Analisis Prospektif Skenario Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan

menentukan faktor-faktor kunci yang berperan penting terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa depan. Berdasarkan identifikasi dari expert pakar didapatkan 21 faktor kunci yang dianggap berpengaruh dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang di Karimunjawa di masa depan, yaitu: 1 motivasi dan partisipasi, 2 kemampuan pemulihan alami terumbu karang pada kawasan tersebut, 3 kebijakan pemerintah, 4 sumberdaya manusia, 5 no take zone area, 6 keanekaragaman terumbu karang, 7 siswasmas, 8 kesadaran masyarakat dalam mengelola lingkungannya, 9 jaring sosial masyarakat, 10 biofisik lingkungan, 11 dukungan pihak lain, 12 akses terhadap sumberdaya alam, 13 kesempatan bekerja dan berusaha, 14 adanya investor, 15 kelembagaan nelayan, 16 pendanaan, 17 jaringan kemitraan, 18 infrastruktur, 19 ketahanan pangan, 20 ketersediaan air bersih, dan 21 produksi ikan. Hasil analisis matriks hubungan antara faktor kunci terhadap pengaruh langsung dan tidak langsung antar faktor kunci tersebut dari sistem yang dikaji, secara rinci disajikan pada Lampiran 14 - Lampiran 18, dan analisis silang antar faktor kunci tersebut dipresentasikan secara grafik Gambar 44, dan akan terpilih faktor kunci penting dalam penentuan strategi adaptif pengelolaan TN Karimunjawa. Dari analisis prospektif terlihat bahwa faktor penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan berkelanjutan terkelompokkan dalam 4 kuadran. Kuadran kiri atas kuadran I merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dengan ketergantungan yang rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari satu faktor, yaitu kebijakan pemerintah. Faktor ini akan digunakan sebagai input di dalam sistem yang dikaji. Kuadran kanan atas kuadran II merupakan kelompok faktor yang memberikan pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan mempunyai ketergantungan antar faktor yang tinggi pula, sehingga digunakan sebagai stake penghubung di dalam sistem. Kuadran ini terdiri dari dua faktor yaitu: 1 no take zone area, 2 motivasi dan partisipasi, 3 kemampuan recovery, 4 sumberdaya manusia SDM. Kuadran kanan bawah kuadran III memiliki pengaruh yang rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan yang tinggi terhadap keterkaitan antar faktor, sehingga menjadi output di dalam sistem. Kuadran ini terdiri dari enam faktor, yaitu: 1 keanekaragaman hayati, 2 infrasrukturfasilitas, 3 jaringan kemitraan, 4 supplay air bersih, 5 food security, 6 produksi ikan. Kuadran kiri bawah kuadran IV mempunyai pengaruh rendah terhadap kinerja sistem dan ketergantungan juga rendah terhadap keterkaitan antar faktor. Kuadran ini terdiri dari empat faktor, yaitu: 1 siswasmas, 2 kelembagaan nelayan, 3 akses terhadap sumberdaya, 4 jaring sosial masyarakat, 5 pendanaan, 6 investor, 7 kesadaran masyarakat, 8 biofisik lingkungan, 9 dukungan pihak lain, 10 kesempatan kerja. Gambar 45 Tingkat kepentingan faktor-faktor yang berpengaruh pada pengelolaan ekosistem terumbu karang di Karimunjawa Berdasarkan pada penilaian pengaruh langsung antar faktor dari ke-21 faktor kunci tersebut didapatkan sebanyak dua faktor yang mempunyai pengaruh tinggi terhadap kinerja sistem dan ketergantungan antar faktor yang tinggi pula, yaitu: adanya 1 zona inti no take zone area, 2 motivasi dan partisipasi, 3 kemampuan pemulihan terumbu karang, dan 4 sumberdaya manusia, serta satu faktor yang mempunyai pengaruh yang tinggi terhadap kinerja sistem walaupun ketergantungan antar faktor rendah, yaitu kebijakan pemerintah. Oleh sebab itu, kelima faktor tersebut perlu dikelola dengan baik dan dibuat state kondisi yang mungkin terjadi di masa depan sehubungan dengan pengendalian pemutihan karang. Deskripsi dari masing-masing faktor kunci hasil analisis pengaruh langsung antar faktor adalah sebagai berikut : a No take zone area, merupakan kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mana tidak diperbolehkan adanya aktivitas apapun. b Motivasi dan partisipasi