V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Keberadaan Ruang Terbuka Publik
Berdasarkan sejarah, perkembangan Kota Tua Jakarta berawal dari sebuah noktah yaitu Sunda Kelapa yang jatuh ke tangan Pangeran Jayakarta
dari Kesultanan Banten dan membangun kota Jayakarta yang kemudian dihancurkan oleh VOC. VOC akhirnya membangun kota jiplakan Amsterdam
dan menempatkan pusat pemerintahan di sekitar kawasan Taman Fatahillah sekarang. Pada perkembangan selanjutnya grid-grid yang dibentuk oleh kanal-
kanal pada akhir abad 18 dinyatakan tidak sehat karena timbul wabah malaria dan pes yang dahsyat, seiring dengan pergantian pemerintahan, maka Benteng Kasteel
Batavia kemudian dihancurkan oleh Daendles, yang kemudian difungsikan untuk menimbun kanal-kanal yang sudah dangkal dan lambat arusnya
Seiring dengan perkembangan kota, maka keberadaan dari ruang terbuka publik yang ada di Kota Tuapun mengalami perubahan yang kemudian akan
dikaji berdasarkan beberapa periode Lampiran 2. a. Masa Sebelum Kekuasaan VOC
Kawasan Kota Tua sebagai cikal bakal kota Jakarta dibangun oleh Fatahillah, 22 Juni 1527, setelah sebelumnya berupa kota Sunda Kelapa dengan
Pelabuhan Sunda Kelapa yang didirikan oleh Kerajaan Sunda Pajajaran di awal abad ke-4. Kawasan yang diganti namanya menjadi Jayakarta oleh Fatahillah,
berkembang menjadi kota pelabuhan internasional di mana berbagai bangsa tinggal sehingga terbentuklah suatu budaya campuran.
Satu-satunya sumber peta yang dapat dipergunakan untuk merekonstruksi morfologi kota selama kurun waktu tersebut 1527-1618 adalah peta Ijzerman
tahun 1619 Gambar 17. Berdasarkan peta Ijzerman terlihat bahwa kota Jakarta terbentang di tepi Barat Ciliwung dengan ditandai ruang terbuka berupa alun-alun
sebagai pusat kota dengan pasar di sebelah selatannya. Namun karena kota Jayakarta pada saat itu dihancurkan oleh VOC maka tidak ada sama sekali
meninggalkan jejaknya.
Alun-alun Kampung
Kiai Aria Keterangan :
Pasar
Gambar 17. Peta Keberadaan Ruang Terbuka Masa Kekuasaan Jayakarta Sumber: Haris, 2007
b. Masa Kekuasaan VOC Periode 1619-1808 Tahun 1619 adalah mulai masuknya bangsa Belanda yang yang kemudian
membangun benteng pertahanan dan membuat pemukiman untuk bangsa warga Belanda. Pada tahun 1622-1627 Belanda mulai membangun kota bentengnya
berdasarkan kota Amsterdam dengan menggunakan kanal-kanal dan jalan sebagai bagian dari ruang terbuka yang berbentuk grid. Bentuk grid ini masih berkembang
dan masih bisa kita saksikan sekarang, kota Benteng Batavia membagi daerah Batavia menjadi kawasan “di dalam benteng” Surjomihardjo, 2000.
Perkembangan Kota Tua Jakarta mengalami perubahan yang signifikan pada masa kolonilisme Belanda. Karakter morfologi kawasan Batavia beberapa
abad yang lalu kini masih dapat kita saksikan dan masih dapat kita telusuri jejaknya Gambar 18
.
