Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Publik

1. Being First, yaitu kualitas yang dihasilkan dari keberadaannya sebagai yang pertama. 2. Being historically noteworthy, yaitu kualitas yang dihasilkan dari keterkaitannya dengan orang atau even penting bersejarah. 3. Being exemplary, yaitu kualitas yang dihasilkan dari tingkat representasi terhadap ismgayaaliran tertentu. 4. Being typical, yaitu kualitas yang mewakili bentuk tradisi tertentu. 5. Being rare, yaitu kualitas yang didapatkan dari tingkat kelangkaan. Menurut Burra Charter Australia 1981, cultural significance adalah sebuah konsep untuk membantu dalam mengestimasi nilai suatu tempat atau ruang yang memiliki signifikansi untuk dapat memahami masa lampau untuk kepentingan masa kini dan yang akan datang. Terdapat banyak penilaian yang dapat digunakan dalam cultural significance Burra Charter Australia, seperti aesthetic estetika, historic kesejarahan, scientific keilmuan dan social sosial serta penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan konteks permasalahan pada ruang tersebut. Adapun penjelasan nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut : a. Historic Value, sebagai nilai yang berasal dari kerangka, kejadian dan aktivitas sejarah yang mempengaruhi sebuah ruang. b. Aesthetics Value, sebagai nilai yang berasal dari persepsi yang diterima dengan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut dapat berupa bentuk, skala dan proporsi, warna tekstur dan sebagainya. c. Scientific Value, nilai yang berasal dari ketersediaan dan tingkat representasi serta kontribusi informasi. d. Social Value mencakup kualitas suatu tempat terhadap lingkungan sekitar. Pengaruh tersebut dapat berupa spiritual, politik dan kultural. e. Pendekatan lain sebagai penilaian tambahan yang dapat digunakan untuk memahami cultural significance dari suatu kawasan.

