Persepsi Responden Keadaan Sosial Ekonomi 1. Karakteristik Responden

peralihan yang biasanya ditandai dengan gelombang besar, umumnya terjadi pada bulan Desember - Februari atapun kadangkala tidak menentu. Secara umum nelayan telah mengetahui dan mengenali kapan musim tersebut akan datang dengan melihat tanda-tanda alam, misalnya gelombang yang mulai besar, arah angin yang berubah. Berdasarkan wawancara dengan nelayan, nelayan tidak mempunyai preferensi terhadap jenis ikan target yang menjadi prioritas utama maupun terhadap jenis alat tangkap yang digunakan. Mereka hanya menyatakan jika menggunakan pancing tonda maka yang dominan tertangkap adalah ikan tongkol dan tengiri, pancing ulurpancing edo maka yang dominan ikan kerapu dan kakap, alat tangkap bubu akan lebih banyak tertangkap ikan karang seperti kerapu, kakap, betet, kambing, jika menggunakan panah dan jaring ikan yang dominan tertangkap ikan ekor kuning. Berdasarkan wawancara juga diketahui bahwa sebesar 91.8 nelayan melakukan penangkapan terhadap semua ikan yang mereka temui dengan alat tangkap yang beragam multi gears serta dimanfaatkan semua, sehingga tidak ada hasil tangkapan yang terbuang by cacth. Dalam melakukan operasi penangkapan adakalanya mereka menggunakan dua alat tangkap sekaligus misalnya sambil memancing mereka menanam bubu, atau sambil memanah mereka juga menanam bubu. Bubu berukuran kecil diambil setiap hari sedangkan bubu berukuran besar diambil dua hingga tiga hari sekali. Sedangkan mengenai kejadian pemutihan karang hanya 24.9 yang mengetahuinya, selebihnya 75.4 tidak mengetahuinya. Seluruh responden yang mengetahui pemutihan karang tidak menyadari kejadian tersebut dan menurut mereka hal tersebut adalah peristiwa alam yang biasa terjadi apabila ada pergantian musim. Lebih dari 80 responden menyatakan bahwa kondisi terumbu karang di Karimunjawa bervariasi antar kawasan, dan jika diperbandingkan dengan kondisinya 10 tahun yang lalu saat ini kondisinya cukup buruk. Pada saat jaman dahulu kerusakan terumbu karang pada umumnya hanya disebabkan oleh peristiwa alam seperti pasang surut yang menyebabkan karang terekspose pada saat surut terendah sehingga karang mengalami kematian sementara waktu, namun kemudian akan tumbuh kembali. Sedangkan saat ini kerusakan karang lebih banyak disebabkan oleh pengambilan karang untuk fondasi bangunan dan penangkapan ikan yang merusak, meskipun saat ini penangkapan yang merusak dan pengambilan karang sudah sangat jauh berkurang. Menurut mereka kerusakan parah terjadi pada saat beroperasinya muroami pada tahun 2002 dan saat ini alat tersebut menurut catatan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Jepara sudah tidak beroperasi di kawasan perairan Jepara, namun pada saat peneliti melakukan survey di lapangan bertemu dengan nelayan yang menggunakan muroami dan menurut mereka hanya kelompok mereka yang mengoperasikan alat tangkap tersebut. Berdasarkan survey yang dilakukan, hasil tangkapan nelayan telah mengalami perubahan dibandingkan dengan 10 tahun yang lalu. 6.89 responden mengatakan adanya peningkatan hasil tangkapan, 20.68 menyatakan tidak adanya