Persepsi masyarakat adalah pandangan responden tentang kegiatan pengelolaan kawasan TN Karimunjawa khususnya dalam pemutihan karang. Cara mengetahuinya adalah melalui beberapa indikator pertanyaan yang menjelaskan pandangan responden terhadap 1 kegiatan pencegahan pengrusakan dan pemutihan karang, b kegiatan penanggulangan pengrusakan dan pemutihan karang dan 3 kegiatan dalam partisipasi pada pencegahan dan penanggulangan kerusakan dan pemutihan karang. c Kemampuan pemulihan, merupakan kemampuan suatu lingkungan untuk kembali pada kondisi awal pulih setelah adanya gangguan. Pengurangan tekanan terhadap ekosistem pesisir dan laut akan meningkatkan carrying capacity dan kapasitas adaptasi kawasan tersebut. d Sumberdaya manusia, potensi yang terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. e Kebijakan pemerintah Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam bentuk aturanregulasi dalam bidang pariwisata, perikanan, budidaya, penataan ruang, kehutanan dapat mempengaruhi sumberdaya perikanan dan terumbu karang. Skenario adaptif pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan berkelanjutan dibuat berdasarkan perkiraan responden mengenai kondisi faktor kunci di masa mendatang. Dari perkiraan responden mengenai kondisi faktor- faktor penting tersebut di masa mendatang, disusun skenario yang mungkin terjadi di daerah penelitian. Hasil perkiraan responden mengenai kondisi faktor-faktor di masa datang, selanjutnya dilakukan kombinasi yang mungkin terjadi antar kondisi faktor tersebut Tabel 25, dan didapatkan empat skenario yaitu : 1 skenario sangat optimis, 2 optimis, 3 optimis perlu biaya dan 4 pesimis. Nilai dan presentase dari keempat skenario disajikan pada Tabel 24. Tabel 24 Skenario 5 faktor terpilih dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang hingga tahun 2020 KEADAAN FAKTOR 1 A 1 B 1 C 1 D Kawasan perlindungan Makin luas, banyak, keanekaragaman tinggi, menunjang Tetap, keanekaragaman tinggi, menunjang Sempit, menunjang Makin sempit, tidak menunjang, keanekaranan rendah 2 A 2 B 2 C Motivasi dan partisipasi Besar, tinggi Meningkat secara bertahap karena adanya sosialisasi Meningkat, bertahap Sedikit, rendah 3 A 3 B Kemampuan pemulihan Meningkat, dengan kondisi biofisik yang mendukung maka akan pulih relatif cepat lambat, minim 4 A 4 B 4C Sumberdaya manusia Meningkat karena adanya training dan motivasi untuk maju Besar, rendah Sedikit, rendah 5 A 5 B 5 C 5 D Kebijakan pemerintah Mendukung dengan membuat kebijakan pengendalian, implementasi kebijakan yang efektif dan lebih memfasilitasi Mendukung, tetapi kurang proaktif karena dianggap tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan. Mendukung tetapi tidak berpihak pada masyarakat Tidak mendukung sama sekali Tabel 25 Prospektif skenario pengelolaan terumbu karang di masa depan No Skenario Urutan faktor Presentase 1 Sangat Optimis IA,2A,3A,4A,5A 33.188 2 Optimis IA,2A,3A,4A, 5B 31.878 3 Optimis perlu biaya Moderat IC,2B,3A,4B,5BC 20.087 4 Pesimis ID,2C,3B,4C,5D 14.847 Jumlah 100.00 Jumlah skenario yang dapat dirumuskan dalam rangka pengelolaan adaptif terumbu karang dan sumberdaya ikan bisa lebih dari empat, namun dari keadaan dari masing-masing faktor kunci, kemungkinan yang paling besar diperkirakan akan terjadi di masa yang akan datang dari keempat skenario tersebut adalah : 1. Skenario pesimis merupakan suatu skenario yang dibangun berdasarkan keadaan state dan faktor kunci dengan kondisi dimana : 1 jumlah dan luasan zona inti berkurang, 2 motivasi dan partisipasi masyarakat menurun karena kurangnya sosialisasi dan penyuluhan dari pemerintah, 3 rusaknya lingkungan mengakibatkan kemampuan pemulihan menjadi rendah dan lambat, 4 rendahnya tingkat pendidikan menjadikan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan menurun, 5 pemerintah daerah kurang mendukung karena menganggap bahwa pemutihan karang kurang berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat sekitar TN Karimunjawa. Penerapan konsep skenario pesimistik ini akan memberikan implikasi berupa : 1 kerusakan terumbu karang semakin meningkat, 2 kepedulian masyarakat terhadap kerusakan terumbu karang semakin berkurang, 3 beban lingkungan semakin meningkat, 4 kerusakan lingkungan berimplikasi terhadap hasil tangkapan dan pendapatan nelayan, sehingga jika dimungkinkan akan terjadi penurunan sumberdaya manusia, 5 pemerintah daerah kurang memberi perhatian terhadap pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan. 2. Skenario optimis yang memerlukan biaya moderat adalah s kenario moderat mengandung pengertian bahwa keadaan masa depan yang mungkin terjadi diperhitungkan dengan penuh pertimbangan sesuai dengan keadaan dan kemampuan sumberdaya yang dimiliki saat ini. Skenario ini dibangun berdasarkan state dari faktor kunci dengan kondisi sebagai berikut : 1 zona inti yang ada semakin sempit meskipun masih mampu menunjang keanekaragaman dan ekologi yang ada, 2 motivasi dan partisipasi meningkat secara bertahap sesuai dengan kemampuan dan pengetahuan masyarakat, 3 r usaknya lingkungan mengakibatkan kemampuan pemulihan menjadi rendah dan lambat, 4 jumlah sumberdaya yang terdedia banyak, namun mempunyai kemampuan yang yang rendah, 5 kebijakan pemerintah mendukung, namun tidak berpihak pada masyarakat dan kurang proaktif. Penerapan konsep skenario moderat ini akan memberikan implikasi berupa : 1 kerusakan terumbu karang akan tetap pada kondisinya semula, 2 kepedulian masyarakat akan meningkat secara bertahap, 3 sumberdaya manusia akan meningkat secara bertahap karena adanya sosialisasi.

3. Skenario optimistik dibangun berdasarkan keadaan state dan faktor kunci

dengan kondisi : 1 luasan dan jumlah zona ini meningkat, 2 dukungan masyarakat meningkat karena motivasi dan partisipasi meningkat, 3 sumberdaya manusia yang tinggi dan semakin meningkat karena adanya training dan kemauan untuk maju, 4 kebijakan pemerintah yang mendukung, meskipun kurang proaktif. 4. Skenario sangat optimis dibangun berdasarkan keadaan state dan faktor kunci dengan kondisi : 1 luasan dan jumlah zona ini meningkat, 2 dukungan masyarakat meningkat karena motivasi dan partisipasi meningkat, 3 sumberdaya manusia semakin meningkat, 4 kebijakan pemerintah yang mendukung, efektif, adaptif dan lebih memfasilitasi maka diharapkan apabila terumbu karang mengalami kerusakan baik oleh pemutihan karang maupun oleh antropogenic impact akan segera pulih dan berfungsi kembali baik secara ekologi, ekonomi maupun sosial sehingga mampu mampu mendukung kehidupan masyarakatnya. Keempat skenario yang terbentuk tersebut, menjelaskan strategi adaptasi dan mitigasi yang dapat dilakukan secara utuh dari hulu dan hilir sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada ditentukan oleh faktor kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah merupakan salah satu motor utama dalam pengelolaan suatu kawasan konservasi, karena pada umumnya masyarakat masih lebih mementingkan kebutuhan jangka pendek ekonomi dibandingkan jangka panjang. Analisis prospektif yang dilakukan menghasilkan nilai 33.188 untuk skenario sangat optimis, 31.878 untuk skenario optimis, 20.087 untuk skenario optimis perlu biaya dan 14.847 untuk skenario pesimis. Berdasarkan analisis kondisi eksisting yang ada saat ini skenario yang berlaku adalah skenario moderat pesimistik perlu biaya. Secara umum kualitas perairan di kawasan Karimunjawa masih dalam kisaran baik namun mempunyai kecenderungan menurun, peningkatan suhu permukaan laut akan terus meningkat, kejadian pemutihan karang telah terjadi sebanyak 3 kali 1999, 2006 dan 2009- 2010 dengan intensitas semakin sering dan meluas, telah terbukti bahwa pemutihan karang telah menberikan efek terhadap ekologi penurunan hard coral cover sebesar 26, soft coral 3-10, penurunan kelimpahan ikan karnivora, peningkatan ikan herbivora dan ekonomi penurunan hasil tangkapan nelayan yang berasosiasi dengan pemutihan karang yaitu ikan kerapu dan ekor kuning, penangkanan ikan kerapu dan betet tidak lagi menguntungkan, penurunan pendapatan nelayan dan terdapat kerugian nilai produksi. Kekurangtanggapan