2.5. Pengertian dan Fungsi Ruang Terbuka Publik

Menurut Garnham 1985 ruang terbuka publik merupakan ruang terbuka yang dapat diakses secara bebas dan spontan oleh publik baik secara visual maupun fisik. Kemudian Hakim 2002 menyatakan bahwa ruang terbuka publik dapat dimanfaatkan dan dipergunakan oleh semua orang dan didalamnya mengandung unsur-unsur kegiatan manusia, seperti bermain, berjalan-jalan, olahraga dan sebagainya. Namun tidak termasuk ruang untuk kepentingan khusus seperti taman rumahkantor lapangan upacara, lapangan terbang dan sebagainya. Menurut Hakim 2002, ruang terbuka yang bersifat publik memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Terletak di luar massa bangunan 2. Dapat dimanfaatkan oleh setiap orang 3. Memberi kesempatan untuk bermacam-macam kegiatan seperti berjalan kaki, bermain, olahraga, duduk dan sebagainya. 4. Tidak untuk kepentingan khusus seperti taman rumahkantor lapangan upacara, lapangan terbang dan sebagainya. 5. Bukan yang hanya untuk keindahan dan ekologis belaka Menurut Carr 1992 kriteria ruang publik secara esensial ada tiga yakni : 1. Dapat memberi makna atau arti bagi masyarakat setempat secara individual maupun kelompok meaningful. 2. Tanggap terhadap semua keinginan pengguna dan dapat mengakomodir kegiatan yang ada pada ruang publik tersebut responsive. 3. Dapat menerima kehadiran berbagai lapisan masyarakat dengan bebas tanpa ada diskriminasi democratic walaupun k ebebasan tersebut perlu pengendalian fungsi-fungsi ruang, sirkulasi lalu lintas dan parkir kendaraan bermotor, penempatan pedagang kaki lima dan sebagainya. Dharmawan 2005 mendefinisikan ruang publik dari sudut pandang perkotaan sebagai kawasan yang dapat menciptakan karakter kota, dan pada umumnya memiliki fungsi interaksi sosial bagi masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat dan tempat apresiasi budaya. Fungsi ruang publik dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sebagai pusat interaksi dan komunikasi masyarakat, baik formal seperti upacara bendera, sholat Ied, dan peringatan peringatan yang lain maupun informal seperti pertemuan individual, pertemuan kelompok masyarakat dalam acara santai dan rekreatif atau politis. 2. Sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor jalan yang menuju ke arah ruang publik tersebut dan sebagai ruang pengikat dilihat dari struktur kota, sekaligus sebagai pembagi ruang-ruang fungsi bangunan di sekitarnya serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah ke arah tujuan lain. 3. Sebagai tempat kegiatan pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment seperti tukang sulap, tarian kera dan ular, dan sebagainya terutama di malam hari. 4. Sebagai paru paru kota yang semakin padat, sehingga masyarakat banyak yang memanfaatkan sebagai tempat olah raga, bermain dan santai bersama keluarga. Ruang publik yang menarik akan selalu dikunjungi oleh masyarakat luas dengan berbagai tingkat kehidupan sosial-ekonomi-etnik, tingkat pendidikan, perbedaan umur dan motivasi atau tingkat kepentingan yang berlainan. Berdasarkan Project for Public Space 2001 dijelaskan bahwa keberhasilan dari ruang publik ditentukan oleh 4 hal yaitu : 1 kenyamanan dan image; 2 akses dan linkage; 3 fungsi ekonomi; 4 fungsi sosial. Montgomery 1998 menambahkan beberapa indikator yang menentukan tingkat vitalitas pada ruang terbuka publik seperti proporsi kepemilikan masyarakat lokal, pola waktu aktivitas, kehadiran street markets, keberadaan aktivitas sosial dan sebagainya. Jacobs 1993 menambahkan bahwa pertimbangan atas penilaian ruang terbuka streets atau squares ditentukan atas skala, proporsi, ritme dan hubungannya dengan ruang terbuka lain. 2.6. Elemen Ruang Terbuka Publik Menurut Carmona et al. 2003 terdapat dua elemen ruang terbuka yaitu elemen lantai ground dan elemen bidang vertikal wall. Elemen lantai dapat dilihat dari bentuk geometri, proporsinya dengan ketinggian bidang vertikal dan tekstur yang terdiri dari perkerasan hardscape dan bervegetasi softscape. Elemen bidang vertikal di perkotaan biasanya berupa building facade yang dapat dilihat dari dinding, atap dan kolom. Sedangkan berdasarkan material pembentuknya, ruang terbuka terdiri dari elemen hard landscaping dan soft landscaping. Hard landscaping merupakan lanskap yang menggunakan elemen dengan material berupa perkerasan hardscape pada ruang terbuka, seperti lantai dari batu, dinding bangunan dan street furniture bangku, telephone box, lighting dan sebagainya. Sedangkan soft landscaping merupakan lanskap yang menggunakan elemen vegetasi sebagai meterialnya, seperti rumput dan pohon. Keberadaan vegetasi pada lanskap perkotaan selain dapat berfungsi secara ekologis, juga dapat memberikan perasaan tersendiri seperti membentuk skala dan kontinuitas pada sebuah ruang. Menurut Robinson 1992, penempatan pohon atau vegetasi lainnya harus ditempatkan secara tepat dan memberikan efek yang tepat. Penempatan vegetasi pada jalan lurus straight line, ruang formal dan informal harus diterapkan dengan strategi yang berbeda. Dalam English Heritage 2000 dipaparkan bahwa penempatan elemen softscape pada perkotaan tidak selalu cocok. Pemilihan dan penempatan vegetasi harus dipertimbangkan efeknya terhadap kota dan disesuaikan dengan karakter kawasan Gambar 5. Gambar 5. Strategi penempatan pohon pada jalan street trees Sumber: English Heritage, 2000 Oleh karena itu terdapat beberapa strategi dalam pemilihan dan penempatan elemen tersebut, yaitu : 1. Penampilan vegetasi harus sesuai dengan konteks sejarah atau konteks lokal 2. Mempertimbangkan kesesuaian material dengan penampilan 3. Memperhatikan tingkat kesehatan dan kekuatannya dalam jangka waktu yang lama 4. Mempertimbangkan kebersihan akibat sampah daun yang terkumpul, getah atau perusakan. 5. Memberikan perhatian kepada pejalan kaki, misalnya sebagai gerbang atau pengarah 6. Memberikan keamanan dan kenyamanan berlalu lintas, tidak menghalangi pejalan kaki menyeberang. 7. Memberikan keamanan dan kenyamanan, serta perhatian bagi penyandang cacat. Menurut Booth 1990, secara umum ada 7 bentuk pohon yakni fastigate ramping dan meruncing, columnar lonjong, spreading melebar, rounded bulat, pyramidal piramid, weeping merunduk dan picturesque seperti lukisan. Sedangkan kriteria yang harus dipenuhi dalam pemilihan pohon tepi jalan adalah sebagai berikut : 1. Memberikan keteduhan 2. Sistem percabangan tidak ekstensif, agar tidak mengganggu instalasi jalan. 3. Sistem perakaran cukup menembus ke dalam Pohon yang memenuhi kriteria peneduh biasanya adalah yang memiliki bentuk spreading melebar. Pohon yang memiliki percabangan ekstensif adalah ki hujan atau trembesi Samanea Saman, flamboyan delonix regia, beringin Ficus benjamina. Sedangkan pohon yang memenuhi kriteria naungan cukup dengan percabangan yang tidak ekstensif adalah tanjung Mimussops elengi, bungur Lagerstroemia losreginae, mahoni Swietenia mahogani, kere payung Filicium decipiens.

2.7. Tipologi Ruang Terbuka Publik