Tabel 21 Jumlah sarana kesehatan dan hotel berdasarkan Kecamatan di Sibolga
Kecamatan RS Umum
Puskesmas Puskes Pembantu
Hotel Bintang
Non Bintang Sibolga Utara
- 1
4 -
1 Sibolga Kota
1 1
3 2
14 Sibolga Selatan
1 1
4 -
- Sibolga Sambas
- 1
2 -
9
Sumber : BPS Kota Sibolga 2008 Tabel 22 Jumlah prasarana pemasaran ikan di Sibolga tahun 1999-2007
Tahun Pasar Ikan
Tempat Pendaratan
Ikan Pabrik
Es Cold
Storage Perebusan
Ikan Galon
Minyak Galangan
Kapal Pengeringan
Ikan Permanen
Darurat 1999
3 2
28 1
- 70
3 3
85 2000
3 2
28 1
- 70
3 3
85 2001
3 2
28 1
- 70
3 3
85 2002
3 2
23 1
- 70
3 3
94 2003
3 2
18 1
- 77
3 3
94 2004
3 2
18 1
- 77
3 3
94 2005
4 3
18 1
3 73
3 3
90 2006
4 3
18 1
3 73
3 3
90 2007
5 3
22 1
3 73
3 5
90
Sumber : BPS Kota Sibolga 2008
4.1.6. Kondisi perekonomian dan pendapatan daerah
Realisasi penerimaan Pemerintah Kota Sibolga pada tahun 2006 sebesar Rp 208.1 milyar dimana dari total realisasi penerimaan tersebut berasal dari dana
perimbangan sebesar 96.24 dan PAD 3.76. Realisasi pengeluaran daerah sebesar Rp 156.5 milyar terbagi untuk belanja publik sebesar 49.20 dan belanja aparatur
sebesar 50.80. Laju inflasi pada tahun 2007 sebesar 7.13, dimana laju inflasi tertinggi terdapat pada bulan Juni sebesar 1.85. Apabila dibandingkan dengan laju
inflasi kumulatif Sumatera Utara dan Nasional tahun 2007, Kota Sibolga memiliki laju inflasi di atas laju inflasi Sumatera Utara dan Nasional Tabel 23 dan 24.
Tabel 23 Laju inflasi di Kota Sibolga tahun 2005-2007
Bulan 2005
2006 2007
Januari 4.81
-1.39 1.48
Februari -3.01
-1.43 0.01
Maret 1.68
0.65 1.48
April -0.18
-1.57 -1.93
Mei -0.20
0.68 -0.17
Juni 0.96
1.74 1.85
Juli 2.36
2.55 0.60
Agustus 1.13
-2.49 0.05
September 1.57
1.90 0.49
Oktober 9.21
1.20 0.84
Nopember 3.02
-0.12 0.58
Desember -0.46
3.37 1.26
Total 22.39
5.03 7.13
Sumber : BPS Kota Sibolga 2008
Tabel 24 Laju inflasi Sibolga, laju inflasi kumulatif Sumatera Utara dan Nasional
Tahun Sibolga
Sumatera Utara Nasional
2005 22.39
22.41 17.11
2006 5.03
6.11 6.60
2007 7.13
6.60 6.59
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 2008 PDRB merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan suatu daerah.
