fisik ruang terbuka yang dapat memperkuat citra harus dipertahankan. Formalitas pada desain ruang terbuka menjadi karakter yang harus dipertahankan. Facade
Improvement perbaikan fasade pada bangunan-bangunan bersejarah yang rusak dan pemasangan utilitas bawah tanah underground utilitas harus dilakukan
untuk menciptakan image yang dapat meningkatkan kualitas visual pada ruang terbuka Gambar 51.
Gambar 51. Kondisi bangunan rusak di Jalan Pintu Besar Utara dan Utilitas listrik yang mengganggu kesan visual di Jalan Kali Besar
Fungsi dan aktivitas baru perlu dibatasi agar tidak merusak karakter asli pada ruang terbuka, misalnya dengan kegiatan komersil semi permanen dan
insidentil. Pada ruang yang memiliki nilai integritas sedang dapat dilakukan upaya rehabilitasi atau restorasi dan dimasukkan fungsi baru sesuai kebutuhan, namun
tetap mempertahankan karakter sejarah yang masih ada. Sedangkan pada ruang terbuka yang memiliki nilai rendah dapat dilakukan tindakan fisik dan
pemanfaatan yang lebih bebas namun tetap mendukung kawasan. Secara khusus di bawah ini akan dibahas arahan pelestarian dan pemanfaatan yang dapat
dilakukan pada setiap ruang terbuka.
a. Taman Fatahillah, Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Poskota, Jalan Lada,
Jalan Bank
Taman Fatahillah merupakan pusat ruang terbuka dari Zona Fatahillah bahkan Koa Tua yang menampilkan formalitas dalam desain ruang terbuka berupa
square. Sebagai ruang terbuka aktif yang merupakan titik pusat Zona 2 bahkan Kota Tua, Taman Fatahillah memiliki nilai sejarah yang paling tinggi. Hal ini
berarti karakter ruang terbuka yang dapat memperkuat citra kawasan harus dipertahankan. Jalan setapak berbentuk garis diagonal yang dulu pernah
diperuntukkan untuk melintas bagi masyarakat harus terus dipertahankan dan dipertegas keberadaannya.
Sebagai ruang terbuka yang memiliki nilai integritas tinggi Tabel 14, Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Poskota, Jalan Lada, Jalan Kali Besar Timur 4,
Jalan Kali Besar Timur 5 perlu dilakukan upaya pelestarian pada karakter asli yang dimiliki. Pola jalan yang lurus straight dan membentuk pola grid menjadi
karakter yang kuat yang perlu dipertahankan. Fungsi ruang terbuka dapat diaktifkan melalui kegiatan publik yang tidak permanen, baik secara terjadwal
maupun insidentil. Kostof 1992 menyebutkan bahwa peran utama ruang terbuka publik adalah bukan hanya sebagai tempat aktivitas publik, seperti upacara rakyat,
parade, pasar dan sebagainya, juga sebagai sirkulasi publik dan tempat berkumpul. Namun aktivitas-aktivitas tersebut pada ruang terbuka publik yang memiliki nilai
integritas tinggi perlu dibatasi dan diatur melalui pengelolaan jenis, frekuensi dan waktu. Keberadaan pedagang-pedagang pada ruang terbuka perlu dibatasi
jumlahnya. Sistem perparkiran juga harus diatur agar tidak mengganggu aktivitas di
taman. Permasalahan yang terjadi adalah kebutuhan akan lahan parkir sangat tinggi, namun lahan yang ada untuk parkir kendaraan secara khusus tidak ada.
Oleh karena itu pengaturan terhadap tempat parkir juga menjadi bagian yang penting untuk diperhatikan, misalnya dengan mengalokasikan tempat parkir
khusus secara profesional di tempat tertentu yang tidak mengganggu aktivitas di sekitar Taman Fatahillah. Sesuai dengan upaya yang diusulkan dalam Pengkajiaan
Aspek Ketatakotaan pada Kawasan Kota Tua, adalah dengan menerapkan konsep ‘park and ride‘ dengan menyediakan kantung-kantung parkir di luar kawasan.
Namun juga diusulkan untuk tetap menyediakan on street parking di sepanjang jalan yang cukup lebar di dalam kawasan Kota Tua. Namun sistem parkir on
street ini haruslah tepat. Badan jalan yang dipilih diusahakan tidak mengganggu aktivitas dalam Kota Tua begitu pula pada kawasan sekitar Taman Fatahillah.
Pengunjung Taman Fatahillah dapat memanfaatkan tempat parkir yang berada pada sepanjang Kali Besar baik sebelah barat maupun timur, asalkan dikelola
secara profesional sehingga memberikan keamanan yang baik. Ruang terbuka sekitar Taman Fatahillah seharusnya dibebaskan dari gangguan lalu lintas
kendaraan dan perlu pemberlakuan pedestrianisasi penuh pada Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Kali Besar Timur 4 dan Kali Besar Timur 5, sebagai langkah penting
untuk menjaga karakter dan aktifitas kawasan sekitar Taman Fatahillah. Pedestrianisasi yang dimaksud adalah pemnyediaan dan pembangunan fasilitas
bagi pejalan kaki. Pengembangan sistem pedestrian di DKI Jakarta secara umum sudah tercantum dalam Pola Transportasi Makro PTM-SK Gubernur No.
842004. Acuan program ini adalah mendukung program pengembangan fasilitas pejalan kaki yang memadai dan menumbuhkan budaya berjalan kaki, serta
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor. Salah satu cara sebagai upaya untuk menandakan jalur yang diberlakukan pedestriaisasi adalah dengan pemasangan
barier pada segmen tertentu agar kendaraan tidak dapat melintas. Di bagian selatan Pintu Besar Utara upaya tersebut telah dilakukan, namun perlu
ditambahkan pada bagian utara Jalan Pintu Besar Utara, sebelah barat Jalan Kali Besar Timur 4 dan Jalan Kali Besar Timur 5.