Gambar 18. Peta Perkembangan Kota Tua Masa Kekuasaan Jayakarta sampai VOC Sumber: Dinas Tata Kota, 2007
Pada periode ini terdapat beberapa jenis ruang terbuka publik yaitu berupa pelabuhan, pasar, alun alun, jalan dan kanal. Javasche Kaasjes merupakan
pelabuhan yang dikenal pada masa Kerajaan Jayakarta kemudian bernama Haven Kanal. Lapangan terbuka yang pada saat itu merupakan bagian dari Kastil Batavia
berfungsi sebagai tempat eksekusi. Pasar yang bernama Vishmarkt sebagai tempat penjualan ikan dan kebutuhan sehari-hari. Stadhuis Plein yang sekarang disebut
Taman Fatahillah merupakan pusat kota Batavia pada periode tersebut. Selain itu ruang terbuka lainnya adalah berupa jalan dengan kanal atau jalan tanpa kanal
yang dibuat dengan pola tegak lurus yang saling berpotongan. Keberadaan ruang terbuka pada periode 1619-1808 dapat dilihat pada Gambar 19.
JAYAKARTA, 1618
BATAVIA, 1627
JAYAKARTA, 1619
JAYAKARTA, 1618
BATAVIA, 1627
JAYAKARTA, 1619
BATAVIA 1650
BATAVIA 1672
BATAVIA 1635
BATAVIA 1650
BATAVIA 1672
BATAVIA 1635
Batas Zona Inti street
square
Gambar 19. Peta Keberadaan Ruang Terbuka Publik di Kota Tua Jakarta berdasarkan Peta Tahun 1650
de Prinsenstraat Jalan Cengkeh
Haven Kanaal kini Pelabuhan Sunda Kelapa
De Tijgergragt, Jalan Poskota dan Jalan Lada
De Groene gedemte, Jalan Kali Besar 2
Stadhuis Plein Taman
Justitie Plein Lapangan eksekusi
Vishmarkt Pasar Ikan
de Groote River, kini Jalan Kali
de Nieuwpoorstraat Jalan Pintu Besar Utara
de Leeuwinnenracht, Jalan Kali Besar
Timur 3
de Kaaimansgragt, Jalan Kemukus
Stad Buiten gragt, Jalan Asemka dan
Jembatan Batu de Heerenstraat de
Thewater Jalan Teh
Buiten Niewpoort gragt, kini Jalan Pintu Besar Selatan
de Amsterdamschegragt, Jalan Nelayan Timur
de Hospitalstraat Bank Straat kini Jalan Bank
Jalan utama Batavia dulu yaitu de Prinsenstraat, kini telah menjadi Jalan Cengkeh. Jalan utama ini berupa jalan yang lurus berfungsi sebagai axis
yang menghubungkan Kastil Batavia di sekitar Jalan Tongkol sekarang dengan Stadhuis atau Balaikota, yang kini telah menjadi Museum Fatahillah atau
Museum Sejarah. Pada Gambar 18 tampak jelas bahwa jalan-jalan di dalam kota tertutup ini dibangun lebar dan lurus, saling menyilang dengan siku-siku
yang tajam. De Nieuwpoorstraat, kini telah menjadi Jalan Pintu Besar Utara
tersambung terus ke utara dengan de Heerenstraat atau Jalan Teh. Pada ujung paling selatan Jalan Kali Besar Timur dulu terdapat de Hospitalstraat yang
kemudian berubah menjadi Bank Straat dan hingga kini masih bernama Jalan Bank yang terletak antara gedung eks Bank Exim dan Gedung Bank Dagang
Negara. Jalan-jalan di dalam kota dibangun pula di pinggir-pinggir kanal atau terusan yang cukup banyak mengalir di dalam kota Batavia Ataladjar, 2003
Di Kota batavia sebelah timur, terdapat Jalan Lada yang kita kenal sekarang, dulu merupakan sebuah terusan yang bernama de Tijgerstraat atau
Terusan Macan. Di depan Kastil Batavia, mengalir sebuah kanal bernama de Amsterdamschegragt, kini sebagiannya menjadi Jalan Nelayan Timur yang
terbentang dari tepi timur Ciliwung hingga berpotongan dengan bagian utara dari de Tijgerstraat yang mengalir dari utara ke selatan. Sementara di sebelah
selatannya, mengalir de Groenegragt yang lebih pendek. Di sebelah selatan Groenegragt mengalir de Leeuwinnengragt, sekitar Jalan Kunir dan Jalan Kali
Besar Timur III sekarang. Kanal ini sama panjangnya dengan de Amsterdamschegragt yang terbentang dari tepi timur Ciliwung, memotong
lurus de Tijgerstracht sendiri membentang dari utara ke selatan dekat dengan tembok luar kota sebelah timur. Terusan de Kaaimansgragt, sekitar Jalan
Kemukus sekarang, membentang dari utara ke selatan atau sekitar Jalan Lada dan Jalan Poskota saat ini, searah dengan aliran Kali Besar de Groote River
Ataladjar, 2003. Sebagian besar ruang terbuka memiliki pola linier memanjang dengan
batas-batas disepanjangnya Kostof, 1992 berupa kanal dan jalan street dengan pola lurus straight dan lainnya berupa jalan tanpa kanal berpola lurus
straight seperti Jalan Cengkeh de Prinsestraat dan Jalan Pintu Besar Utara de Nieuwpoorstraat. Carmona et al. menyebutkan bahwa ruang terbuka tipe
street merupakan ruang tiga dimensi dengan batas-batas bangunan di sepanjangnya dan tipe square sebagai ruang terbuka dengan batas-batas
bangunan di sekelilignya. Stadhuis Plein Taman Fatahillah sekarang sebagai ruang terbuka yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan yang dominan
dominated square dan Pasar Ikan berupa square dengan bentuk amorf amorphous square.
Tabel 9. Karakter fisik dan Fungsi Ruang Terbuka Publik pada periode 1619-1808
Keterangan: Zona I= Sunda Kelapa, Zona 2= Zona Fatahillah, Zona 3= Zona Pecinan
Zona Nama Ruang
Terbuka Publik Masa Kolonial
Nama Ruang Terbuka Publik
Kini Tipe dan Karakter
Fungsi
Zona 1
Haven Kanal
Pelabuhan Sunda Kelapa
kanal-linear dermaga kapalmain
point entry Pasar
Ikan Baru
amorphous square pasar pelelangan ikan
segar Justitie Plein
Lapangan eksekusi
dominated square tempat eksekusi
de Amsterdamche gragt
Jalan Nelayan Timur
kanal-jalan-lurus Sirkulasi pejalan
kakitransportasi air Zona 2
de Groote River Jalan Kali Besar
Barat-Timur kanal-jalan-lurus Sirkulasi
pejalan kakitransportasi air
Stadhuis Plein Taman Fatahilah
dominated square pusat kegiatan
de Groene gedemte gragt
Jalan Kali Besar Timur 2
kanal-street sirkulasi de Leeuwinnengragt
Jalan Kali Besar Timur 3
kanal-jalan-lurus Sirkulasi pejalan
kakitransportasi air -
Jalan Kali Besar Timur 4
jalan-lurus sirkulasi -
Jalan Kali Besar Timur 5
jalan-lurus sirkulasi
de Nieuwpoorstraat Pintu Besar Utara
jalan-lurus sirkulasi
de Tijgergragt Jalan Poskota kanal-jalan-lurus
Sirkulasi pejalan
kakitransportasi air de Tijgergragt Jalan
Lada kanal-jalan-lurus
Sirkulasi pejalan
kakitransportasi air de Prinse srtaat
Jalan Cengkeh jalan-lurus
axis, sirkulasi Bank straacht
Jalan Bank jalan-lurus
sirkulasi de Heerenstraat Jalan
Teh jalan-lurus
sirkulasi de Kaaimansgragt Jalan
Kemukus kanal-jalan-lurus
Sirkulasi pejalan
kakitransportasi air Kwartier straat
Jalan Ketumbar jalan-lurus
Sirkulasi pejalan kaki Zona 3
Buiten Tyger gragt Jalan Pintu Besar
Selatan kanal-jalan-lurus Sirkulasi
pejalan kakitransportasi air
c. Masa Kekuasaan Daendles Periode 1808–1905 Sejak tahun 1730-an hingga akhir abad ke-18 di Batavia terjadi
perpindahan besar-besaran ke daerah yang lebih tinggi dan lebih jauh letaknya dari rawa yaitu Weltevreden daerah sekitar Lapangan Banteng sekarang,
merupakan daerah yang dipandang lebih sehat. Pada 1810 Daendles memerintahkan membongkar tembok kota, benteng dan bangunan bangunan yang
ada di kota Batavia untuk membangun bangunan di Weltevreden. Hanya beberapa bangunan yang disisakan tidak dibongkar. Ruang terbuka yang awalnya terdiri
dari kanal dan jalan kemudian kanal-kanal tersebut diurug demi menjaga kualitas lingkungan, hanya pola jalan yang berbentuk garis lurus yang saling tegak lurus
tidak berubah. Kota inipun sempat menjadi kota mati selama kurang tebih 100 tahun Gambar 20.
Gambar 20. Peta Kondisi Kota Tua sekitar tahun 1870 Setelah ditinggalkan, kawasan Kota Tua pada periode akhir abad ke-19 ini
menjadi kawasan yang disebut downtown Kota Bawah dan daerah Weltevreden sebagai Kota Atas yang kemudian dihubungkan oleh rel kereta tram dengan jalur
bangunan tersisa street
square
dari de Prinsenstraat Jalan Cengkeh – Stadhuisplein Taman Fatahillah belok ke barat yaitu ke Binnen Nieuw Straat Jalan Pintu Besar Utara – Buiten Nieuw
Straat Jalan Pintu Besar – Molenvlietvliet Jalan Gajah Mada – Tanah Abang. Walaupun pusat pemerintahan dipindahkan ke Weltevreden sekitar Lapangan
Banteng sekarang, sebagian kantor-kantor perdagangan dan perusahaan masih tetap dipertahankan di Kota Batavia Sejarah Kota Tua, 2007.
Bagian utara didominasi oleh pelabuhan dengan fasilitas dan bangunan terkait kegiatannya Heuken, 2000 yang kemudian disebut Sunda Kelapa. Sunda
Kelapa pada periode ini berupa kanal lebar menjorok ke laut dengan daratan dan rawa-rawa, sebagai sedimentasi dari Kali Besar di sekitarnya. Pelabuhan ini masih
menjadi pintu masuk main point entry bagi pengunjung dari arah utara, hingga selesainya Pelabuhan Tanjung Priuk pada tahun 1885. Kemudian Daendles
bercita-cita agar kota yang pernah mendapat julukan ”Ratu dari Timur” The Queen of the East itu kelak akan terisi dengan bangunan-bangunan baru. Oleh
karena itu parit-parit ditimbun agar sumber penyakit dapat ditiadakan. d. Masa Dibangun Kembali oleh Deandles Periode 1905–1942
Selain terjadi pembongkaran tembok keliling dengan kubu-kubunya, kanal-kanal yang tadinya mengelilingi lahan rumah yang membentuk pola kotak-
kotak segi empat semua dihilangkan diganti dengan jalan darat. Namun demikian
struktur kota abad 17 masih terlihat, antara lain pada garis-garis batas kota dan jalan-jalan kota.
Kota batavia pada periode ini masih memiliki pola yang sama, kotak- kotak, namun sudah tidak lagi dibentuk oleh kanal, melainkan oleh jalur-jalur
jalan, yang tadinya kanal. Kali Besar menjadi sumbu membelah kota menjadi dua bagian utama, yaitu barat dan timur, menerus menyambung dengan ”Pelabuhan
Kanal” Haven kanaal untuk kapal-kapal kecil. Sampai dengan tahun 1903 terjadi perluasan kota terjadi ke arah selatan dengan dibangunnya Stasiun Kereta
Api dan beberapa bangunan bergaya modern. Pada Gambar 21 terlihat peninggalan pada masa itu antara lain suatu
lingkungan dengan sebuah taman yang sering disebut Stasiun Plein, karena berada di depan stasiun, kemudian sering disebut Taman Beos.