Berdasarkan harga berlaku nilai PDRB Sibolga tahun 2007 sebesar Rp 1.075 trilyun sedangkan jika dilihat dari harga konstan sebesar Rp 623.780 milyar dengan tingkat
pertumbuhan perekonomian sebesar 5.53 Tabel 25. Tabel 25 PDRB berdasarkan harga berlaku dan konstan serta pertumbuhan ekonomi
Tahun Harga Berlaku Jutaan Rp
Harga Konstan Jutaan Rp Pertumbuhan
2004 718 599.73
540 093.75 4.76
2005 826 274.03
561 749.79 4.01
2006 941 673.62
591 078.82 5.22
2007 1 075 260.49
623 779.72 5.53
Sumber : BPS Kota Sibolga 2008
4.1.7. Pengelolaan Pulau Poncan pada saat ini a Sejarah pendirian resort di Pulau Poncan
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menurut UU No 27 tahun 2007 adalah suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan dan pengendalian
sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara pemerintah dan pemerintah daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan
dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pulau Poncan merupakan Pulau yang berada di wilayah administrasi Kota
Sibolga Gambar 5. Pulau Poncan Besar memiliki luas area seluas 89.6639 ha dan Pulau Poncan Kecil memiliki luas 4.1544 ha. Pulau Poncan Besar telah di
manfaatkan secara profesional, luas yang dimanfaatkan sampai saat ini seluas 10.7 ha dari total seluruh Pulau Poncan Besar seluas 89.6639 ha Tabel 44. Pulau Poncan
Kecil belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan keterangan Mariadi selaku Manager Hotel Wisata Indah yang merupakan bagian dari pengelola Sibolga Marine
Resort di Pulau Poncan Besar bahwa Status kepemilikan adalah Hak Guna Usaha HGU, akan tetapi ada dari beberapa kalangan serta masyarakat sekitarnya yang
mengatakan bahwa kepemilikan Pulau Poncan merupakan hak milik dari beberapa
orang seperti Sibolga Marine Resort SMR yang dimiliki oleh Amran Lies. Perencanaan pembangunan Sibolga Marine Resort berawal pada tahun 1994, serta
pada tahun 1997 Sibolga Marine Resort resmi di buka untuk umum dengan berbagai fasilitas hotel bintang 2 yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pariwisata. Dari
seluas 10.7 ha yang dimiliki hanya 7 ha yang baru dimanfaatkan secara optimal, sedangkan sisanya masih dalam keadaan belum di manfaatkan.
b Pengelolaan resort di Pulau Poncan
Sibolga Marine Poncan adalah resort tepi laut yang sangat khusus sebagai satu-satunya fasilitas yang berorientasi laut di Pantai Barat Sumatera Utara. Di sini
kami menawarkan pengalaman dan pemandangan yang sempurna bagi petualang, nelayan, pendayung, beachcomber dan hampir setiap orang akan menjadi santai dan
menikmati pemandangan indah di lingkungan tropis. Selama ini pengelolaan yang dilakukan di Pulau Poncan oleh PT. Sibolga Marine Resort bersifat pribadi dan tanpa
melibatkan Pemerintah Daerah dan masyarakat sekitarnya baik dari segi pendanaan maupun pengembangan, sehingga masih kurangnya koordinasi dengan Pemerintah
Daerah serta masyarakat sekitarnya. Peranan dari pengelola selama ini cukup baik dari sektor ekonomi dengan terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat
misalnya menjadi pegawai di resort satpam, koki, pramusaji, cleaning service dll juga ada masyarakat yang menyewakan kapalnya untuk melakukan penyeberangan
ke Pulau Poncan dan ada juga yang menjadi pemandu wisata. Bagi pembangunan daerah pengelola juga memberikan kontribusi melalui sektor pajak.
Aktivitas wisata di Pulau Poncan yang dilakukan oleh PT Sibolga Marine Resort menawarkan aktivitas secara professional dan menarik dengan beberapa
aktivitas yang ada di lingkungan resort antara lain : 1 wisata memancing dengan menyiapkan pemandu untuk melakukan pemancingan baik di sekitar Pulau Poncan
maupun ke Pulau-Pulau yang lebih jauh. 2 wisata selam dan snorkling dapat dilakukan dengan sendiri maupun bantuan dari pemandu selam yang akan membawa
para penyelam melakukan kegiatan selam dan snorkling di sekitar Pulau Poncan maupun yang berada di lokasi penyelaman lainnya diluar kawasan resort . 3
aktivitas di sekitar resort dapat dilakukan seperti berjemur di pantai, berjalan mengelilingi pantai putih berpasir, padding kano, banana boat dan jet sky, fasilitas
bermain untuk anak. 4 kegiatan hiking ke daerah perbukitan dan hutan yang ada di
Pulau Poncan Besar untuk melihat beberapa hewan reptil yang ada dan juga untuk melihat lubang jepang yang dijadikan benteng pertahanan selama perang dunia II
untuk memantau aktivitas di Pelabuhan Sibolga. Akan tetapi seiring berjalannya waktu terjadinya penurunan kualitas lingkungan terutama terumbu karang
merupakan permasalahan dan kendala umum yang sekarang dihadapi disebabkan pengelola selama ini tidak mempertimbangkan dampak negatif
yang akan ditimbulkan dari kegiatan-kegiatan yang dihasilkan serta tanpa mempertimbangkan
dan merencanakan pengembangan secara terpadu dan berkelanjutan. Kendala dan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan di Pulau Poncan adalah :
1. Kerusakan fisik habitat ekosistem terutama terumbu karang. yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan perikanan yang bersifat merusak penggunaan bahan
peledak, bahan beracun, penambangan karang serta kegiatan pariwisata yang tidak bertanggung jawab Gambar 13 dan 14. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran dan pengetahuan dari masyarakat terhadap pelestarian lingkungan sumberdaya hayati yang ada di laut terutama terumbu karang.
