Sistem Transportasi dan Sirkulasi

4.3. Sistem Transportasi dan Sirkulasi

Dalam rangka pengembangan sistem transportasi dan sirkulasi, kawasan Kota Tua Jakarta memiliki posisi yang sangat strategis karena terletak pada simpul dan jalur pergerakan yang menghubungkan antar moda angkutan darat, laut dan udara. Untuk angkutan darat ditunjang dengan adanya Stasiun Jakarta Kota yang melayani rute kereta api didalam kota Jakarta dan daerah lain diluar Jakarta. Selain itu, pada kawasan ini terdapat jalan-jalan arteri primer, seperti arah barat-timur terdapat jalan Mangga Dua, Jembatan Batu, Asemka, Petongkangan, PerniagaanKH.M.Mansyur dan arah utara–selatan terdapat jalan Gajah MadaHayam Wuruk, Pintu Besar UtaraSelatan. Kawasan Kota Tua juga terbelah oleh Jalan Tol dalam kota yang menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan Pelabuhan Tanjung Priok. Didalam kawasan sendiri, terdapat Pelabuhan Sunda Kelapa, yang berfungsi sebagai pelabuhan antar pulau inter-insuler bagi barang dan orang. Pelabuhan Sunda Kelapa ini memiliki nilai historis yang sangat penting sebagai cikal bakal berkembangnya kegiatan di kawasan Kota Tua.

4.3.1. Sistem Sirkulasi Kendaraan

Sistem sirkulasi pada kawasan ini direncanakan cukup efisien dengan menggunakan pola jalan yang berbentuk grid. Namun pola grid tersebut belum termanfaatkan secara efektif mengingat dukungan pelayanan angkutan umum yang masih terbatas pada jalan-jalan utama kawasan. Hal ini menyebabkan terjadinya kelebihan volume kendaraan pada jalan-jalan tertentu, sedangkan jalan-jalan lainnya kurang dimanfaatkan. Beban jalan yang terlalu tinggi ini menyebabkan terjadinya kemacetan pada titik-titik tertentu terutama pada waktu puncak pagi dan sore hari. Selain masih kurangnya pelayanan angkutan umum yang melalui kawasan Kota Tua, sampai saat ini belum terlihat keterkaitan antar moda, misalnya bagaimana menghubungkan antara ‘busway’, kereta api dan angkutan umum didalam kawasan. Oleh karena belum adanya sistem sirkulasi kendaraan yang terpadu, maka yang muncul adalah terminal-terminal bayangan yang muncul sporadis dan tidak teratur.

4.3.2. Sirkulasi Manusia

Pada awalnya, pengembangan Kawasan Kota Tua Jakarta lebih diarahkan sebagai kawasan yang memperhatikan jalur pejalan kaki seperti halnya konsep pengembangan kota di Eropa dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat dari disain jalan yang memberikan ruang bagi para pejalan kaki. Namun saat ini banyak jalur pejalan kaki yang tidak dapat dimanfaatkan dan bahkan pada beberapa ruas jalan sudah rusak dan hilang sama sekali. Kondisi ini diperparah dengan banyaknya para Pedagang Kaki Lima yang menempati jalur-jalur yang sebenarnya untuk para pejalan kaki. Selain itu jalur pedestrian di kawasan Kota Tua saat ini belum tertata dengan baik, seperti tidak adanya pohon-pohon peneduh dan jalur hijau lainnya.

4.3.3. Perparkiran

Sampai saat ini sepertinya belum ada suatu konsep penataan sistem perparkiran di Kawasan Kota Tua. Hal ini dapat dilihat dengan masih banyaknya badan jalan yang digunakan untuk parkir on-street parking yang dapat menimbulkan kemacetan. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap sistem perparkiran di kawasan ini, adalah terbatasnya ketersediaan lahan yang dapat dijadikan sebagai tempat parkir. Sehingga yang berkembang adalah tempat-tempat parkir sementara dan cenderung liar yang dikelola oleh pihak-pihak tertentu, dimana dari segi keamanan tidak dapat dijamin.

4.4. Kegiatan Perekonomian di Kawasan Kota Tua