Analisis Multi Criteria Decision Making

Selanjutnya, ke-empat subsistem tersebut dijabarkan dalam 4 skenario pengelolaan yaitu : 1 Skenario I : as Usual scenario, yaitu kegiatan pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang berjalan seperti apa adanya dimana kondisi terumbu karang dan sumberdaya ikan cenderung menurun, spesies langka jarang ditemui, destructive fishing, pengambilan karang serta pengundulan hutan terus berlangsung, peningkatan sedimentasi pada kawasan tertentu, jumlah pendapatan meningkat tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. 2 Skenario II : yaitu apabila pengambilan batu karang dihentikan, rehabilitasi terumbu karang dan mangrove ditingkatkan, kegiatan penangkapan ikan yang merusak dan pengendalian kegiatan wisata, tetapi sedimentasi tidak dikendalikan, 3 Skenario III : yaitu apabila pengambilan batu karang dihentikan, rehabilitasi terumbu karang dan mangrove ditingkatkan, sedimentasi di kendalikan, tetapi penangkapan ikan yang merusak dan aktivitas pariwisata tidak dikendalikan. 4 Skenario IV : yaitu pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang lebih dititik-beratkan pada kepentingan konservasi melalui penghentian penangkapan ikan yang merusak, pengambilan karang serta penggundulan hutan, monitoring dan rehabilitasi terumbu karang ditingkatkan, sedimentasi dikendalikan. Dengan demikian tidak ada perubahan terhadap fungsi terumbu karang sebagai perlindungan pantai, komposisi spesies ikan lebih banyak ikan herbivora dan sedikit penurunan ikan karnivora, adanya recruitment dan pertumbuhan terumbu karang setelah kejadian pemutihan karang, produktivitas dan komposisi ikan meningkat, pendapatan nelayan meningkat. Berdasarkan rumusan skenario, aspek yang diperhitungkan dan subkriteria yang terpilih, maka dibentuk struktur hirarki untuk menggambarkan model pengelolaan yang akan dilakukan guna menjaga keberadaan terumbu karang dan ketersediaan stok ikan pada kawasan tersebut Gambar 38. Bobot persepsi responden didasarkan pada hasil skor dari suatu pertanyaan dengan asumsi bertambah, tetap atau berkurang. Persepsi responden ini selanjutnya diberi bobot dan dihitung rata-rata geometrik dan dianalisis untuk seluruh responden maupun jenis responden. Nilai kontribusi kriteria dan sub kriteria tersebut akan dijadikan perhitungan dalam menentukan skenario terpilih yang terbaik. Persepsi responden dipengaruhi oleh tingkat kepentingan terhadap sub kriteria yang digunakan. Gambar 38 Struktur hirarki untuk analisis MCDM Berdasarkan struktur hirarki yang dibentuk dan analisis data dengan program Criterium Decision Plus melalui metode SMART terhadap rata-rata geometrik dari bobot persepsi responden Lampiran 13, maka hasilnya diuraikan menurut masing-masing kriteria keberlanjutan dari pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang di TN Karimunjawa, sebagai berikut : a. Kriteria Ekologi Skor kriteria ekologi pada masing-masing skenario pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan di TN Karimunjawa dipengaruhi oleh skor akhir keberadaan terumbu karang, sumberdaya ikan dan aktivitas antropogenik. Hasil analisis persepsi yang dilakukan terhadap tiga kelompok responden menghasilkan skenario IV sebagai skenario yang terbaik. Hal tersebut menunjukkan bahwa seluruh responden sepakat bahwa terumbu karang dan sumberdaya ikan penting keberadaannya, dengan skenario IV apabila sedimentasi dikendalikan, rehabilitasi terumbu karang dan mangrove ditingkatkan, aktivitas penangkapan ikan yang merusak dihentikan, aktivitas pariwisata dimanagement dengan baik, maka keberadaan terumbu karang akan lebih baik dan kelimpahan ikan akan meningkat. Skor akhir subkriteria pada persepsi responden nelayan menunjukkan nilai yang sama dengan responden lainnya. Menurut nelayan dengan kondisi terumbu karang yang baik maka kelimpahan ikan akan banyak. Oleh sebab itu bagi ketiga kelompok responden menyatakan bahwa skenario I, II dan III tidak berdampak terhadap peningkatan kelimpahan ikan maupun perbaikan kondisi terumbu karang. Kondisi saat ini penangkapan lebih sulit, karena penangkapan tidak dapat lagi dilakukan didekat pantai tetapi harus lebih jauh lagi. Menurut responden nelayan kelimpahan sumberdaya ikan lebih penting dibandingkan dengan keberadaan terumbu karang. Sedangkan menurut pelaku usaha yang umumnya