Overlapping kewenangan juga menjadi masalah dalam pengelolaan Kota Tua Jakarta.
b. Lembaga Non Pemerintahan
Pengembangan kawasan Kota Tua memerlukan penanganan secara serius dengan melibatkan semua pelaku pembangunan lainnya. Komponen lembaga non
pemerintahan terdiri dari : • Unsur Perguruan Tinggi dan para ahli dan pengamat perkotaan sebagai pihak
yang dapat membantu dalam berbagai penelitian dan pengkajian. Dalam hal ini pemerintah DKI Jakarta telah bekerjasama dengan unsur perguruan tinggi
seperti dari Univesitas Indonesia UI, Institut Teknologi Bandung ITB dan para ahli perkotaan dari Pusat Studi Urban Desain PSUD dan biro-biro
konsultan perkotaan. • Stakeholder Forum yang menjadi ‘sparring partner’ bagi Pemerintah dalam
proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan, seperti Paguyuban Kota Tua
• Lembaga Swadaya Masyarakat LSM dan Organisasi Kemasyarakatan dapat memberikan pendampingan dan advokasi pada masyarakat kota terkait dengan
pengembangan kawasan perkotaan; seperti JOK Jakarta Old Kotaku • Unsur pengusaha baik yang tergabung dalam Kadin dan REI sebagai penyedia
pelayanan dan jasa service provider maupun sebagai pelaku kegiatan usaha. . Unsur lembaga non pemerintahan memiliki peran penting dalam pelestarian
dan pengembangan Kota Tua Jakarta sebagai penyeimbang kebijakan agar dalam setiap program dan perencanaannya tidak hanya dari sudut pandang dari pihak
pemerintah saja. Selain sebagai sparring partner bagi pemerintah unsur lembaga ini juga sebagai pemberi pendampingan dan perpanjangan tangan dari masyarakat.
Namun dalam pelaksanannya masih terjadi kesenjangan dan dalam melakukan program-program di Kota Tua dilakukan tanpa koordinasi yang jelas antara
pemerintan, unsur non kelembagaan seperti LSM-LSM dan masyarakat.
b. Masyarakat
Peran masyarakat di tingkat lokal sangat penting dalam rangka memberikan partisipasinya dalam pengelolaan dan memperkuat kapasitas
stakeholders lokal dalam pengembangan kawasan Kota Tua. Oleh karena itu perlu dikembangkan jaringan kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Masyarakat langsung atau melalui tokoh-tokohnya dapat digali preferensinya dalam pengembangan Kotutua agar masyarakat sebagai pemilik dan pengguna
kawasan dapat lebih memiliki sense of belonging yang tinggi terhadap Kota Tua. Peran serta masyarakat, dalam hal ini baik masyarakat setempat ataupun sebagai
pengunjung sangat penting. Usulan-usulan dan pemikiran dari masyarakat sebagai stakeholder, perlu untuk diterima dan didengarkan. Pada dasarnya, mereka
memiliki preferensi tersendiri atas revitalisasi lingkungan Kota Tua Jakarta. Namun sampai saat ini keterlibatan mereka sampai saat ini belum terwujud, hal ini
dapat dibuktikan pada upaya revitalisasi yang hanya pada peningkatan fisik lingkungan dan belum mendatangkan pengaruh atas berfungsinya dan
berkembangnya kawasan.
5.5. Preferensi Masyarakat dalam Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik