2.4. Sifat Pengunjung Wisata
Pada umumnya tujuan utama wisatawan untuk berwisata adalah mendapat kesenangan. Pada hakekatnya aspek motivasi adalah aspek yang terdapat pada diri
wisatawan. Untuk meninbulkan motivasi sangat tergantung pada diri pribadi wisatawan yang berkaitan dengan umum, pengalaman, pendidikan, emosi, kondisi
fisik dan psikis Fandeli, 2001 Menurut gerakan, seorang Eco-tourist bersedia untuk tidak mengikuti
konsumerisme, yang merupakan salah satu masalah pokok dari pariwisata massal. Bagi mereka, tinggal di rumah penduduk, mencicipi makanan setempat, berjalan-
jalan menelusuri jalan setapak, menghadapi sendiri resiko merupakan perjalanan pertualangan adventure sesungguhnya Aoyama, 2000.
Yulianda 2003, menyatakan munculnya minat wisatawan mengunjungi Pulau-Pulau resort tersebut disebabkan tersedianya potensi obyek daya tarik wisata
berupa ekosistem terumbu karang, beragam jenis biota laut, dan fenomena alam bawah laut lainnya.
2.5. Perencanaan Pengembangan Ekowisata
Kegiatan wisata alam dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan sekitarnya, baik terhadap lingkungan obyek wisata alam itu sendiri
maupun terhadap lingkungan sosial budaya setempat. Dampak negatif terhadap alam umumnya terjadi sebagai akibat dari perencanaan dan pengelolaan yang kurang baik,
misalnya perencanaan pengembangan kegiatan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan dan kurangnya kesadaran serta pengetahuan masyarakat dan
wisatawan terhadap kelestarian lingkungan Dahuri, 1993. Suatu wilayah bila akan dikembangkan menjadi suatu kawasan pariwisata
membutuhkan perencanaan yang baik, komprehensif dan terintegrasi sehingga dapat mencapai sasaran objektivitas sebagaimana
yang dikehendaki dan dapat meminimalkan munculnya dampak-dampak yang negatif, baik dari sudut pandang
ekologis, ekonomis maaupun sosial budaya dan hukum Wiharyanto, 2007. Menurut Gunn 1994 dalam Yahya 1999, perencanaan pengembangan pariwisata ditentukan
dalam keseimbangan potensi sumberdaya dan jasa yang dimiliki dan permintaan atau minat pengunjung wisata. Komponen penawaran terdiri dari : atraksi potensi
keindahan alam
dan budaya
serta bentuk
aktivitas wisata,
transportasi
aksessibilitas, pelayanan informasi dan akomodasi dan sebagainya. Sedangkan komponen permintaan terdiri dari pasar wisata dan motivasi pengunjung.
Pada dasarnya unsur-unsur lingkungan hidup dapat dikembangkan sebagai objek wisata, bila unsur-unsur lingkungan hidup tersebut dapat dipersiapkan secara
baik melalui kemampuan manusia dengan sentuhan teknologinya, serta dapat memenuhi kebutuhan wisatawan Wiharyanto, 2007. Pembangunan kepariwisataan,
memerlukan keterpaduan dan kecermatan studi maupun perencanaan agar tidak terjerumus dalam pembangunan prasarana dan wisata dengan mengorbankan obyek
atau sumberdaya
wisatanya sendiri.
Pembangunan kepariwisataan
perlu memperhatikan tuntutan kebutuhan demand wisatawan, tetapi tidak perlu
berorientasi pasar semata. Pembangunan kepariwisataan perlu keterpaduan dalam perencanaan maupun memformulasikan tujuan Joyosuharto, 2001.
Proses perencanaan pembangunan pariwisata menurut Yoety 1997, dapat dilakukan dalam lima tahap :
1. Melakukan inventarisasi mengenai semua fasilitas yang tersedia dan potensi yang dimiliki.
2. Melakukan penaksiran assesment terhadap pasar pariwisata internasional dan nasional, dan memproyeksikan aliranlalu lintas wisatawan.
3. Memperhatikan analisis berdasarkan keunggulan daerah region secara komparatif, sehingga dapat diketahui daerah yang permintaannya lebih besar
daripada persediaannya. 4. Melakukan perlindungan terhadap sumberdaya alam dan budaya yang
dimiliki. 5. Melakukan penelitian kemungkinan perlunya penanaman modal.
Tantangan dalam pengembangan wisata bahari adalah memanfaatkan terumbu karang yang ada secara berkelanjutan tanpa menimbulkan dampak-dampak
yang merugikan. Hal ini penting karena kegiatan wisata bahari pada hakekatnya memadukan dua sistem, yaitu : kegiatan manusia dan ekosistem laut dari terumbu
karang. Adanya kegiatan wisata bahari sangat tergantung pada sumberdaya alam, diantaranya terumbu karang dan apabila terjadi kerusakan akan menurunkan mutu
daya tarik pariwisata di Indonesia Yulianda, 2003.
Sejalan dengan itu maka ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi untuk keberlanjutan pariwisata: 1 wisatawan mempunyai untuk mengkonsumsi produk
dan jasa wisata secara selektif dalam arti bahwa produk tersebut tidak diperoleh dengan mengeksploitasi sumberdaya secara berlebihan, 2 produk wisata didorong
ke produk berbasis lingkungan dan peka terhadap budaya lokal, 3 masyarakat harus dilibatkan dalam perencanaan, implementasi dan monitoring pengembangan wisata,
4 masyarakat harus juga memperoleh keuntungan secara adil dari kegiatan wisata, 5 posisi tawar masyarakat lokal dalam pengelolaan sumberdaya pariwisata semakin
meningkat Damanik, 2006.
2.6. Partisipasi Masyarakat Lokal