perubahan, 72.41 menyatakan telah terjadi penurunan jumlah ikan hasil tangkapan. Responden juga menyatakan telah terjadi perubahan ukuran ikan hasil tangkapan 63.77 menyatakan ukuran ikan menjadi lebih kecil, 16.23 lebih besar dan 20 menyatakan tidak ada perubahan Gambar 37. Gambar 37 Persepsi responden terhadap hasil tangkapan, kondisi terumbu karang, ukuran ikan tangkapan dan pendapatan Lebih lanjut, menurut mereka turunnya hasil tangkapan disebabkan oleh rusaknya hábitat tempat hidup ikan 36.07, penangkapan ikan yang merusak dan tidak ramah lingkungan 22.95, musim barat yang lebih lama 9.84, penangkapan berlebih 8.20, penggundulan hutan 1.64, perluasan kawasan wisata yang merusak karang dan mengurangi kawasan penangkapan nelayan 13.11, perluasan budidaya rumput laut dan kerapu 1.64, siklus alam 6.56. Responden juga menyatakan solusi untuk hal tersebut misalnya dengan 20 40 60 80 tangkapan nelayan terumbu karang ukuran ikan pendapatan R e sp o n d e n meningkat tidak berubahtetap menurun peningkatan pengawasan maka ada kemungkinan akan memperbaiki kondisi yang ada, perbaikan hábitat ikan, menjaga terumbu karang. Secara umum masyarakat Karimunjawa sudah sangat sadar untuk tidak melakukan penangkapan ikan dengan menggunakan bom, racum atapun menangkap dengan menggunakan alat tangkap destruktif lainnya. Berdasarkan wawancara lebih dari 95 responden mengetahui bahwa kerusakan terumbu karang akan mempengaruhi hasil tangkapan mereka. Meskipun hingga saat ini masih ditemukan penangkapan ikan dengan alat yang merusak dan biasanya dilakukan oleh nelayan luar Karimunjawa. Program pengelolaan sumber daya perikanan di kawasan Karimunjawa kurang berjalan dengan baik karena banyaknya instansi yang ada, dengan tugas pokok dan fungsi yang tidak jelas dan tidak saling berkoordinasi. Program pengembangan perikanan yang pernah dilakukan adalah bantuan perahu dan unit budidaya rumput laut serta karamba ikan kerapu. Sedangkan pengelolaan yang dilakukan Balai Taman Nasional Karimunjawa cenderung bersifat represif khususnya dalam hal penentuan zonasi kawasan dan penangkapan serta penindakan terhadap pelaku penangkatan ikan dengan bom, sianida dan destructive fishing . Ketersediaan anggaran dan personil yang terbatas tidak dapat melakukan perlindungan dengan maksimal terhadap kawasan konservasi. Selain itu juga terdapat perwakilan Departemen Perhubungan, Dinas Perhubungan Provinsi, Polairud, TNI AL yang melakukan patroli dan pengamanan kawasan. Jalinan kerjasama juga dilakukan dengan beberapa LSM lokal dan internasional seperti LSM Kenari, LSM Kunci, Yayasan Taka, LSM Jambu, WCS Wildlife Conservation Society Marine Program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran penting terumbu karang terhadap kelangsungan hasil tangkapan mereka. Meskipun ada juga nelayan yang apriori terhadap LSM-LSM yang ada di Karimunjawa, mereka menganggap bahwa LSM tersebut hanya kaki tangan pemerintah dalam menjalankan proyek. Selanjutnya berdasarkan wawancara dengan nelayan menyatakan bahwa 86.8 responden menyatakan bahwa kebijakan dan program pemerintah di bidang perikanan kurang menyentuh kebutuhan mereka.

