Penyusunan alternatif strategi pengembangan ekowisata bahari

yang ada serta mampu juga untuk menghadapi dan mengantisipasi ancaman yang datang dalam pengembangan ekowisata bahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti 1997, Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2.5 hal tersebut menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah. Jika berada diatas 2.5 maka menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat.

4.3.4. Penyusunan alternatif strategi pengembangan ekowisata bahari

Strategi pengelolaan lingkungan di Pulau-Pulau Kecil sudah sejak lama dilakukan secara parsial dan individualistik. Strategi pengelolaan seperti ini gagal memahami bahwa seluruh komponen kegiatan di Pulau-Pulau Kecil terkait satu sama lain dan bahwa interaksi dan hasil dari seluruh kegiatan di Pulau-Pulau Kecil dapat menciptakan reaksi berganda sekaligus berantai multiple chain reaction dari persoalan tekanan terhadap ekosistem dan komunitas di Pulau-Pulau Kecil Cicin Sain, 1993 dalam Adrianto, 2004. Pengelolaan wilayah pesisir secara sektoral ini pada dasarnya berkaitan hanya dengan satu jenis sumberdaya atau ekosistem untuk memenuhi tujuan tertentu sektoral, seperti perikanan, pariwisata, pertambangan, indsutri, pemukiman, perhubungan dan sebagainya. Model pengelolaan sektoral akan menimbulkan berbagai dampak yang dapat merusak lingkungan dan juga akan mematikan sektor lain seperti pengelolaan yang telah dilakukan di Pulau Poncan. Analisis SWOT dilakukan untuk dapat mendeteksi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman serta merumuskan strategi dari kondisi yang tergambar dari matriks SWOT. Alternatif yang telah disusun selanjutnya akan ditentukan tiga 3 strategi utama yang akan menjadi prioritas untuk diterapkan dalam upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan yang sesuai dengan kondisi internal dan eksternal Tabel 47 dan 48. Tabel 47 Strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan External Kekuatan S 1. Objek wisata yang menarik untuk selam, snorkeling, dan objek yang mendukung kegiatan fotografidan ragam kegiatan wisata bahari lainnya 2. Memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai 3. Adanya dukungan masyarakat 4. Potensi tenaga kerja 5. Adanya dukungan dari pemerintah daerah Kelemahan W 1. Ketrampilan masyarakat yang masih terbatas 2. Pendidikan masyarakat yang rendah 3. Kurangnya promosi dan strategi pemasaran yang baik 4. Tekanan terhadap ekosistem terumbu karang yang terus berlangsung dan kurangnya kesadaran masyrakat terkait pelestarian terumbu karang 5. Lemahnya penegakan hukum Peluang O 1. Akses yang sukup dekat dengan kota pemerintahan 2. Visi dan misi Pemda yang mendukung pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan 3. Adanya dukungan dari LSM 4. Terbukanya lapangan pekerjaan 5. Kawasan lintas pariwisata Strategi S-O 1. Melakukan upaya kegiatan konservasi terumbu karang untuk pengembangan ekowisata dengan melibatkan masyarakat, LSM dan PEMDA. 2. Peningkatan kesempatan bekerja bagi masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas dan prasarana yang memadai. 3. Memanfaatkan akses yang mudah sebagai gerbang keluar masuk untuk pengembangan ekowisata bahari yang merupakan daerah kawasan lintas pariwisata Strategi W-O 1. Meningkatkan ketrampilan serta pendidikan masyarakat sehingga akan tebukanya lapangan pekerjaan yang lebih banyak 2. Adanya dukungan dari Pemda dan LSM untuk mengurangi tekanan terhadap terumbu karang dengan menyadarkan masyarakat terkait pelestarian terumbu karang dengan kegiatan-kegiatan konservasi. 3. Menambah sarana promosi serta melakukan pemasaran yang lebih baik di daerah kawasan lintas pariwisata. Ancaman T 1. Pencemaran yang berasal dari daratan sibolga 2. Nelayan yang menggunakan alat tangkap yang berbahaya atau tidak ramah lingkungan 3. Kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang 4. Terjadinya pelanggaran hukum 5. Terjadinya konflik antara pengelola wisata dengan Pemerintah Daerah Stategi S-T 1. Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang. 2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana serta pelayanan yang baik untuk mengurangi konflik antara pengelola dan PEMDA. 3. Membuat rencana tata ruang wilayah di Pulau Poncan. 4. Penyusunan dan penetapan regulasi serta pedoman dalam pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari, yang akan menegah munculnya berbagai macam konflik serta pelanggaran hukum Strategi W-T 1. Mengupayakan perbaikan ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh pencemaran, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. 2. Perlunya penegakan hukum yang kuat dan jelas sehingga tiadak akan terjadi konflik dan pelanggaran hukum. 3. Meninggkatkan ketrampilan dan pendidikan masyarakat serta melakukan promosi yang baik sehingga terjalin kerjasama yang baik antara pengelola dan PEMDA Sumber : Data primer hasil analisis 2009 Internal Tabel 48 Perangkingan alternatif strategi pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan NO UNSUR SWOT KETERKAITAN NILAI RANGKING STRATEGI S-O 1 Melakukan upaya kegiatan konservasi terumbu karang untuk pengembangan ekowisata dengan melibatkan masyarakat, LSM dan PEMDA S1+S3+S5+O2+O3 1.72 II 2 Peningkatan kesempatan bekerja bagi masyarakat dengan memanfaatkan fasilitas dan prasarana yang memadai S2+S4+O4 0.73 IX 3 Memanfaatkan akses yang mudah sebagai gerbang keluar masuk untuk pengembangan ekowisata bahari yang merupakan daerah kawasan lintas pariwisata S1+ O1+O5 1.16 IV STRATEGI W-O 4 Meningkatkan ketrampilan serta pendidikan masyarakat sehingga akan tebukanya lapangan pekerjaan yang lebih banyak W1+W2+ O4 0.53 XII 5 Adanya dukungan dari Pemda dan LSM untuk mengurangi tekanan terhadap terumbu karang dengan menyadarkan masyarakat terkait pelestarian terumbu karang dengan kegiatan- kegiatan konservasi. W4+W5+O2+O3 1.08 VII 6 Menambah sarana promosi serta melakukan pemasaran yang lebih baik di daerah kawasan lintas pariwisata W3+O5 0.47 XIII STRATEGI S-T 7 Meningkatkan pengawasan terhadap penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga tidak terjadi kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang S3+S5+T2+T3 1.14 V 8 Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana serta pelayanan yang baik untuk mengurangi konflik antara pengelola dan PEMDA S2+S4+T5 0.81 VIII 9 Membuat rencana tata ruang wilayah di Pulau Poncan S1+S3+S5+T1+T3 1.71 III 10 Penyusunan dan penetapan regulasi serta pedoman dalam pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari, yang akan menegah munculnya berbagai macam konflik serta pelanggaran hokum S3+S5+ T3+T4+T5 1.85 I STRATEGI W-T 11 Mengupayakan perbaikan ekosistem terumbu karang yang disebabkan oleh pencemaran, penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. W4+T1+T2+T3 1.11 VI 12 Perlunya penegakan hukum yang kuat dan jelas sehingga tiadak akan terjadi konflik dan pelanggaran hokum W5+ T4+T5 0.69 XI 13 Meninggkatkan ketrampilan dan pendidikan masyarakat serta melakukan promosi yang baik sehingga terjalin kerjasama yang baik antara pengelola dan PEMDA W1+W2+W3 +T5 0.73 X Sumber : Data primer hasil analisis 2009 Analisis SWOT menghasilkan 13 strategi yang perlu dan harus ditindak lanjuti untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan yang terpadu dan berkelanjutan bagi ekosistem terumbu karang maupun bagi ekonomi masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa potensi sumberdaya pesisir dan laut di Pulau Poncan masih sangat potensial untuk dapat dikembangkan apalagi untuk pengembangan ekowisata bahari. Peran Pemerintah dan segenap lapisan masyarakat dan stakeholder lainnya sangat berpengaruh terhadap kelangsungan sumberdaya tersebut dan pengembangan ekowisata bahari itu sendiri. Sehingga telah dihasilkan sebanyak tiga 3 strategi utama yang akan menjadi prioritas untuk diterapkan dan dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan sehingga akan mampu memberikan pendapatan bagi daerah khususnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian sumberdaya hayati yaitu : 1. Penyusunan dan penetapan regulasi antara lain : peraturan daerah tentang; pelarangan penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, pengaturan penggunaan dan pemanfaatan lahan di Pulau Poncan, penyewaan Pulau Poncan dan fasilitas didalamnya, pembagian tugas dan wewenang dalam melakukan pengelolaan di Pulau Poncan secara menyeluruh serta pedoman dalam pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari, yang akan mencegah munculnya berbagai macam konflik serta pelanggaran hukum. Ekosistem terumbu karang merupakan objek utama dalam kegiatan ekowisata bahari sehingga harapannya sumberdaya tersebut dapat selalu dalam kondisi yang baik dan sehat, namun kenyataan di lapangan dari 3 stasiun pengamatan di Pulau Poncan Besar memiliki persentase penutupan karang hidup 27.27 dan 3 stasiun pengamatan di Pulau Poncan Kecil memiliki persentase penutupan karang hidup 34.69. Walaupun kondisi terumbu karang di kedua Pulau tersebut termasuk kedalam kategori sedang dengan rata-rata persentasenya adalah 30.98. Akan tetapi kondisi tersebut sangatlah memprihatinkan sehingga diperlukan pengelolaan yang baik serta berkelanjutan. 2. Melakukan upaya kegiatan konservasi terumbu karang untuk pengembangan ekowisata dengan melibatkan masyarakat, LSM dan Pemda. Berdasarkan kondisi terumbu karang yang ada saat ini di Pulau Poncan perlu dilakukan upaya penyelamatan terhadap terumbu karang melalui kegiatan konservasi. Kegiatan konservasi ini dilakukan harus secara terpadu dan berkelanjutan dengan adanya dukungan serta melibatkan peran serta semua stakeholder terutama masyarakat, LSM dan Pemerintah Daerah. Sehingga pengembangan ekowisata bahari dapat dilakukan dengan tetap menjaga kelestarian terumbu karang melalui kegiatan konservasi. 3. Membuat rencana tata ruang wilayah di Pulau Poncan. Dalam pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan diperlukan suatu rencana dalam penataan ruang agar pemanfatan yang akan dilakukan sesuai dengan yang diinginkan. Konteks pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan sangat perlu membuat rencana tata ruang wilayah di Pulau Poncan sehingga akan dengan mudah untuk melakukan rencana pengembangan yang berkelanjutan serta berkesinambungan. Pada dasarnya pengelolaan yang telah dilakukan pihak swasta telah memberikan peranan bagi perkembangan Kota Sibolga, antara lain bagi pembangunan daerah pengelola memberikan kontribusi melalui sektor pajak akan tetapi kontribusinya masih belum maksimal untuk pembangunan Kota Sibolga. Peranan dari pengelola selama ini cukup baik dari sektor ekonomi dengan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat misalnya menjadi pegawai di resort satpam, koki, pramusaji, cleaning service dll juga ada masyarakat yang menyewakan kapalnya untuk melakukan penyeberangan ke Pulau Poncan dan ada juga yang menjadi pemandu wisata. Diperlukan perhatian khusus terhadap keberlangsungan sumberdaya hayati yang ada di Pulau Poncan serta permasalahan-permasalahan yang ada harus segera diselesaikan dengan melakukan pengelolaan secara terpadu, sehingga akan dapat melakukan rencana pengembangan ekowisata bahari yang berkelanjutan. Dengan demikian diharapkan pengelola dan pihak terkait lainnya saling berkoordinasi dan bersatu dalam melakukan pengelolaan, sehingga status pengelolaan saat ini yang diberikan kepada pihak swasta dapat berjalan seperti yang diharapkan serta menjadi lebih baik dengan didukung oleh Pemerintah Daerah dan Masyarakat sekitarnya. Dalam konteks ini, Chambers 1992 dalam Adrianto 2004 menganjurkan bahwa strategi pengelolaan Pulau-Pulau Kecil harus dapat mengkaitkan seluruh kegiatan dan stakeholders yang ada di Pulau-Pulau Kecil dengan menggunakan pendekatan yang terkoordinasi. Berdasarkan indeks kesesuaian wisata IKW untuk kegiatan selam dan snorkling Pulau Poncan termasuk kategori sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari Tabel 39 dan 40. Pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan diperlukan beberapa tahapan serta arahan dalam pengembangannya agar kedepan pengelolaan yang dilakukan melalui penilaian secara menyeluruh dan terpadu serta berkelanjutan menuju pengelolaan yang berbasis konservasi. Untuk itu diperlukan arahan kegiatan dalam pengembangan ekowisata bahari, strategi utama yang akan menjadi prioritas untuk diterapkan dan dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dalam upaya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan sehingga akan mampu memberikan pendapatan bagi daerah Kota Sibolga khususnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat serta kelestarian sumberdaya hayati. Adapun arahan kegiatan untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan Besar secara khusus di sekitar resort adalah Tabel 49. Tabel 49 Alternatif kegiatan dalam rangka pengelolaan terumbu karang untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan Besar No Kegiatan Stakeholder yang terlibat Indikator kinerja 1. Melakukan rehabilitasi dengan cara melakukan transplantasi karang di sekitar lokasi resort Pengelola dan Pemda Luasan kawasan yang mengalami kerusakan terumbu karang 2. Mempertahankan serta meningkatkan tingkat kunjungan wisata sesuai dengan daya dukung kawasan Pengelola dan Pemda Intensitas pengunjung yang datang ke resort di Pulau Poncan Besar 3. Melakukan penyuluhan atau pemberitahuan kepada para pengunjung tentang pendidikan konservasi selama melakukan kegiatan wisata sehingga dapat menjaga kelestarian sumberdaya hayati sekaligus akan meningkatkan kualitas produk ekowisata bahari yang ditawarkan. Pengelola dan Masyarakat Jumlah pihak yang terlibat aktif dalam menjaga dan mengelola terumbu karang 4. Monitoring dampak lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan ekowisata bahari dan kegiatan perikanan lainnya minimal 1 satu bulan sekali Pemda dan Masyarakat Tingkat pelanggaran dan perusakan terhadap terumbu karang Sumber : Data primer hasil analisis 2009

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang telah dihasilkan dari penelitian ini berdasarkan analisis yang dilakukan untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan adalah : 1. Kondisi terumbu karang di Pulau Poncan secara keseluruhan termasuk kategori sedang dengan rata-rata persentase tutupan karang 30.98. Persentase tutupan karang tertinggi terdapat di Pulau Poncan Kecil dengan persentase 34.69, sedangkan Pulau Poncan Besar dengan persentase 27.27. 2. Total kelimpahan ikan di Pulau Poncan sebesar 47 019 indha. Kelimpahan ikan tertinggi terdapat di Pulau Poncan Kecil sebanyak 25 365 indha sedangkan Pulau Poncan Besar memiliki kelimpahan sebanyak 21 654 indha. Berdasarkan kelompoknya kelimpahan ikan di Pulau Poncan Besar memiliki persentase ikan major 97.60, ikan target 1.29, dan ikan indikator 1.11. Di Pulau Poncan Kecil kelimpahan ikan berdasarkan kelompoknya memiliki persentase ikan major 95.74, ikan target 2.89, dan ikan indikator 1.37. Hasil indentifikasi terdapat 49 jenis ikan karang yang termasuk kedalam 14 suku yang ada di Pulau Poncan. 35 jenis merupakan kelompok dari ikan major, 11 jenis kelompok ikan target, dan 3 jenis kelompok ikan indikator. 3. Penyebab kerusakan terumbu karang di Pulau Poncan terutama disebabkan oleh penggunaan racun dan penambangan karang dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Kemudian penyebab kerusakan yang lain seperti bahan peledak memiliki tingkat kerusakan yang sedang, namun ada beberapa stasiun pengamatan dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Selanjutnya penyebab kerusakan seperti oleh jangkar, pencemaran, bubu, jaring serta sampah memiliki tingkat kerusakan yang rendah. 4. Berdasarkan hasil dari indeks kesesuaian wisata IKW untuk kategori snorkling dan selam menyatakan bahwa Pulau Poncan Besar dan Poncan Kecil masuk ke dalam kategori sesuai. Jenis wisata snorkling dan wisata selam dapat untuk dikembangkan sebagai salah satu jenis wisata di dalam