penyedia jasa wisata keberadaan terumbu karang lebih penting untuk menunjang usaha mereka. Berdasarkan persepsi responden nelayan dan pelaku usaha, skor kriteria ekologi untuk skenario II lebih tinggi dibandingkan dengan skenario III, karena pada saat ini perekonomian di Karimunjawa ditunjang oleh kegiatan perikanan dan pariwisata yang mana keberlangsungan kedua sektor tersebut sangat ditentukan oleh kelimpahan ikan dan keberadaan terumbu karang. Sedangkan kontribusi sedimentasi tidak terlalu berpengaruh terhadap kelimpahan ikan dan keberadaan terumbu karang. Selain itu pada saat ini penebangan pohon relatif sudah berkurang jauh. Disisi lain responden penentu kebijakan menilai bahwa skenario II dan skenario III sama pentingnya sehingga skor nilai akhir yang dihasilkanpun sama. Jadi penghentian penangkapan ikan yang merusak mutlak dilakukan, aktivitas kegiatan pariwisata dimanajemen dengan baik dan sedimentasi harus dihentikan. Gambar 39 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria ekologi b. Kriteria Ekonomi Skenario IV menghasilkan skor akhir dari kriteria ekonomi yang terbaik menurut responden nelayan, pelaku usaha dan penentu kebijakan. Skor akhir skenario II selalu lebih tinggi dibandingkan skenario I dan III. Berdasarkan persepsi responden nelayan terlihat bahwa posisi pendapatan dan produksi ikan seimbang, yang mana keduanya saling mempengaruhi, apabila produksi ikan tinggi maka dapat diasumsikan bahwa pendapatan yang diterima akan lebih banyak. Sedangkan menurut responden pelaku usaha, pendapatan lebih penting dibandingkan dengan produksi ikan, jadi meskipun jumlah produksi ikan kecil bukanlah suatu masalah yang besar, yang terpenting adalah nilai keuntungan dari kegiatan perdagangan tersebut. Selanjutnya, menurut persepsi responden penentu kebijakan hanya skenario IV yang dapat meningkatkan produksi ikan dan pendapatan khususnya nelayan. Gambar 40 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria ekonomi c. Kriteria Sosial Skor akhir kriteria sosial dipengaruhi oleh pendidikan, partisipasi masyarakat dan keharmonisan antara pemanfaat sumberdaya yang ada. Hasil analisis terhadap persepsi responden nelayan, pelaku usaha dan penentu kebijakan menghasilkan skenario IV sebagai skenario yang terbaik untuk kriteria sosial. Penghentian destructive fishing, pengelolaan kegiatan wisata dengan baik, pengendalian sedimentasi akan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan partisipasi masyarakat, keharmonisan hubungan antara sektor-sektor yang memanfaatkan kawasan terumbu karang, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendidikan masyarakat. Karena dalam kasus Karimunjawa, kecemburuan sosial merupakan salah satu isu yang hangat disana. Para pemilik resort menuduh nelayan sengaja melakukan pengrusakan terhadap terumbu karang yang merupakan daya tarik utama wisata. Di sisi lain nelayan merasa bahwa dengan berkembangnya Karimunjawa sebagai kawasan wisata akan mempersempit lahan tangkapan nelayan. Menurut seluruh responden yang ada, keterlibatan masyarakat dalam mengelola TN Karimunjawa saat ini sudah cukup baik, hanya tingkat pendidikan yang perlu ditingkatkan lagi karena kesadaran untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi masih kurang, banyak diantara mereka yang masih beranggapan bahwa tidak perlu bersekolah yang tinggi karena akhirnya hanya akan jadi nelayan. Gambar 41 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria sosial d. Kriteria Kebijakan Skor akhir kriteria kebijakan dipengaruhi oleh regulasiaturan, lembaga pengelola dan kepemimpinan formal. Pengelola yang dimaksud disini adalah leading sektor dalam pengelolaan sumberdaya ikan dan terumbu karang. Berdasarkan analisis persepsi responden yang dilakukan ternyata regulasi aturan serta leading sektor sangat berpengaruh untuk dapat tercapainya skenario IV sebagai skenario pilihan yang terbaik. Dengan aturan yang jelas, termasuk didalamnya penegakan peraturan tersebut maka kegiatan penangkapan ikan yang merusak dan sedimentasi akan terkendali, kegiatan wisata akan memberikan manfaat secara nyata bukan hanya pengelola tetapi juga masyarakat. Konflik antar pemanfaat sumberdaya ikan dan terumbu karang akan minimal. Gambar 42 Skor akhir kontribusi persepsi responden terhadap kriteria kebijakan Analisa terhadap persepsi responden secara