Matriks IFE dan Matriks EFE

2. Nelayan yang menggunakan alat tangkap yang berbahaya atau tidak ramah lingkungan Laut merupakan milik bersama untuk melakukan kegiatan perikanan, akan tetapi masalah yang timbul adalah kerusakan terumbu karang yang diakibatkan oleh penggunaan alat-alat penangkapan yang tidak ramah lingkungan, seperti potassium, bom, sianida. Penggunaan alat tangkap seperti ini merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup terumbu karang Gambar 13 dan 14. 3. Kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang Kerusakan terumbu karang di Pulau Poncan disebabkan oleh 8 faktor penyebab kerusakan antara lain disebabkan oleh jangkar, bahan peledak, bubu, jaring, sampah, racun, penambangan serta pencemaran. Kerusakan yang disebabkan oleh penggunaan racun dan penambangan karang merupakan tingkat kerusakan yang tinggi, oleh sebab itu diperlukan perhatian khusus untuk mengatasi permasalahan ini. Masalah ini merupakan ancaman yang besar apabila tidak dilakukan upaya penanggulangan kerusakan terumbu karang Gambar 13 dan 14. 4. Terjadinya pelanggaran hukum Dengan adanya kelemahan dalam penegakan hukum dikarenakan belum adanya peraturan yang resmi dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah Kota Sibolga mengenai pengelolaan terumbu karang untuk menjaga kelestarian terumbu karang, sehingga dipastikan akan terjadinya pelanggaran hukum yang tidak dapat dilakukan penegakan hukum secara tegas. 5. Terjadinya konflik antara pengelola wisata dengan Pemerintah Daerah Berdasarkan fakta dilapangan pengelolaan terumbu karang masih dilakukan secara pribadi dan belum dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan, karena belum adanya aturan yang mengikat tentang pengelolaan tersebut. Sehingga untuk pengelolaan saat ini masih berjalan secara sendiri-sendiri. Hal ini sangat dikhawatirkan akan terjadinya konflik kepentingan antara pengelola wisata dengan pihak Pemerintah Daerah Sibolga, yang mana akan menciptakan kondisi yang tidak kondusif dan tidak baik bagi para pengunjung.

