Kepemilikan Pulau 4. Tujuan Penelitian

Tabel 1 Definisi dan contoh komposisi Total Economic Value TEV No Jenis Nilai Definisi Contoh 1 Direct Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan langsung dari sebuah sumberdaya ekosistem Manfaat perikanan, kayu mangrove, genetic materila, dll 2 Indirect Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari pemanfaatan tidak langsung dari sebuah sumberdaya ekosistem Fungsi ekosistem mangrove sebagai natural breakwaters, fungsi terumbu karang sebagai spawning bagi jenis ikan karang, dll 3 Option Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari potensi pemanfaatan langsung maupun tidak langsung dari sebuah sumberdaya ekosistem di masa datang Manfaat keanekaragam hayati, spesies baru, 4 BequestValue Nilai ekonomi yang diperoleh dari manfaat pelestarian sumberdaya ekosistem untuk kepentingan generasi masa depan Nilai sebuah sistem tradisional masyarakat yang terkait dengan ekosistemsumberdaya ; habitat, keankeragaman hayati 5 Existence Value Nilai ekonomi yang diperoleh dari sebuah persepsi bahwa keberadaan exestence dari sebuah sumberdaya ekosistem itu ada, terlepas dari apakah sumberdayaekosistem itu dimanfaatkan atau tidak Ekosistem terumbu karang yang terancam punah ; endemic spesies; dll Sumber : Adrianto 2005

2.8. Kepemilikan Pulau

Menurut Situmorang 2008, tidak ada alasan pembenaran untuk melakukan pengalihan kepemilikan pulau kepada pihak lain. Sebab, persoalan teritorial itu berkaitan dengan negara, sehingga tidak boleh ada pengalihan kepemilikan. Dalam pasal 33 UUD 1945, sangat jelas, kalau bumi, air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan untuk kepentingan rakyat. “Jadi, keliru kalau dilakukan pengalihan. Kalau kerja sama tentu boleh-boleh saja, sejauh tidak bertentangan dengan berbagai ketentuan yang ada”. Harianto 2006, menegaskan, kabar adanya jual beli pulau di Karimunjawa sama sekali tidak benar. Sebab, dalam aturan sudah jelas, “jual beli pulau tidak diperbolehkan”. Kalau masalah hak guna usaha, mungkin mereka orang asing masih bisa. Kemudian menurut Santoso 2008, Tidak ada aturan yang memperbolehkan sebuah pulau dimiliki perorangan secara keseluruhan karena Indonesia negara kepulauan sehingga masyarakat dapat mengakses ke seluruh pulau di negeri ini. Namun, untuk kepemilikan bidang tanah di pulau oleh masyarakat masih diperbolehkan. “Bisa saja pulau-pulau kecil dijadikan beberapa kaveling dengan kepemilikan masyarakat”. Bahkan, jika jumlah penduduk makin banyak dapat dibentuk struktur pemerintahan di pulau tersebut. Leba mengatakan salah satu dasar hukum diizinkannya warga asing menguasai sebuah pulau adalah PP Nomor 411996 tentang “Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh Orang Asing yang Berkedudukan di Indonesia”. Namun PP ini hanya mengizinkan warga asing memiliki rumah tempat tinggal atau hunian tidak lebih lama dari 25 tahun. Kalaulah diperpanjang, tidak lebih lama dari 20 tahun. Kemudian Retraubun 2007, menjelaskan bahwa Sesuai Undang-Undang UU Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Terpencil, kepemilikan pulau di Indonesia harus mendapatkan rekomendasi dari Menteri Kelautan dan Perikanan MKP. Dengan terbitnya UU 272007, lanjutnya, prosedur penjualan pulau pun harus mengikuti aturan yang ada. Izin dari kepala daerah, baru merupakan prosedur awal. Freddy 2007, mengatakan, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus dimanfaatkan semaksimal mungkin namun sesuai dengan peraturan dan peruntukannya. Pemanfaatan itu antara lain untuk usaha pariwisata dan industri perikanan yang tidak merusak lingkungan dan tidak merugikan masyarakat. Menurut dia, adanya usaha baru di kawasan pesisir maupun pulau-pulau menguntungkan masyarakat dan pemerintah daerah. Izin usahanya pun harus dipermudah agar investor tertarik. Namun, jika usaha itu melanggar peraturan dan merugikan masyarakat, harus diberi sanksi atau ditutup. “Pulau tidak boleh dijual, apalagi ke pihak asing. Pulau hanya bisa disewakan dan dalam jangka waktu tertentu”.

3. METODE PENELITIAN