Anomali, Hotspot dan Degree of Heating Weeks

tahun 1997 - 1998 didapat dari satelit NOAA dengan sensor AVHRR dalam bentuk citra Pathfinder ver 5 Gambar 16. Gambar 16 Anomali suhu perairan tahun 1997 - 1998 sumber : data NOAA http:www.osdpd. noaa.govmloceancb anomaly.html Berdasarkan Gambar 16, pada bulan Januari 1997, belum terlihat adanya indikasi kenaikan suhu terlihat pada citra adanya kecenderungan warna biru pada wilayah kajian. Selanjutnya berubah menjadi kuning pada bulan Agustus 1997 yang mengindikasikan adanya anomali suhu 0.5º C dan terus mengalami kenaikan pada akhir tahun 1997 hingga awal tahun 1998 dan menurun kembali. Faktor anomali didasarkan pada penyimpangan suhu diatas 1°C, Gambar 17 menunjukkan peningkatan anomali diatas 1°C dimulai pada bulan ke-7 tahun 1997 sampai bulan ke-5 tahun 1998, dan anomali tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 2.7ºC. Berdasarkan analisa tercatat peningkatan suhu lebih dari 1ºC mencapai 38 minggu. 01 01 97 01 02 97 01 03 97 01 04 97 01 05 97 01 06 97 01 07 97 01 08 97 01 09 97 01 10 97 01 11 97 01 12 97 01 01 98 01 02 98 01 03 98 01 04 98 01 05 98 01 06 98 01 07 98 01 08 98 01 09 98 01 10 98 01 11 98 01 12 98 -2 -1 1 2 3 a n o m a li s u h u °C Gambar 17 Anomali suhu perairan Karimunjawa pada tahun 1997 - 1998 Sumber : diolah dari data NOAA, http:data.nodc.noaa. pathfinderUserRequests Khoiriya. Komparasi SST dan penguatan anomali suhu yang mengindikasikan adanya hot spots area pada kawasan tersebut sebesar 1.00 - 1.30 Gambar 18. Gambar 18 Hotspot area Indonesia pada tahun 1997 - 1998 Sumber : diolah dari data NOAA http:data.nodc.noaa.pathfinderUserRequests Khoiriya, insert NOAANESDIS 2008 Berdasarkan analisa diperoleh nilai DHWs sebesar 4.437 - 8.875. berdasarkan kategori status level pemutihan karang termasuk dalam bleaching alert level 1 dan level 2 , yang artinya karang mengalami stress karena peningkatan suhu permukaan laut dan telah menunjukkan tanda-tanda pemutihan meskipun berdasarkan survey yang dilakukan belum dalam tahap yang kritis Gambar 19 Gambar hubungan anomali suhu dengan lama waktu pemanasan Sumber : diolah dari data NOAA http:data.nodc. noaa. Hal tersebut sesuai dengan pencatatan yang dilakukan Reef base yang mana tercatat pemutihan di Karimunjawa di mulai bulan Januari, berlanjut hingga Mei dan mengakibatkan kematian pada Agustus 1998 jenis karang Acropora dan Galaxea yang mencapai 46 pada kedalaman 3 m dan 1 - 25 pada kedalaman 10 m Wilkinson 1999, dengan kawasan yang terkena pemutihan adalah pathfinderUserRequests Khoiriya, insert Grafik Marshall Schuttenberg 2006 Menyawakan dan Cemara Kecil Naneng 2006, Gelean 6.7 - 16, Menjangan Kecil 8.83 - 21.7, Cemara Besar 13.06 - 21.33 Mannuputy Budiyono 2000. Secara lebih spesifik mengenai mengenai lokasi pemutihan karang disajikan pada Lampiran 1.

5.2.3. Terumbu Karang a.

Hard coral cover HCC Secara umum terdapat perubahan rata-rata penutupan karang keras sebelum pemutihan 53 dan sesudah pemutihan 27 Gambar 20. Penutupan karang keras terendah pada tahun 1999 sebesar 24 10 m dan 30 3 m. Selanjutnya apabila dilihat secara lebih spesifik pada tiap lokasi pengamatan tutupan karang keras tahun 1999 selalu menunjukkan pola penurunan, begitu pula untuk tahun 2001 kecuali pada stasiun S1-10 Burung Gambar 21. Gambar 20 Rata-rata tutupan karang keras pada kedalaman 3 m dan 10 m Sumber : diolah dari data MDC UNDIP dan Reefcheck. Gambar 21 Hard coral cover pengamatan pada kedalaman 3 m dan 10 m Sumber : diolah dari data MDC UP dan Reefcheck 2007. 20 40 60 1997 1999 2001 2002 20 40 60 1999 2001 2002 2003 H ar d c o ral 3 m 10 m 20 40 60 80 199719992000200120022003200420052006 20 40 60 80 1997 1999 2000 2001 2002 2003 H a rd c o ra l 20 40 60 1997 1999 2001 2002 2003 50 100 1997 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 H ar d c o ral P. Burung S1 P. Menyawakan S6 P. Menjangan Kecil S4 P. Menjangan Besar S5 P. Geleang S3 P. Cemara Kecil S2 58 30 48 29 40 35 63 67 54 49 24 47 31 34 43 45 58 41 20 40 60 80 1997 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 K a rn g k e ra s All03 All10 10 20 30 40 50 60 70 p re b le ac h p os t p re b le ac h p os t p re b le ac h p os t p re b le ac h p os t p re b le ac h p os t p re b le ac h p os t 3 m 10 m 3 m 10 m 3 m 10 m Cemara kecil Geleang Menjangan kecil P res en ta se HC SC

b. Proporsi kemunculan karang keras dan karang lunak

Proporsi kemunculan hard coral HC dan soft coral SC pada tiap stasiun pengamatan menunjukkan hasil yang bervariasi Gambar 22. Secara umum terlihat bahwa hampir disemua lokasi terjadi penurunan penutupan soft coral sebesar 3 - 10. Hal yang berbeda terjadi pada Geleang dan Menjangan Kecil pada kedalaman 10 m terlihat adanya peningkatan soft coral setelah 2 tahun adanya kejadian pemutihan karang tahun 1999. Pada kawasan dengan soft coral adanya peningkatan suhu mengakibatkan penurunan presentasenya, sebaliknya pada kawasan yang semula tidak terdapat soft coral, pemutihan karang keras mengakibatkan tumbuhnya soft coral. Gambar 22 Kemunculan hard coral dan soft coral di stasiun pengamatan Sumber: diolah dari data MDC UNDIP dan Reefcheck

c. Komposisi substrat dasar dan Indek Kematian Karang

Persentase living reef LR tahun 1997 mencapai 57 - 67, selanjutnya pada tahun 1999 turun hingga 29 dan pada tahun 2000 kembali naik, selanjutnya tahun 2001 turun kembali dan dari tahun 2002 - 2005 menunjukkan peningkatan, dan pada tahun 2006 turun kembali. Penurunan living reef secara lebih spesifik dilihat berdasarkan komposisi substrat dasar khususnya kemunculan Recently Killed Coral RKC yang merupakan karang yang baru saja mati. Kematian karang tertinggi terjadi pada awal tahun 1999 bersamaan dengan peningkatan suhu tertinggi, yang ditandai dengan ditemukannya recently killed coral lebih dari 60 dan secara bertahap menurun pada tahun berikutnya Gambar 23 dan Gambar 24.