Ekosistem Terumbu Karang 4. Tujuan Penelitian

2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Terumbu Karang

Terdapat tiga jenis tipe struktur terumbu karang di Indonesia, yaitu karang tepi fringing reef, karang penghalang barrier reef, dan karang cincin atoll. Terumbu karang khususnya terumbu karang tepi tumbuh subur di daerah dengan ombak yang cukup dan kedalaman tidak lebih 40 m sehingga berperan penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang dan arus kuat yang berasal dari laut. Selain itu terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makan feeding ground, tempat asuhan dan pembesaran nursery ground serta tempat pemijahan spawning ground bagi berbagai biota yang hidup di terumbu karang Bengen, 2001. Proses fotosintesis bagi zooxanthellae tergantung dari penetrasi radiasi matahari yang masuk ke dalam kolom air, maka kedalaman dan kejernihan air merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan terumbu dan koloni karang. Radiasi matahari yang cukup untuk mendukung proses fotosintesis zooxanthellae terumbu karang yang terjadi pada kedalaman tersebut dan kejernihan air terkait dengan kandungan sedimen alam perairan. Di satu sisi kandungan sedimen yang tinggi akan menghambat penetrasi radiasi matahari sehingga mengurangi jumlah radiasi yang diperlukan untuk proses fotosintesis, di sisi lain endapan sedimen di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sedimen tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesa untuk menghasilkan energi juga terhambat. Hal itulah yang menyebabkan karang terhambat pertumbuhannya Nybakken, 1992. Menurut Supriharyono 2007, mengingat binatang karang hermatypic atau reef-building corals hidupnya bersimbiose dengan ganggang zooxanthellae yang melakukan proses fotosintesa, maka pengaruh cahaya illumination adalah penting sekali. Terkait dengan pengaruh cahaya tersebut terhadap karang, maka faktor kedalaman juga membatasi kehidupan binatang karang. Menurut Kinsman 1964, secara umum karang tumbuh baik pada kedalaman kurang dari 20 m. Akan tetapi menurut Supriharyono 2007, tidak sedikit spesies karang yang tidak mampu bertahan pada kedalaman hanya satu meter, disebabkan oleh karena kekeruhan air dan tingkat sedimentasi yang tinggi. Suhu perairan juga merupakan faktor pembatas pertumbuhan karang. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan biota karang polip karang dan zooxanthellae . Biota karang masih mentoleransi suhu tahunan maksimum sampai kira-kira 36 C-40 Cdan suhu minimun sebesar 18 C Nybakken, 1992. Menurut Supriharyono 2000, bahwa suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang sekitar antara 25 C-29 C. Tekanan hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang dengan adanya kecenderungan semakin besar tekanan hydrodinamis, maka bentuk pertumbuhan karang lebih ke arah bentuk pertumbuhan mengerak encrusting Supriharyono, 2000. Selain itu arus dibutuhkan untuk mendatangkan makanan berupa plankton. Menurut Nybakken 1992, pertumbuhan karang pada daerah berarus akan lebih baik dibandingkan dengan perairan tenang. Salinitas air laut rata-rata di daerah tropis adalah sekitar 35 00 , dan binatang karang hidup subur pada kisaran salinitas sekitar 34-36 00 Kinsman, 1964. Akan tetapi pengaruh salinitas terhadap kehidupan binatang karang sangat bervariasi tergantung pada kondisi perairan laut setempat atau juga adanya pengaruh dari alam seperti run-off, badai, hujan, sehingga kisaran salinitas bisa sampai dari 17.5-52.5 00 Vaughan, 1919; Wells, 1932 dalam Supriharyono, 2007. Bahkan juga seringkali terjadi salinitas di bawah minimum dan di atas maksimum karang masih bisa hidup, seperti tercatat di perairan Pantai Bandengan, Jepara, Jawa Tengah salinitas mencapai nol permil 0 00 untuk beberapa jam pada waktu air surut yang menerima limpahan air tawar sungai Supriharyono, 1986. Menurut TERANGI 2005, ekosistem terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan di laut, diantaranya : 1. Sebagai pelindung pantai ; terumbu karang yang tumbuh di daerah pasang surut sangat berperan dalam mengurangi energi arus atau ombak yang datang ke pantai sehingga mencegah terjadinya erosi dan mendukung terbentuknya pantai berpasir, tempat asuhan dan berkembang biak bagi ikan. 2. Menyediakan makanan, tempat tinggal untuk berkembang biak, tempat asuhan dan perlindungan bagi makhluk laut. Manfaat terumbu karang bagi masyarakat adalah : 1. Sebagai sumberdaya untuk kepentingan masyarakat yaitu terumbu karang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kapur, bahan konstruksi bangunan, sebagai sumber makanan, sebagai penambatan jangkar perahu, sebagai hiasan, sebagai habitasi makan laut, sebagai pembersih alat dapur, sebagai bahan dempul, sebagai bahan obat-obatan antibiotik, anti kanker, anti bakteri, dan secara tidak langsung menyumbangkan peningkatan ekonomi bagi masyarakat sekitarnya. 2. Menyediakan lapangan kerja melalui perikanan dan pariwisata. Sumberdaya terumbu karang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan melalui kegiatan pariwisata seperti snorkling, diving menyelam serta kegiatan fotografi bawah air atau pengumpulan kerang-kerangan untuk cinderamata. Menurut Yulianda 2003, pada dasarnya akar permasalahan kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh manusia yaitu : 1 inkonsistensi dalam implementasi kebijakan yang diambil, 2 metode pengelolaan yang kurang memadai, 3 instrumen hukum dan penegakan peraturan perundangan yang belum memadai, 4 kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang arti penting dan nilai strategi terumbu karang dari berbagai kalangan elit politik, pengusaha, dan publik, 5 kemiskinan, 6 keserakahan, 7 kapasitas dan kapabilitas pengelola yang kurang memadai, 8 permintaan pasar atau tingkah laku konsumen, 9 faktor budaya dan adat istiadat atau kebiasaan, dan 10 status terumbu karang yang terbuka untuk umum. Supriharyono 2000, menyebutkan bahwa akar permasalahan tersebut akan mengancam ekosistem terumbu karang pada berbagai bentuk pemanfaatan terhadap ekosistem terumbu karang baik pemanfaatan untuk wisata maupun pemanfaatan untuk perikanan tangkap. Segala bentuk pemanfaatan, salah satunya pemanfaatan wisata mutlak harus diarahkan pada wisata yang memperhatikan kelestarian ekosistem terumbu karang.

2.2. Kerusakan Terumbu Karang