Gambar 21. Peta Keberadaan Ruang Terbuka Publik Periode 1905-1942 Di sisi barat taman, yaitu di de Binnen Nieuwpoort straat Jl. Pintu Besar
Utara, terdapat berderet dari selatan ke utara: kantor Nederlandsche Handel
Ket erangan :
:
st reet : squar e
a = Pelabuhan Sunda Kelapa b = Pasar I kan
c = Jl Tongkol d = Jl Nelayan Tim ur
e = Jl Kali Besar Tim ur 1 f = Jl Kali Besar Tim ur 2
g = Jl Cengkeh h = Jl Teh
i = Jl Kali Besar Tim ur- Barat j = Jl Kali Besar Tim ur 3
k = Jl Kali Besar t im ur 4 l = Jl Kali Besar Tim ur 5
m = Tam an Fat ahillah n = Jl Poskot a
o = Jl Ket um bar p = Jl Kem ukus
a b
c
l
r = Jl Bank S = Tam an St asiun
Kot a t = Jl Pint u Besar
Ut ara u = Jl Asem ka
v = Jl Pint u Kecil w = Jalan Perniagaan
x = Jl Pekoj an y = Jl Jem bat an Bat u
z = Jl Pint u Besar Selat an
A = Jalan Pancoran
d
h f
e g i
j k
l m
o k
p
n
s t
u x
v w
z l
r y
A
Maatschappij NHMMuseum Bank Mandiri, Javasche Bank sebagai hasil perombakan kedua tahun 1930, sekarang Bank Indonesia Kota, kantor
Nederlandsch Indische Escomto Maatschappij NIEM dan lain-lain. Di jalan Binnen Nieuwpoort straat Jl. Pintu Besar Utara yang dilalui jalur kereta api
dalam kota tram dan berterminal di Amsterdam Poort. Stadhuis Plein sekarang Taman Fatahillah masih dijadikan sebagai pusat lingkungan kota Batavia. Di
sekelilingnya terdapat bangunan-bangunan penting yang sudah ada pada zaman VOC, yaitu Balai Kota Batavia, hasil perombakan ketiga dan sekarang sebagai
Museum Sejarah Jakarta Di sisi selatan, terdapat Raad van Justitie Dewan Pengadilan yang
sekarang menjadi Museum Seni Rupa yang sudah ada sejak abad ke-18. Di sisi utara Stadhuis terdapat Cafe Batavia, Kantor Pos dan Telegram yang ada sejak
awal abad ke-20. Kota Batavia selanjutnya sejak 1920-an cenderung berkembang menjadi
kota modern dan pada tahun 1930-an sudah lebih berkembang lagi sehingga terbentuk menjadi kota kolonial modern een modernekolonialstad. Namun pola
lama antara lain adanya selasar bagian samping bawah dalam bangunan, deretan gedung di tepian jalan masih terlihat. Jalan Cengkeh, sebagai jalan utama yang
pernah menjadi sumbu penghubung antara Kastil dengan Stadhuis kondisinya semakin buruk. Pada kawasan Pecinan terdapat Glodok Plein Jalan Pancoran
sekarang yang berasal dari kata pancuran air sebagai keran tempat mengambil air Heuken, 1997. Kawasan Pancoran menjadi pusat aktivitas masyarakat Tionghoa
mengadakan perayaan besar Tionghoa. Sedangkan kawasan Pekojan merupakan kawasan yang sudah dihuni oleh komunitas Arab ditandai dengan bangunan
Rumah Gedong, Masjid An-Nawier dan Langgar Tinggi yang sudah ada pada pertengahan abad ke 19.
