2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Terumbu Karang
Terumbu karang merupakan struktur di dasar laut berupa deposit kalsium karbonat di laut yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah
hewan tak bertulang belakang yang termasuk dalam Filum Coelenterata hewan berongga atau Cnidari, dan yang disebut sebagai karang coral mencakup
karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia kelas Anthozoa maupun kelas Hydrozoa. Karang batu Scleractina merupakan penyusun yang
paling penting dalam proses pembentukan terumbu karang reef building corals. Terumbu karang merupakan koloni dari ribuan hewan kecil yang disebut dengan
polip yang mempunyai bentuk tubuh seperti tabung. Secara lebih detail anatomi dari karang dapat dilihat pada Gambar 2. Bagian-bagian tubuh polip terdiri atas:
1 mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi menangkap mangsa serta alat pertahanan diri, 2 rongga tubuh coelenteron yang merupakan saluran
pencernaan gastrovascular, 3 dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum disebut gastrodermis karena berbatasan dengan
saluran pencernaan.
Gambar 2 Anatomi polip karang Levington 1995
2.1.1. Asosiasi Karang dengan Zooxanthellae
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup koloni karang sangat tergantung pada simbiosisnya dengan zooxanthelae. Zooxanthellae merupakan tumbuhan
bersel satu yang termasuk kedalam jenis dinoflagellata yang hidup di dalam jaringan karang. Zooxanthellae menghasilkan oksigen dan senyawa organik
melalui fotosintesis yang akan dimanfaatkan oleh karang, sedangkan karang menghasilkan komponen inorganik berupa nitrat, fosfat, dan karbon dioksida
untuk keperluan hidup zooxanthellae. Adanya proses fotosintesa menyebabkan bertambahnya produksi kalsium karbonat dengan menghilangkan karbon dioksida
dan merangsang reaksi kimia sebagai berikut :
CO
2
+ H
2
O ⇔ H
2
CO
3
⇔ H
+
+ HCO3
-
⇔ 2H
+
+ CO3 Diambil dari perairan Ca
2- 2+
+ 2HCO3
-
⇔ CaHCO
3 2
⇔ CaCO3 + H
2
CO Karang memanfaatkan karbon yang terikat melalui proses fotosintesis yang
menjadi salah satu sumber makanannya. Fotosintesa oleh algae yang bersimbiosis membuat karang pembentuk terumbu menghasilkan deposit cangkang yang
terbuat dari kalsium karbonat, kira-kira 10 kali lebih cepat daripada karang yang tidak membentuk terumbu ahermatipik dan tidak bersimbiose.
3
2.1.2. Distribusi dan Faktor Pembatas Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang dapat dijumpai di kawasan tropis dan subtropis, dengan batas sebaran di sekitar perairan dangkal laut tropis, antara 30 °LU dan
30 °LS. Kehidupan karang dibatasi oleh kedalaman, biasanya kurang dari 25 m. Pertumbuhan maksimum terumbu karang terjadi pada kedalaman kurang dari
10 m, karena sifat hidupnya maka terumbu karang banyak dijumpai di Indonesia Dahuri et al. 2001.
Distribusi dan pertumbuhan ekosistem terumbu karang tergantung dari beberapa parameter fisik, antara lain : 1 Kecerahan, tanpa cahaya yang cukup,
laju fotosintesis akan berkurang dan kemampuan membentuk terumbu CaCO
3
juga berkurang. 2 Temperatur, terumbu karang tumbuh optimal pada kisaran suhu perairan laut rata-rata tahunan antara 23- 25
C. Karang hermatifik jenis tertentu dapat bertahan pada suhu dibawah 20
C derajat selama beberapa waktu dan dapat mentolerir suhu sampai 36
C, 3 Salinitas, spesies karang peka terhadap perubahan salinitas yang besar. Umumnya terumbu karang tumbuh baik
di sekitar wilayah pesisir pada salinitas 30-35‰. 4 Sirkulasi arus dan sedimentasi, arus diperlukan dalam proses pertumbuhan karang dalam hal
menyuplai makanan berupa mikroplankton. Arus juga berperan dalam proses pembersihan dari endapan-endapan material dan menyuplai oksigen yang berasal
dari laut lepas. Partikel sedimentasi dapat menutupi permukaan terumbu karang, sehingga berdampak negatif terhadap hewan karang dan biota yang hidup pada
terumbu karang Nybakken 1997.
2.1.3. Ikan Karang