Taman Nasional Karimunjawa dan Masyarakat

saat ini luas total Taman Nasional Karimunjawa sebesar 111.625.000 hektar yang terbagi dalam tujuh zona, yaitu : 1 Zona Inti, 2 Zona Perlindungan, 3 Zona Pemanfaatan Pariwisata, 4 Zona Pemukiman, 5 Zona Rehabilitasi, 6 Zona Budidaya dan 7 Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional yang meliputi seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TN Karimunjawa. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil tidak terlepas dari kondisi sosial ekonomi masyarakat pulau tersebut yang masih memprihatinkan. Kondisi ini memungkinkan terjadinya proses pemanfaatan ekosistem pulau yang kurang sesuai. Semua itu berpangkal pada tuntutan kebutuhan hidup masyarakat kepulauan yang yang belum tercukupi, dengan terbatasnya sumber pendapatan yang dapat diandalkan, ada kecenderungan tindakan represif masyarakat Kepulauan Karimunjawa dalam pemanfaatan ekosistemnya. Tindakan masyarakat ini akan memberikan konsekuensi yang sulit dibendung termasuk dalam penebangan mangrove, pengeboman karang dan pemakaian potasium sianida. Penetapan revisi zonasi dilakukan dengan mempertimbangkan masukan masyarakat dan tenaga ahli, sosialisasi juga terus dilakukan terhadap revisi zonasi beserta disertai peraturan mengenai apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan di zona-zona yang telah ditetapkan. Saat ini, warga dengan kesadaran masing-masing ikut menjaga kawasan, baik buruh, nelayan, petani maupun pedagang untuk mengingatkan setiap orang. Dari fenomena-fenomena tersebut, maka atensi penduduk Karimunjawa terhadap pentingnya pengelolaan sumberdaya pulau dan laut saat ini mulai meningkat, karena mereka sadar bahwa mata pencaharian sebagian besar penduduk tergantung pada sumberdaya pulau dan laut.

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Lokasi dan Karakteristik Kawasan

Lokasi penelitian terbagi menjadi 2 bagian yaitu untuk kajian ekologi dan sosial ekonomi. Lokasi kajian ekologi didasarkan pada survey dan monitoring yang dilakukan oleh Razak 1998, Mannuputy Budiyanto 2000, MDC Universitas Diponegoro bekerjasama dengan Reef Check dan Balai Konservasi TN Karimunjawa. Lokasi kajian ekologi dilakukan pada 6 pulau pada kawasan TN Karimunjawa yaitu Pulau Burung S1, Cemara Kecil S2, Gelean S3, Menjangan Kecil S4, Menjangan Besar S5 dan Menyawakan S6. Pemilihan areal tersebut diasumsikan adanya keterwakilan zona yang ada pada kawasan TN Karimunjawa. Sedangkan untuk kajian sosial ekonomi didasarkan pada tempat tinggal penduduk, yang mana dari 27 pulau yang ada, hanya 5 pulau yang berpenghuni, maka dipilihlah tiga pulau yang dianggap mewakili kawasan tersebut untuk pengambilan responden yaitu Pulau Karimunjawa, Kemujan dan Parang. Diluar lokasi kajian yang merupakan zona perlindungan dan pariwisata merupakan fishing ground nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan. Pengambilan site pengamatan terumbu karang di zona perlindungan dan pariwisata diharapkan meminimalisir efek kerusakan karang oleh aktivitas lainnya seperti penangkapan ikan karena terinjakpatah oleh nelayan pada saat pemasangan ataupun pengambilan bubu, memanah ikan ataupun terkena jaring. Pengamatan oseanografi di Kepulauan Karimunjawa menunjukkan bahwa secara umum karakteristik oseanografi kawasan tersebut dipengaruhi oleh kondisi musim. Arus di perairan Karimunjawa pada musim barat berasal dari laut Cina Selatan yang menyeret massa air laut menuju ke Laut Jawa sampai kearah timur yaitu Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafura dan sebaliknya pada musim tenggara. Kecepatan arus laut dari timur ke barat berkisar 18 - 34 cmdet, dengan rata-rata 25 cmdet. Sedangkan kecepatan arus laut dari barat ke timur berkisar 22 - 45 cmdet dengan rata-rata 38 cmdet. Secara keseluruhan kualitas perairan di kawasan penelitian masih tergolong sebagai lingkungan perairan laut secara alamiah dan berada di bawah baku mutu air laut. Suhu rata-rata perairan berkisar antara 28 - 29.6 ºC, nilai pH bersifat alkalis dengan kisaran 7.6 - 8.2 yang mencerminkan sifat-sifat alami air laut berkaitan dengan kelarutan kadar garam serta mengindikasikan bahwa kondisi kawasan tersebut belum tercemar. Salinitas air laut yang terukur berada dalam kisaran 31 - 33 ppm, yang tidak mengalami perubahan cukup besar antara musim barat rata-rata 32.6 ppm dan musim timur rata-rata 32.2 ppm. Kecerahan perairan masih sangat jernih, dengan kisaran tingkat kejernihan 70 - 100, dan hampir sebagain besar spot pengamatan berada lebih besar pada kisaran 80. Pengukuran TSS yang terukur relatif masih rendah berkisar 12 - 58 mgl yang jauh berada dibawah baku mutu air laut ≤ 80 mgl. 5.2. Kondisi Biofisik 5.2.1. Suhu permukaan perairan Suhu permukaan laut penting dalam menduga potensi terjadinya pemutihan karang pada suatu kawasan tertentu. Sebagai gambaran awal rekonstruksi rata-rata suhu permukaan laut pada wilayah kajian dari tahun 1990 hingga 2008 yang diolah dengan menggunakan NOMADS Las Server disajikan pada pada Gambar 13, yang mana terlihat bahwa tahun 1998 merupakan tahun terpanas dengan suhu rata-rata tertinggi. Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, pada tahun tersebut juga tercatat terjadinya pemutihan karang yang cukup luas di dunia termasuk Indonesia Wilkinson 1998 dan Suharsono 1999. Gambar 13 Rekonstruksi suhu permukaan laut rata-rata tahunan °C di wilayah kajian °C Sumber : diolah dari data NOAA 2008 Secara lebih spesifik perubahan suhu permukaan laut tahunan pada 6 site lokasi kajian disajikan pada Gambar 14, terlihat bahwa rata-rata suhu permukaan 30.38 30.15 Tahun 30.20