sehingga sumberdaya hayati laut yang merupakan sumberdaya yang sangat penting bagi kehidupan organisme laut maupun masyarakat sekitar yang
memanfaatkannya terabaikan dan terlupakan. 2. Over eksploitasi sumberdaya hayati laut, kondisi ini mengakibatkan kualitas
lingkungan laut mengalami penurunan serta terjadi degradasi fisik terumbu karang yang merupakan tempat pemijahan, asuhan dan mencari makan bagi
sebagian besar biota laut tropis. Data menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Pulau Poncan pada saat ini rata-rata sebesar 30.98 dengan variasi
antara 27.27 - 34.69 Gambar 11. Hal ini menjadi permasalahan tersendiri bagi pengelolaan terumbu karang di Pulau Poncan.
3. Kurangnya koordinasi dan kerjasama antara pengelola dan pihak terkait baik pemerintah, swasta dan masyarakat. Kurangnya koordinasi antar pelaku
pengelola terlihat dari berbagai kegiatan pembangunan di Pulau Poncan yang di lakukan secara sektoral oleh masing-masing pihak. Hal ini diakibatkan
oleh sifat keegoan setiap pelaku pengelolaan juga karena tidak adanya sistem atau lembaga yang mampu mengkoordinasikan setiap kegiatan pengelolaan
sumberdaya terutama pengelolaan terumbu karang di Pulau Poncan. Sebagai
contoh dapat dilihat terjadinya benturan kepentingan antara pemanfaatan sumberdaya dengan kegiatan konservasi lingkungan, antara pemanfaatan
sumberdaya secara optimal dan lestari dengan pemanfaatan sumberdaya secara maksimal untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.
4. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia, isu keterbatasan sumberdaya masyarakat meliputi kurangnya peran serta dari masyarakat dalam
pembangunan masyarakat pesisir. Sumberdaya pesisir memiliki produktivitas yang tinggi dan dapat diharapkan berperan penting dalam melestarikan
pembangunan ekonomi masyarakat dan kesejahteraan. Rendahnya kualitas SDM selalu dikaitkan dengan kemiskinan masyarakat pesisir. Fakta
dilapangan hingga saat ini sebagian besar masyarakat pesisir di sekitar Pulau Poncan masih dililit kemiskinan. Berbagai fenomena kerusakan lingkungan
terutama kerusakan terumbu karang seringkali di akibatkan oleh penduduk miskin yang karena terpaksa ketiadaan alternatif mata pencaharian harus
mengeksploitasi sumberdaya tersebut secara berlebihan. Salah satu penyebab dari kemiskinan masyarakat pesisir adalah karena tidak adanya konsep dan
program yang nyata untuk pengembangan masyarakat pesisir sebagai subyek maupun obyek dari pembangunan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
kemitraan baik dari segi pembinaan ketrampilan maupun pendanaan dari kalangan investor terhadap masyarakat lokal.
5. Lemahnya penegakan hukum, dengan adanya undang-undang pengelolaan sumberdaya pesisir, seharusnya masalah perbaikan lingkungan pesisir
terutama terumbu karang menjadi fokus utama dalam pengelolaan suatu kawasan Pulau Poncan. Tetapi kenyataan terjadinya kerusakan sumberdaya
yang selalu terjadi dan tidak menutup kemungkinan akan terus berlangsung apabila tidak segera diambil tindakan pencegahan. Hal ini di sebabkan karena
lemahnya penegakan hukum yang diakibatkan belum adanya aturan yang mendasar dan jelas mengenai pengelolaan terumbu karang di Pulau Poncan.
Pada dasarnya pengelolaan yang telah dilakukan pihak swasta telah memberikan peranan bagi perkembangan Kota Sibolga, akan tetapi kontribusinya
masih belum maksimal untuk pembangunan Kota Sibolga dan juga diperlukan perhatian khusus terhadap keberlangsungan sumberdaya hayati yang ada di Pulau
Poncan serta permasalahan-permasalahan yang ada harus segera diselesaikan dengan melakukan pengelolaan secara terpadu, sehingga akan dapat melakukan rencana
pengembangan ekowisata bahari yang berkelanjutan.
4.2. Potensi Sumberdaya Alam 4.2.1. Sumberdaya perikanan