sebagai ’poros ekonomi’ pada kawasan Kota Tua. Kawasan penghubung tersebut dapat dikembangkan fungsi-fungsi ekonomi baru untuk mengakomodasi dinamika
perkembangan dan kebutuhan masa dengan memperhatikan aspek pelestarian kawasan. Kegiatan ekonomi yang menjadi ciri khas tersebut akan hilang jika tidak
segera diselamatkan sebagai akibat tekanan ekonomi dan tekanan kegiatan ekonomi baru.
4.5. Kegiatan Sosial Budaya
Kegiatan-kegiatan sosial budaya yang sampai saat ini masih dapat dinikmati antara lain festival-festival kebudayaan, wisata museum, wisata kampung tradisional
di beberapa sub kawasan di Kota Tua, wisata pasar tradisional dan kegiatan sosial budaya yang didukung oleh kegiatan ekonomi yang telah membudaya di kawasan
Kota Tua. Kawasan Kota Tua sendiri telah menjadi tempat percampuran sosial atau percampuran masyarakat dari berbagai negara. Sebagai kota pelabuhan berskala
internasional, pedagang dari berbagai tempat datang ke tempat ini untuk berdagang dan sebagian tinggal di tempat ini. Bukti-bukti tentang adanya kelompok masyarakat
yang berbeda-beda pada kawasan ini dapat dilihat dari nama-nama daerah yang terdapat di sekitar kawasan ini, seperti kampung Pekojan yang menunjukkan daerah
permukiman masyarakat Koja India. Selain itu dapat dilihat dari peninggalan- peninggalan arsitektur, seperti rumah-rumah Cina, rumah-rumah di Pekojan,
bangunan Eropa peninggalan Belanda dan kampung nelayan tradisional di kampung Luar Batang.
4.6. Tata Guna Lahan
Selaras dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Propinsi DKI Jakarta 2010, maka dihasilkan
tata guna lahan yang diperbolehkan dan dianjurkan pada kawasan Kota Tua Jakarta. Tata guna lahan yang diperbolehkan di Kota Tua adalah sebagai fasilitas umum,
fasilitas pemerintahan, komersial karya bangunan umum dengan fasilitasnya, campuran hunian dan komersial wisma dengan bangunan umum dan fasilitasnya,
hunian wisma dengan fasilitasnya, ruang terbuka hijau aktif karya taman dan fasilitasnya dan penyempurna hijau binaan dan ruang terbuka hijau pasif
penyempurna hutan lindung dan fasilitasnya Gambar 16.
Gambar 16. Tata Guna Lahan Kota Tua Jakarta Sumber: Dinas Tata Kota DKI Jakarta, 2007
4.7. Kajian yang Pernah dilakukan Terkait Kota Tua Jakarta
Kajian atau penelitian lain yang telah dilakukan terkait dengan pengembangan Kota Tua Jakarta adalah sebagai berikut:
1. The Kota Project Jakarta, Indonesia tahun 1991 yang dilakukan oleh TU Delft dan Universitas Indonsesia dengan ruang lingkup kawasan Kota Tua dan Sunda
Kelapa secara khusus 2. Panduan Rancang Kota, pada tahun 1996 yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota
dan PT Lenggogeni dengan ruang lingkup Taman Fatahillah dan sekitarnya. 3. The Jakarta Venue Heritage, pada tahun 1997 yang dilakukan oleh Badan
Pengelola Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa dengan ruang lingkup kawasan Sunda Kelapa dan sekitarnya.
4. Rencana Pengembangan Kawasan Bersejarah Jakarta Lama, pada tahun 1997 yang dilakukan oleh Dinas Tata Bangunan dan Pemugaran dan PT Wastu Adi
Olah Putra dengan ruang lingkup kawasan Jakarta Lama. 5. Pedoman Penyusunan Penataan Lingkungan Pemugaran, pada tahun 2001 yang
dilakukan oleh Dinas tata Kota dan Pusat Studi Urban Desain PSUD dengan ruang lingkup kawasan Kota Tua berdasarkan rekonstruksi batas Benteng Batavia.
6. Penyusunan PolaStrategi Peningkatan Fungsi Kota Tua, pada tahun 2003 dengan ruang lingkup sub kawasan Kota Tua: Pancoran dan Glodok .
7. Penyusunan Rencana Induk dan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Kota Tua, pada tahun 2004 yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan Urban Regional
Development Institute URDI.
8.
Pengkajian Aspek Ketatakotaan Pada Kawasan Kota Tua, pada tahun 2005 yang dilakukan oleh Dinas Tata Kota DKI Jakarta dan PT. Gafa Multi Consultant.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN