Pengadaan Input Budidaya Gambaran Umum Usaha 1 Sejarah dan Perkembangan Usaha

44 beliau memutuskan untuk membuka peternakan ulat sutera termasuk tanaman murbeinya di lahan miliknya sendiri karena beliau beranggapan bahwa usaha peternakan ulat sutera merupakan usaha yang menguntungkan dan bermanfaat bagi penduduk sekitar. Selama enam bulan pertama, dilakukan proses persiapan lahan, pemeliharaan murbei, dan pembuatan kandang pemeliharaan. Sejak awal berdiri hingga saat ini, pemilik membuka 2 Ha lahan untuk penanaman tanaman murbei sebagai pakan utama ulat sutera dan sebuah kandang pemeliharaan ulat sutera berukuran 6 x 10 m. kandang ulat sutera dibuat permanen beralaskan beton dan memiliki ventilasi udara berupa sekat-sekat bambu. Hal ini bertujuan untuk menjaga agar suhu di dalam ruangan tetap sejuk. Selain menanam tanaman murbei di lahan milik sendiri, Bapak Baidin juga membagikan bibit pohon murbei kepada 10 orang petani di Desa Karyasari yang menjadi mitranya untuk membudidayakan tanaman murbei. Hasil dari bibit murbei yang dibagikan akan dibeli kembali oleh Bapak Baidin sebesar Rp 300,- per rantingnya. Dengan demikian pasokan pakan untuk ulat sutera yang dibudidayakan semakin terjamin. Bibit tanaman pertama kali diperoleh dengan cara membeli dari PT. Indo Jado Sutera Pratama. Setelah itu, perbanyakan tanaman murbei dapat dilakukan sendiri dengan sistem stek batang.

5.2.2 Pengadaan Input

Peternakan ulat sutera ini menjalin kemitraan dengan CV Batu Gede yang terletak di Kecamatan Ciapus, Kabupaten Bogor. Hubungan kemitraan terjalin sejak berdirinya usaha ini hingga saat penelitian dilakukan. Peternakan ulat sutera ini memperoleh pasokan bibit ulat sutera dari CV Batu Gede dan para peternak bibit ulat sutera di Kabupaten Sukabumi. Bibit yang dibeli tidak dalam bentuk telur tetapi ulat kecil yang telah memasuki masa pemeliharaan instar III. Pasokan bibit selama ini dipasok oleh pihak lain karena untuk mengadakan bibit sendiri dibutuhkan tenaga ahli dan alat penetasan khusus yang memiliki kapasitas produksi bibit yang besar, sehingga jika pembibitan dilakukan sendiri dengan skala usaha yang ada saat ini tidak akan menutupi tambahan biaya yang dikeluarkan. Peternakan ulat sutera milik Bapak Baidin hingga saat ini belum memiliki perizinan usaha secara hukum dan belum memiliki nama usaha. 45

