kondisi sosial ekonomi masyarakat pulau tersebut yang masih
memprihatinkan. Kondisi ini memungkinkan terjadinya proses pemanfaatan ekosistem pulau yang kurang sesuai. Semua itu berpangkal pada tuntutan
kebutuhan hidup masyarakat kepulauan yang yang belum tercukupi, dengan terbatasnya sumber pendapatan yang dapat diandalkan, ada kecenderungan
tindakan represif masyarakat Kepulauan Karimunjawa dalam pemanfaatan ekosistemnya. Tindakan masyarakat ini akan memberikan konsekuensi yang sulit
dibendung termasuk dalam penebangan mangrove, pengeboman karang dan pemakaian potasium sianida.
Penetapan revisi zonasi dilakukan dengan mempertimbangkan masukan masyarakat dan tenaga ahli, sosialisasi juga terus dilakukan terhadap revisi zonasi
beserta disertai peraturan mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan di zona-zona yang telah ditetapkan. Saat ini, warga dengan kesadaran
masing-masing ikut menjaga kawasan, baik buruh, nelayan, petani maupun pedagang untuk mengingatkan setiap orang. Dari fenomena-fenomena tersebut,
maka atensi penduduk Karimunjawa terhadap pentingnya pengelolaan sumberdaya pulau dan laut saat ini mulai meningkat, karena mereka sadar bahwa
mata pencaharian sebagian besar penduduk tergantung pada sumberdaya pulau dan laut.