Aksesbilitas dan tautan linkage menjadi sangat penting manakala kawasan tersebut dimaksudkan untuk menjadi kawasan yang dikunjungi PPS,
2001. Pembenahan aksesbilitas di kawasan Kota Tua Jakarta ini dianggap penting, karena saat ini, jalan-jalan yang berada di lingkungan tersebut cukup
padat oleh kendaraan, khususnya pada jam-jam kerja. Padatnya jalan tersebut tidak disebabkan oleh banyaknya kendaraan pengunjung lingkungan, namun
karena kendaraan lain yang melintas. Oleh karena itu perlu ada pembatasan bagi kendaraan yang melintas, misalnya dengan melakukan penutupan pada beberapa
jalan. untuk memenuhi kebutuhan terhadap aksesibilitas, jalur pedestrian harus kontinyu dan terintegrasi. Jalur tersebut dapat diperkuat dengan perabot jalan yang
bersifat festive. Pohon pelindung yang disediakan jangan menghalangi sudut pandang pejalan kaki untuk melakukan apresiasi terhadap fasade bangunan yang
menurut Collins and Collins 1965 sebagai freestanding sculptural mass yang merupakan bagian dari prinsip estetika ruang terbuka perkotaan Gambar 52.
Gambar 52. Penanamban Pohon di Jalan Pintu Besar Utara Penyediaan shuttle bus juga sebagai alternatif bagi pengguna kawasan
menuju kawasan Fatahillah atau berkeliling di kawasan Kota Tua, selain itu juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan pribadi Dinas Tata Kota,
2005. Jalur shuttle bus tersebut dapat mengikuti jalur tram yang pernah beroperasi pada abad ke-19 yaitu berawal dari Jalan Cengkeh menuju Taman
Fatahillah dan melintas Jalan Pintu Besar Utara dan Jalan Pintu Besar Selatan Gambar 53. Jalur tram yang disediakan harus terintgrasi dengan pedestrian
linkage dan tempat parkir yang disediakan agar pengguna kawasan dapat merasa nyaman untuk pindah dari satu alternatif transportasi yang satu ke alternatif
lainnya.
Gambar 53. Usulan Shuttle bus di Kota Tua dan Jalur tram di Jalan Pintu Besar Utara Sumber:Dinas Tata Kota, 2007
Kebutuhan terhadap peningkatan jenis aktivitaskegiatan dianggap sangat penting bagi masyarakat. Kegiatan dapat diciptakan apabila penataan ruang dapat
mendukungnya. Kegiatan yang dilakukan dapat bersifat pasif seperti menonton obyek atau atraksi people watching, dapat pula bersifat aktif direct experiences
terhadap ruang atau orang lain Carr et al, 1992. Selain melihat obyek-obyek
bersejarah, peningkatan people watching dapat dilakukan melalui penambahan jenis dan frekuensi dari even-even yang juga berfungsi dalam meningkatkan
kehidupan sosial di kawasan Kota Tua. Even yang diadakan di Zona Fatahillah perlu diperluas, agar tidak hanya terfokus pada Taman Fatahillah. Kegiatan yang
diadakan perlu disebar pada ruang terbuka lainnya di sekitarnya, seperti pada Jalan Pintu Besar Utara, Jalan Lada dan Jalan Poskota. Pada ruang terbuka
tersebut dapat dimanfaatkan sebagai ruang publik yang bersifat aktif direct experiences dengan menyediakan fasilitas untuk memberikan peluang bagi
masyarakat untuk saling berinteraksi, seperti meneyediakan tempat duduk, mengadakan program senam bersama dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan besar
seperti karnaval atau pawai budaya dapat menggunakan ruang terbuka di sekitar Taman Fatahillah. Even-even berupa konser dapat dilakukan misalnya di
sepanjang Jalan Pintu Besar Utara, atau karnaval yang melewati Jalan Poskota. Menurut Lynch 1981, pengaturan waktu time management merupakan salah
satu pertimbangan penting dalam pengadaan aktivitaseven untuk 1 menghindari konflik, 2 menyebar ke seluruh waktu agar bermanfaat, 3 menghindari
kemacetan, 4 memberikan peluang bagi kegiatan-kegitan yang disesuaikan dengan waktu-waktu khusus, seperti pada hari besar, akhir pekan atau liburan
sekolah dengan mengadakan bazar, pameran, open square dan sebagainya.. Pemberlakuan Car Free Day secara berkala setiap hari Sabtu atau Minggu dapat
diterapkan untuk lebih menghidupkan suasana di sekitar Taman Fatahillah yang juga memberikan alternatif bagi pengguna kendaraan untuk berjalan kaki di
kawasan ini. Jalan Pintu Besar Utara yang dulunya bernama Prinsen Straat dan pernah
menjadi kawasan perdagangan ini dapat dimanfaatkan sebagai shopping street dengan juga memfungsikan bangunan di sepanjangnya terutama lantai dasar,
misalnya sebagai kafe, restoran, toko-toko eceran dan galeri. Jalan Pintu Besar Utara dapat dijadikan sebagai pintu gerbang menuju kawasan Fatahillah dari arah
Stasiun Kota dan menjadikannya sebagai jalur khusus pejalan kaki pedestrianisasi dan jalur shuttle bus Gambar 54.
Gambar 54. Ilustrasi Pemanfaatan Jalan Pintu Besar Utara
b. Jalan Cengkeh