5.6. Skenario Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Berkelanjutan

IPCC 2007 memproyeksikan akan terjadi peningkatan luasan dan frekuensi pemutihan karang, penurunan kelimpahan larva ikan di kawasan pesisir, peningkatan potensi penyebaran penyakit menular dan infeksi, hilangnya 2500 km² kawasan mangrove jika terjadi kenaikan permukaan laut setinggi 1 meter, potensi erosi dan penggenangan kawasan pantai meningkat, hilangnya kawasan terumbu karang hingga 30 di kawasan Asia 30 tahun kedepan. Dalam menentukan strategi mitigasi dan adaptasi terhadap adanya perubahan iklim global dan pemutihan karang dapat dilihat dari 2 kategori yaitu : 1. Strategi yang ditujukan kepada terumbu karang sebagai suatu kesatuan ekologi yang dapat menjaga keutuhan dan keseimbangan dalam ekosistem tersebut. 2. Strategi yang ditujukan kepada masyarakat yang secara langsung maupun tidak langsung menerima akibat dari pemutihan karang. Adaptasi merupakan tindakan penyesuaian sistem alam dan sosial untuk menghadapi dampak negatif dari perubahan iklim, namun upaya tersebut akan sulit memberi manfaat secara efektif apabila laju perubahan iklim melebihi kemampuan beradaptasi. Oleh karena itu, adaptasi harus diimbangi dengan mitigasi. Wesmascot et al. 2000, mencoba menyusun beberapa prinsip dan strategi yang dapat dilakukan terhadap timbulnya pemutihan karang, dan pengelolaan adaptif adalah salah satu cara untuk mengatasi ketidakpastian ilmiah, dan harus mencakup pemantauan ekologis, sosial ekonomi, variabel dan manajemen untuk mengevaluasi dan menyesuaikan strategi. Penanganan perubahan iklim membutuhkan manajemen variabilitas iklim secara efektif yang pada saat bersamaan mengantisipasi dampak perubahan iklim global jangka-panjang secara komprehensif, untuk itu disusun suatu skenario a lternatif rancangan kebijakan yang memungkinkan dapat dilakukan dalam kondisi nyata di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian ternyata didapatkan fakta bahwa telah terjadi pemutihan karang di Kawasan Karimunjawa yang mengakibatkan perubahan komposisi ikan, penurunan sumberdaya ikan dan pendapatan nelayan. Skenario adaptif pengelolaan terumbu karang dan sumberdaya ikan di Karimunjawa merupakan jawaban atas permasalahan tersebut, dan dirancang berdasarkan pada hasil analisis multi criteria decision making dan analisis prospektif.

5.6.1. Analisis Multi Criteria Decision Making

Perumusan skenario pengelolaan dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi yang ada saat ini, dan hasil analisis sebelumnya. Saat ini kondisi terumbu karang di Karimunjawa terlihat menunjukkan kecenderungan untuk terus menurun, baik oleh peristiwa alam seperti peningkatan suhu yang mengakibatkan pemutihan karang, tetapi juga aktivitas manusia. Beberapa lokasi mengindikasikan kerusakan disebabkan oleh kegiatan destructive fishing. Disisi lain kawasan TN Karimunjawa bukan hanya kawasan untuk kegiatan perikanan tangkap, didalamnya juga terdapat aktivitas pariwisata, budidaya rumput laut, budidaya karang hias dan budidaya jaring apung. Sehingga pengelolaan dan pemanfaatan suatu kawasan dan sumberdaya alam berpotensi menimbulkan konflik baik konflik kepentingan maupun konflik pemanfaatan. Analisis Multi Criteria Decision Making MCDM digunakan untuk menentukan skenario adaptif terbaik pengelolaan sumberdaya perikanan di TN Karimunjawa, melalui pembobotan nilai yang paling berpengaruh dari kriteria dan sub kriteria. Penetuan kriteria dan sub kriteria diadaptasi dari Wilkinson Buddemeier 1994, Wesmascot et al. 2000 dan Pomeroy et al. 2004 yang menyatakan bahwa indikator dalam evaluasi suatu model pengelolaan kawasan konservasi antara lain : biofisik tutupan karang hidup, kelimpahan ikan, sosial ekonomi pendidikan, pendapatan, persepsi dan partisipasi dan pemerintah. Berdasarkan diskusi dengan pakar dan hasil wawancara dengan responden, selanjutnya ditetapkan kriteria yang paling penting dalam pengelolaan TN Karimunjawa, adalah : 1 kriteria ekologi, yang terdiri atas sub kriteria : a keberadaan ekosistem terumbu karang, b kelimpahan sumberdaya ikan, c aktivitas antropogenik 2 Kriteria ekonomi, yang terdiri atas sub kriteria : a produksi ikan, b pendapatan nelayan sebagai pemanfaat langsung sumberdaya terumbu karang 3 Kriteria sosial, yang terdiri atas sub kriteria : a peningkatan pendidikan, b keharmonisan hubungan antara pemanfaat teumbu karang, c partisipasi dalam pengelolaan TN Karimunjawa 4 Kriteria kebijakan, yang terdiri atas sub kriteria : a lembaga pengelola, b penerapan regulasi, c kepemimpinan formal