Zonasi kesesuaian wisata snorkling dan selam

4.2.8.3. Zonasi kesesuaian wisata snorkling dan selam

Melindungi suatu kawasan wisata dari pengunjung wisata maka perlu dilakukan zonasi. Hal ini untuk untuk melindungi sumberdaya maupun memberikan keragaman pengalaman bagi pengunjung . Berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata IKW untuk wisata snorkling dan selam diketahui bahwa kedua kategori wisata ini termasuk kedalam kategori sesuai S2. Nilai indeks kesesuaian wisata snorkling memiliki nilai yang lebih besar di setiap stasiun pengamatan maupun nilai rata- ratanya dibandingkan nilai indeks kesesuaian selam Tabel 39 dan 40. Hal ini dikarenakan kondisi dari beberapa parameter yang berbeda pada saat pengukuran di lapangan. Penzonasian berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata IKW diketahui bahwa kesesuaian untuk wisata snorkling memiliki nilai yang dominan, ada satu stasiun di Pulau Poncan Kecil yang memiliki katergori sangat sesuai yaitu di stasiun 1 satu, sehingga wisata snorkling di Pulau Poncan lebih prioritas untuk dapat dikembangkan tanpa harus mengabaikan pengembangan wisata selam itu sendiri. Gambar 16. Menurut Robert dan Hawkins 2000, bahwa daya dukung kawasan hanya 90-80 dari luas kawasan yang ada dan sekitar 10-20 merupakan kawasan “full protected”. Selanjutnya Zakai et al. 2002, menyatakan bahwa kawasan- kawasan memiliki tingkat kesesuaian yang berbeda, yaitu antara sangat sesuai dan sesuai, dalam pemanfataannya untuk menerima wisatawan. Penentuan area kesesuaian dilakukan berdasarkan nilai indeks kesesuaian wisata IKW untuk snorkling dan selam, potensi ekologis dan biofisik kawasan sesuai dengan karekteristik kawasan. Dengan asumsi bahwa area pemanfaatan merupakan area yang dapat mewakili dari adanya perbedaan karekteristik kawasan tersebut, untuk melakukan aktivitas pemanfaatan wisata yang merupakan batas antara masing-masing titik stasiun pengamatan. Penentuan Zonasi merupakan pembagian kawasan berdasarkan potensi dan karakteristik sumberdaya alam untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan guna memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Penentuan zona pemanfaatan untuk kegiatan snorkling dan selam didasari dari titik stasiun pengamatan dengan luasan hamparan dan kondisi terumbu karang yang ada di Pulau Poncan Besar dan Pulau Poncan Kecil, sehingga terdapat perbedaan luasan untuk zona pemanfaatan di kedua Pulau tersebut. Dengan asumsi bahwa total luas zona pemanfaatan di Pulau Poncan Besar yang direkomendasikan adalah seluas 7.5499 ha atau 75 499 m 2 yang tersebar di ketiga stasiun pengamatan berdasarkan kondisi terumbu karang 27.27 terhadap luas hamparan yang ada 27.6859 ha. Total luas zona pemanfaatan di Pulau Poncan Kecil yang direkomendasikan adalah seluas 4.0024 ha atau 40 024 m 2 yang juga tersebar di tiga stasiun pengamatan berdasarkan kondisi terumbu karang 34.69 terhadap luas hamparan yang ada 11.5375 ha, akan tetapi untuk stasiun 1 satu luasan zona pemanfaatan lebih kecil dibandingkan dengan stasiun yang lainnya dikarenakan pada stasiun 1 satu di Pulau Poncan Kecil telah dipertimbangkan dan akan direkomendasikan sebagai zona inti dan penyangga. Dengan asumsi bahwa stasiun 1 satu di Pulau Poncan Kecil merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang dapat mewakili dan mempertahankan fungsi ekologis tanpa mengabaikan dari fungsi ekonomi serta dapat memberikan kontribusi ke kawasan lainnya, apabila dilakukan pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan maka zona inti ini yang di asumsikan dapat mempertahankan kondisi ekologis secara menyeluruh. Berdasarkan hasil indeks kesesuaian wisata IKW, menunjukkan bahwa ada terdapat satu stasiun yang hanya pemanfaatan untuk snorkling hal ini disebabkan karena stasiun 1 satu di Pulau Poncan Kecil memiliki IKW yang tinggi masuk kedalam kategori sangat sesuai S1. Zonasi merupakan alat yang paling umum bagi pengelolaan kawasan yang dilindungi untuk memisahkan kawasan yang pemanfaatannya bertentangan, serta untuk pengelolaan kawasan dengan manfaat ganda Mac Kinnon et al. 1986 dalam Purnama, 2005, sedangkan Bengen 2002 menyatakan bahwa penetapan zonasi kawasan adalah pengelompokan areal suatu kawasan ke dalam zona-zona sesuai dengan kondisi fisik dan fungsinya. Zonasi bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi ekologi dan ekonomi ekosistem suatu kawasan sehingga dapat dilakukan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan secara berkelanjutan. Dalam pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan diperlukan arahan zonasi untuk mengetahui sejauh mana kondisi kawasan yang akan di kembangkan. Arahan zonasi ini dibutuhkan sebagai alternatif dalam pengelolaan terumbu karang yang nantinya akan bermanfaat untuk pengembangan ekowisata bahari tersebut. Apabila pengembangan ekowisata bahari akan melakukan konservasi terlebih dahulu, maka arahan zonasi ini sangat berguna dalam pengelolaan yang terpadu dan lestari serta berkelanjutan, sehingga pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan dapat dilakukan secara optimal Gambar 16.

4.2.8.4. Daya dukung kawasan ekowisata bahari di Pulau Poncan