Keberadaan, karakter dan fungsi ruang terbuka publik pada periode ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Keberadaan ruang Terbuka Publik periode 1905-1942
Keterangan: Zona I= Sunda Kelapa, Zona 2= Zona Fatahillah, Zona 3= Zona Pecinan
Zona Nama Ruang
Terbuka Publik Masa Kolonial
Nama Ruang Terbuka Publik
Kini Tipe dan Karakter
Fungsi
Zona 1
Haven Kanal
Pelabuhan Sunda Kelapa
kanal-linear dermagapelabuhan kapal
Pasar Ikan
Baru amorphous square pasar ikan segar
D Amsterdamche gragt
Jalan Nelayan Timur
kanal-jalan-lurus sirkulasi pejalan
kakitransportasi air Zona 2
de Groote River Jalan Kali
Besar Barat-Timur
kanal-jalan-lurus sirkulasi pejalan
kakitransportasi air Stadhuis Plein Taman
Fatahilah dominated square
pusat kegiatan De Groene gedemte
gragt Jalan Kali Besar
Timur 2 jalan-lurus sirkulasi
pejalan kaki
De Leeuwinnengragt Jalan Kali
Besar Timur 3
jalan-lurus sirkulasi pejalan kaki,
kendaraan - Jalan
Kali Besar
Timur 4 jalan-lurus sirkulasi
pejalan kaki
- Jalan Kali
Besar Timur 5
jalan-lurus sirkulasi pejalan kaki
De Nieuwpoorstraat Pintu Besar
Utara jalan-lurus
Sirkulasi kendaraan,tram,pejalan
kaki De Tijgergragt Jalan
Poskota jalan-lurus
sirkulasi kendaraanpejalan kaki
De Tijgergragt Jalan Lada
jalan-lurus sirkulasi pejalan kaki,
kendaraan De Prinse srtaat
Jalan Cengkeh jalan-lurus
axis, jalur tram, sirkulasi pejalan kaki
Bank straacht Jalan Bank
jalan-lurus sirkulasi
kendaraan,pejalan kaki De Heerenstraat Jalan
Teh jalan-lurus
sirkulasi kendaraan,pejalan kaki
De Kaaimansgragt Jalan Kemukus
jalan-lurus sirkulasi
kendaraan Kwartier straat
Jalan Ketumbar jalan-lurus
sirkulasi pejalan kaki Stasiun Plein
Taman Stasiun Oval square
Peralihan moda transportasi
Zona 3 Buiten Tyger gragt
Jalan Pintu Besar Selatan
jalan-lurus sirkulasi pejalan
kaki,tram, kendaraan Jalan
Jembatan batu
jalan-lurus sirkulasi pejalan kaki,
kendaraan Jalan Asemka
jalan-lurus sirkulasi pejalan kaki,
koemersil Jalan
Pintu Kecil
jalan-lengkung sirkulasi pejalan kaki,
kendaraan Jalan Perniagaan
jalan-lengkung sirkulasi pejalan kaki,
kendaraaan Jalan Pancoran
jalan-lengkung pasar, sirkulasi pejalan
kaki, kendaraan Zona 4
Jalan Pekojan jalan-lengkung
sirkulasi pejalan kaki, tempat kegiatan religi
e. Masa Pasca Kemerdekaan Periode 1942-1972 Setelah Belanda ditaklukkan oleh bangsa Jepang, kota Batavia di
tinggalkan oleh bangsa Belanda dan pada masa inilah kota Batavia berganti nama menjadi kota Jakarta. Pada masa pendudukan Jepang yang hanya selama tiga
setengah tahun tersebut tidak banyak mengalami perubahan sampai dengan masa kemerdekaan Indonesia. Pembangunan serta pemerintahan difokuskan di pusat
Kota Jakarta sekitar Monas dan Lapangan Banteng. Sedangkan Kota Lama Jakarta kembali menjadi kota yang ditinggalkan.
Selain bangunan-bangunan yang masih dalam kondisi baik seperti Balai Kota, Museum Seni Rupa, ada yang dirombak total, berkondisi buruk dan bahkan
ada yang hancur. Jalan Cengkeh, sebagai jalan utama yang pernah menjadi sumbu penghubung antara Kastil dengan Stadhuis kondisinya semakin buruk.
5.2. Karakter Fisik, Fungsi dan Keradaan Saat Ini