4.3.3. Matriks IFE dan Matriks EFE

Penentuan skor IFE dan EFE berdasarkan perkalian bobot dengan rating. Bobot dan rating merupakan hasil analisis yang telah dilakukan yang ditentukan berdasarkan skala 1 sampai 4 dari setiap variabel yang ada. Faktor internal yang telah teridentifikasi sebanyak 10 faktor yang terdiri dari 5 faktor kekuatan dan 5 faktor kelemahan untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan Tabel 45. Tabel 45 Matriks internal faktor evaluation IFE pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan No Faktor Penentu Bobot Rating Skor 1 Objek wisata yang menarik untuk selam, snorkeling, dan objek yang mendukung kegiatan fotografi dan ragam kegiatan wisata bahari lainnya 0.12 4 0.48 2 Memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai 0.12 3 0.36 3 Adanya dukungan masyarakat 0.12 4 0.48 4 Potensi tenaga kerja 0.08 3 0.24 5 Adanya dukungan dari pemerintah daerah 0.06 3 0.17 6 Ketrampilan masyarakat yang masih terbatas 0.08 2 0.16 7 Pendidikan masyarakat yang rendah 0.12 2 0.24 8 Kurangnya promosi dan strategi pemasaran yang baik 0.06 2 0.12 9 Tekanan terhadap ekosistem terumbu karang yang terus berlangsung dan kurangnya kesadaran masyrakat terkait pelestarian terumbu karang 0.12 2 0.25 10 Lemahnya penegakan hukum 0.12 2 0.24 Total 1.00 2.73 Sumber : Data primer hasil analisis 2009 Berdasarkan hasil analisis didapat skor dari faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dalam matriks IFE. Hasil dari evaluasi yang diperoleh menyatakan bahwa faktor Objek wisata yang menarik untuk selam, snorkeling, dan objek yang mendukung kegiatan fotografi dan ragam kegiatan wisata bahari lainnya dan adanya dukungan dari masyarakat adalah faktor kekuatan dengan skor tertinggi yang sama yaitu 0.48, sedangkan faktor adanya dukungan dari Pemerintah Daerah merupakan faktor kekuatan yang memiliki skor terendah yaitu 0.17. Sedangkan kelemahan yang utama untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan adalah faktor Tekanan terhadap ekosistem terumbu karang yang terus berlangsung dan kurangnya kesadaran masyrakat terkait pelestarian terumbu karang. Total skor yang diperoleh pada matriks IFE sebesar 2.73, hal ini menunjukkan bahwa kondisi internal kuat. Dimana kekuatan yang dimiliki untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan cukup kuat dan mampu menganggulangi serta mengatasi kelemahan yang dimiliki dalam pengembangan ekowisata bahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti 1997, Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2.5 hal tersebut menyatakan bahwa kondisi internal lemah. Jika berada diatas 2.5 maka menunjukkan kondisi internal adalah kuat. Faktor eksternal yang telah teridentifikasi sebanyak 10 faktor yang terdiri dari 5 faktor peluang dan 5 faktor ancaman Tabel 46. Tabel 46 Matriks eksternal faktor evaluation EFE pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan No Faktor Penentu Bobot Rating Skor 1 Akses yang cukup dekat dengan kota pemerintahan 0.11 3 0.33 2 Visi dan misi Pemda yang mendukung pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan 0.11 3 0.34 3 Adanya dukungan dari LSM 0.08 3 0.25 4 Terbukanya lapangan pekerjaan 0.06 2 0.13 5 Kawasan Lintas Pariwisata 0.12 3 0.35 6 Pencemaran yang berasal dari daratan sibolga 0.12 3 0.37 7 Nelayan yang menggunakan alat tangkap yang berbahaya atau tidak ramah lingkungan 0.11 2 0.22 8 Kerusakan sumberdaya terutama terumbu karang 0.09 3 0.28 9 Terjadinya pelanggaran hokum 0.12 2 0.24 10 Terjadinya konflik antara pengelola wisata dengan Pemerintah Daerah 0.07 3 0.21 Total 1.00 2.71 Sumber : Data primer hasil analisis 2009 Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap faktor-faktor peluang dan ancaman dalam matriks EFE dapat diketahui bahwa peluang terbesar yang dimiliki untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan adalah faktor kawasan lintas pariwisata dengan skor tertinggi yaitu 0.35. Sedangkan peluang yang terkecil adalah faktor terbukanya lapangan pekerjaan dengan memiliki skor yaitu 0.13. Dengan adanya pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan secara otomatis akan menciptakan mata pencaharian alternatif guna menunjang kehidupan yang lebih baik dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ancaman terbesar yang teridentifikasi untuk pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan adalah faktor pencemaran yang berasal dari daratan Sibolga, faktor ini memiliki skor yaitu 0.37. Sedangkan ancaman terkecil adalah faktor Terjadinya konflik antara pengelola wisata dengan Pemerintah Daerah yang memiliki skor yaitu 0.21. Hal ini menunjukkan bahwa perlu langkah-langkah dalam mengantisipasi setiap ancaman yang muncul sehingga tidak akan terjadi konflik sosial di masyarakat dan tidak terjadi pula pelanggaran hukum. Total skor pada matriks EFE berada diatas skor 2.5 yaitu sebesar 2.71, hal ini menunjukkan bahwa kondisi eksternal kuat. Pengembangan ekowisata bahari di Pulau Poncan mampu memanfaatkan peluang yang ada serta mampu juga untuk menghadapi dan mengantisipasi ancaman yang datang dalam pengembangan ekowisata bahari. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti 1997, Jika total skor pembobotan IFE dibawah 2.5 hal tersebut menyatakan bahwa kondisi eksternal lemah. Jika berada diatas 2.5 maka menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat.

4.3.4. Penyusunan alternatif strategi pengembangan ekowisata bahari