keseluruhan menghasilkan pilihan bahwa skenario IV merupakan skenario yang terbaik untuk kelangsungan sumberdaya terumbu karang melalui pendekatan adaptasi dan mitigasi. Hasil analisa keseluruhan responden disajikan pada Gambar 43. Gambar 43 Skor akhir kontribusi persepsi responden Berdasarkan analisis tersebut terlihat bahwa skenario IV memiliki skor tertinggi 0.839, dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk mewujudkan pengelolaan perikanan yang berkelanjutan harus lebih dititik-beratkan pada kepentingan konservasi melalui pengendalian penangkapan ikan yang merusak, penghentian pengambilan karang untuk bangunan serta penggundulan hutan, peningkatan monitoring dan rehabilitasi terumbu karang, serta pengendalian sedimentasi. Sehingga diharapkan fungsi ekologi terumbu karang tidak berubah, produktivitas dan komposisi ikan meningkat, pendapatan nelayan meningkat. Skor akhir hasil analisis persepsi responden pada masing-masing kriteria untuk skenario Gambar 44 menunjukkan bahwa kriteria ekologi dan ekonomi bernilai lebih tinggi dibandingkan dengan kriteria kebijakan dan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang apabila kondisi ekologi baik, tentunya akan berimplikasi terhadap perekonomian masyarakat baik secara langsung maupun tidak. Dengan terpenuhinya kebutuhan hidup maka akan dapat meminimalisir konflik yang ada dan akan tercipta keharmonisan antara pemanfaat sumberdaya. Terciptanya keharmonisan dalam suatu komunitas, tentunnya akan memberikan sinergi kepada lingkungan tersebut sehingga akan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam pengelolaan kawasan tersebut. Gambar 44 Skor akhir skenario pengelolaan perikanan berkelanjutan di TN Karimunjawa berdasarkan kriteria

5.6.2. Analisis Prospektif

Pengelolaan kawasan pesisir dan laut harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dengan mempertimbangkan ekologi dan ekonomi dalam rangka mengurangi efek perubahan iklim global sehingga diharapkan frekuensi dan luasan kejadian pemutihan karang tidak meningkat dan sumberdaya ikan tetap terjaga untuk kesejahteraan masyarakat. Skenario adaftif pengelolaan terumbu karang dirancang berdasarkan pada hasil analisis prospektif. Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan tindakan strategis di masa depan dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan identifikasi dari expert pakar didapatkan 21 faktor kunci yang dianggap berpengaruh dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Karimunjawa di masa depan, yaitu: 1 motivasi dan partisipasi, 2 kemampuan pemulihan alami terumbu karang pada kawasan tersebut, 3 kebijakan pemerintah, 4 sumberdaya manusia, 5 no take zone area, 6 keanekaragaman terumbu karang, 7 siswasmas, 8 kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungannya, 9 jaring sosial masyarakat, 10 biofisik lingkungan, 11 dukungan pihak lain, 12 akses terhadap sumberdaya alam, 13 kesempatan bekerja dan berusaha, 14 adanya investor, 15 kelembagaan nelayan, 16 pendanaan, 17 jaringan kemitraan, 18 infrastruktur, 19 ketahanan pangan, 20 ketersediaan air bersih, dan 21 produksi ikan. Hasil analisis matriks hubungan antara faktor kunci terhadap pengaruh langsung dan tidak langsung antar faktor kunci tersebut dari sistem yang dikaji, secara rinci disajikan pada Lampiran 14 - Lampiran 18, dan analisis silang antar faktor kunci tersebut dipresentasikan secara grafik Gambar 44, dan akan terpilih faktor kunci penting dalam penentuan strategi adaptif pengelolaan TN Karimunjawa. Dari analisis prospektif terlihat bahwa faktor penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan terkelompokkan dalam 4 kuadran. Kuadran kiri atas kuadran I merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari satu faktor, yaitu kebijakan pemerintah. Faktor ini akan digunakan sebagai input di dalam sistem yang dikaji. Kuadran kanan atas kuadran II merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan mempunyai ketergantungan antar faktor yang tinggi pula, sehingga digunakan sebagai stake penghubung di dalam sistem. Kuadran ini terdiri dari dua faktor yaitu: 1 no take zone area, 2 motivasi dan partisipasi, 3 kemampuan recovery, 4 sumberdaya manusia SDM. Kuadran kanan bawah kuadran III memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga menjadi output di dalam sistem. Kuadran ini