Ruang Pemeliharaan dan Peralatan Pemeliharaan Ulat Sutera

17 Secara umum, untuk periode pertumbuhan awal ulat sutera membutuhkan suhu udara dan kelembaban nisbi yang tinggi sebagai syarat pertumbuhan optimum. Semakin bertambahnya waktu pemeliharaan, suhu dan kelembaban nisbi yang dibutuhkan semakin rendah untuk mencapai hasil yang optimum. Selain suhu dan kelembaban nisbi, kecocokan iklim mikro di tempat pemeliharaan ulat sutera juga ditetapkan oleh kesegaran udara dan tingkat pergantian udara. Bila ventilasi baik, maka kisaran suhu dan kelembaban nisbi yang dapat ditahan menjadi semakin luas. Meskipun udara panas dan lembab namun bila ventilasi tempat pemeliharaan baik, kepadatan dapat dikurangi dan evaporasi air dari tubuh ulat dapat ditingkatkan, sehingga ulat mendapat kesejukan Atmosoedarjo et al, 2000. Di daerah tropis seringkali suhu udara lebih tinggi dari suhu yang dianjurkan. Penanaman pohon-pohonan di sekitar rumah pemeliharaan, untuk mengurangi panas yang dipancarkan oleh lahan terbuka dan mengusahakan masuknya udara ke dalam rumah pemeliharaan, adalah baik untuk menurunkan suhu Ohtsuki, 1987 dalam Atmosoedarjo et al, 2000. Teknik pemeliharaan dan perlakuan ulat sutera secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua kategori, pada kategori satu adalah pemeliharaan ulat dari instar I sampai IV dan pada kategori dua meliputi pemeliharaan ulat untuk instar V. Sampai instar IV titik berat pemeliharaan ulat ditekankan pada kesehatan ulat sutera, untuk itu lingkungan yang sehat harus diperhatikan. Selama instar V perlu diberikan prioritas pada peningkatan kualitas kokon dan efisiensi mengokon serta penggunaan tenaga kerja yang ekonomis.

2.2.4. Ruang Pemeliharaan dan Peralatan

Di negara tropis suhu udara umumnya berada pada kisaran yang cocok untuk pemeliharaan ulat sutera. Di berbagai daerah terdapat musim hujan dan musim kemarau dengan batas waktu yang jelas. Namun di daerah tropis muncul berbagai hama seperti semut, tikus dan lalat. Karena itu ruang pemeliharaan harus menggunakan atap yang memadai untuk memberi perlindungan terhadap hujan dan teriknya cahaya matahari dan perlu pula pembagian ruangan serta untuk mengatasi suhu yang terlalu tinggi perlu ada fasilitas untuk menurunkan suhu dan mengatur ventilasi. 18

2.2.5. Pemeliharaan Ulat Sutera

Pemeliharaan ulat sutera membutuhkan perencanaan awal. Perencanaan yang perlu dilakukan adalah jumlah musim pemeliharaan dalam satu tahun, waktu memulai pemeliharaan, dan proporsi waktu untuk pemeliharaan tiap musim berdasarkan luas kebun murbei, fasilitas-fasilitas pemeliharaan yang dimiliki, peralatan dan tenaga kerja yang ada. Pada umumnya jumlah box telur digunakan sebagai unit untuk menyatakan skala pemeliharaan. Satu box berisi 20.000 butir telur dengan berat 10,6-12,8 gram. Hasil kokon yang diharapkan dari satu box telur adalah 27-33 Kg untuk varietas bivoltin, sedangkan untuk varietas Candiroto, satu box berisi 25.000 telur dengan hasil kokon diharapkan 40 Kg. Secara teoritis daerah tropis dimungkinkan untuk pemeliharaan ulat sutera sepanjang tahun. Akan tetapi musim pemeliharaan yang memadai dan berpotensi menghasilkan output yang maksimal terbatas. Di Indonesia, waktu pemeliharaan ulat sutera yang paling baik adalah bulan November hingga Agustus tahun berikutnya dengan menghindari musim kemarau pada waktu nilai gizi dari daun murbei rendah. Setiap panen setelah satu musim pemeliharaan, ruangan pemeliharaan, peralatan dan lingkungan sekitar akan terkontaminasi bibit-bibit penyakit ulat sutera. Sebelum memulai musim berikutnya, dilakukan kegiatan desinfeksi secara menyeluruh dan intensif. Desinfeksi dilakukan dengan penyemprotan, atau menyelupkan peralatan dalam larutan 2 persen formalin atau kaporit untuk membasmi bibit-bibit penyakit, virus, bakteri, dan cendawan. Pemeliharaan ulat sutera sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu pemeliharaan ulat kecil dan pemeliharaan ulat besar. Perbedaan mendasar dalam jenis pemeliharaan berdasarkan ukuran ulat adalah kondisi dalam ruangan, pemilihan dan pemberian pakan daun murbei, serta pemeliharaan dan perlakuan. Pada pemeliharaan ulat kecil, membutuhkan suhu dan kelembaban nisbi yang tinggi di dalam ruangan. Pemberian pakan yang berkualitas dengan metode rajang sangat cocok untuk perkembangan ulat kecil. Jumlah pakan yang diberikan pada masing-masing periode pertumbuhan ulat kecil terus meningkat. Pada permulaan 19 setiap instar nafsu makan ulat tidak begitu tinggi, tetapi akan meningkat dalam pertumbuhan selanjutnya dan kemudian menurun lagi pada akhir setiap instar. Pemeliharaan ulat besar dimulai pada instar IV dan V. Pada pemeliharaan ulat besar, khususnya ulat instar IV, pemeliharaan dititikberatkan kepada pemeliharaan lingkungan yang bebas penyakit dengan suhu dan kelembaban nisbi yang cocok, cukup pakan murbei segar dan bergizi tinggi. Pada pemeliharaan ulat instar V, suhu dan kelembaban nisbi harus dikurangi, karena ulat pada instar V tidak tahan terhadap suhu dan kelembaban nisbi yang tinggi serta peredaran udara yang buruk. Pada fase ini nafsu makan ulat sangat tinggi karena itu perlu ada ventilasi yang baik agar suhu badan dapat diturunkan. Keadaan lingkungan yang memadai akan membuat produksi kokon yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik secara ekonomi.

2.2.6. Pengokonan dan Panen Kokon