5.2.3 Budidaya

Dalam menjalankan usahanya, Bapak Baidin memiliki lima pekerja dari luar keluarga. Ia dibantu anaknya mengelola sistem budidaya dan kegiatan manajerial lainnya. Pekerja dibutuhkan untuk pra penanaman murbei, pemeliharaan murbei, dan pembuatan kandang pemeliharaan. Pekerja berasal dari penduduk sekitar kediaman Bapak Baidin yang menjadi karyawan lepas. Kegiatan peternakan ulat sutera Bapak Baidin secara umum meliputi penanaman tanaman murbei sebagai pakan ulat sutera, pembelian bibit ulat sutera berukuran kecil instar III, pemeliharaan ulat sutera hingga proses pengokonan, dan penjualan hasil ternak berupa kokon pada CV Batu Gede. Produk akhir yang dihasilkan oleh peternakan yang dimiliki Bapak Baidin baru berupa kokon ulat sutera. Sedangkan proses pengolahan kokon menjadi benang sutera dan proses penenunan kain sutera belum dapat dilakukan sendiri dikarenakan masih terkendala dalam masalah modal, sehingga usaha ini belum dapat dikatakan sebagai pesuteraan alam. Berbagai produk berbahan dasar benang sutera dan kain sutera yang dihasilkan oleh CV Batu Gede dipasarkan di galery yang ada di kawasan agrowisata Rumah Sutera Alam. Rumah Sutera Alam merupakan cabang usaha lain yang dimiliki oleh pemilik CV Batu Gede yang bergerak di bidang agrowisata pesuteraan alam. Selain itu, pemasaran produk-produk sutera juga dilakukan dengan memenuhi pesanan dari pengrajin-pengrajin yang ada di Jawa Barat. a Budidaya Tanaman Murbei Penanaman bibit murbei dilakukan di atas lahan yang mempunyai luas total 2 Ha. Lahan murbei milik Bapak Baidin tidak terletak pada satu hamparan. Secara garis besar, lahan murbei dibagi menjadi 4 hamparan yang memiliki luas dan jarak yang berbeda-beda. Pola tanam masing-masing hamparan dibedakan untuk menjaga kontinuitas produksi murbei. Pola tanam tanaman murbei yang diusahakan dapat dilihat pada Lampiran 3. Jarak tanam antara satu tanaman dengan tanaman lainnya adalah 0,5 x 1,2 m. Sebelum proses penanaman, proses pengolahan lahan dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman murbei. Proses pengolahan lahan yang 46 dilakukan berupa penggemburan tanah, pembuatan lubang untuk penanaman bibit dan pemberian pupuk kandang. Setelah penanaman bibit melewati 15 hari, pupuk kandang kembali diberikan. Bibit murbei kemudian dibiarkan tumbuh hingga mencapai umur 4 bulan. Selama 4 bulan masa pemeliharaan, penyiangan terhadap gulma rutin dilakukan karena gulma dapat menghambat pertumbuhan murbei. Setelah tanaman murbei berumur 4 bulan dilakukan pangkasan pertama, pangkasan ini dilakukan untuk memaksimalkan pertumbuhan daun murbei yang akan dijadikan pakan bagi ulat sutera. Dua bulan setelah pangkasan pertama dilakukan pangkasan kedua. Setelah tanaman murbei memasuki tahap pemangkasan yang kedua atau ketika umur tanaman mencapai 6 bulan, daun-daun yang ada sudah dapat dijadikan pakan bagi ulat sutera, sehingga hasil pangkasan terhadap ranting yang kedua merupakan pemberian pakan pertama bagi ulat sutera. Setelah pemangkasan kedua, tanaman murbei dibiarkan untuk tumbuh kembali hingga siap untuk dipangkas 3 bulan berikutnya, sehingga hamparan lahan murbei yang baru saja dipangkas akan diistirahatkan, dan untuk pemeliharaan ulat sutera musim berikutnya akan menggunakan pasokan pakan dari hamparan murbei yang lain. b Pemeliharaan Ulat Sutera Kegiatan pemeliharaan ulat sutera terdiri dari beberapa tahapan. Peternakan membeli bibit ulat sutera berukuran instar III pada CV Batu Gede. Dalam satu kali masa pemeliharaan, bibit yang dipelihara sebanyak 25.000 ekor ulat sutera atau setara dengan 1 boks. Pemeliharaan ulat sutera dilakukan di dalam rak-rak yang terdapat dalam kandang. Pemberian pakan yang berkualitas dan sesuai takaran serta kebersihan kandang menjadi faktor yang sangat menentukan keberhasilan dan kualitas kokon yang dihasilkan. Pemberian pakan dilakukan sebanyak 3 kali sehari, yaitu pada pukul 06.30, pukul 11.00, dan pukul 15.00. Pakan yang diberikan berupa ranting tanaman murbei yang banyak terdapat daun. Pemberian daun beserta rantingnya bertujuan untuk mempermudah proses pembersihan kotoran ulat sutera. Pembersihan kotoran ulat dilakukan setiap 3 hari sekali. Selain pembersihan kotoran, ulat sutera juga perlu diberi popson untuk menjaga kesehatan ulat. Popson diberikan setiap 3 hari sekali. 47 Banyaknya pakan yang diberikan bergantung pada umur ulat sutera, semakin besar ukuran ulat, semakin banyak pakan murbei yang diberikan. Pada hari pertama pemeliharaan, dibutuhkan pakan sebanyak 50 Kg ranting murbei. Pada hari kedua, pemberian pakan bertambah menjadi 80 Kg ranting murbei. Pada hari ketiga hingga ulat memasuki masa tidurnya yang ketiga dalam siklus hidup ulat sutera, ulat diberi pakan sebanyak 100 Kg ranting murbei setiap harinya. Pada saat ulat memasuki masa tidur, pemberian pakan tidak perlu dilakukan. Setelah ulat bangun dari tidurnya ulat telah memasuki ukuran instar IV. Pemeliharaan ulat instar IV memerlukan waktu 4 hari. Setelah memasuki hari keempat pada masa instar IV, ulat akan kembali tidur. Pemberian pakan untuk ulat sutera ukuran instar IV dan V adalah 120 Kg ranting murbei per hari. Waktu yang diperlukan ulat sutera dari hari pertama pemeliharaan untuk mencapai ukuran instar V hingga siap mengokon adalah 16 hari. Selama 16 hari pemeliharaan ulat sutera membutuhkan 1,5 ton ranting murbei. Dalam masa pemeliharaan, kondisi suhu di dalam kandang tetap dijaga berkisar antara 23 -27 C. Untuk menjaga kestabilan suhu pada saat musim hujan, digunakan kompor untuk menghangatkan suhu di dalam kandang. Setelah melewati 16 hari masa pemeliharaan, ulat akan memasuki masa pengokonan. Ciri-ciri ulat yang sudah ingin mengokon adalah ulat akan terus menggerak-gerakkan tubuh bagian depannya ke atas. Seluruh sisa-sisa pakan akan diangkat dan diatas rak pemeliharaan disediakan tempat khusus pengokonan atau seriframe, setelah itu ulat akan dengan sendirinya naik dan mencari tempat untuk melakukan pengokonan. Proses persiapan ulat untuk mengokon hingga selesai membutuhkan waktu 10 hari. Kokon yang terbentuk dalam seriframe kemudian dilepaskan satu per satu dan dimasukkan ke dalam wadah untuk kemudian siap dipasarkan. Selama pemeliharaan ulat sutera memasuki masa pengokonan, seluruh lahan murbei akan disiangi hingga proses pengokonan selesai. Skema pemeliharaan ulat sutera dan tanaman murbei di peternakan ulat sutera milik Bapak Baidin dapat dilihat pada Gambar 2. 48 Gambar 2 . Skema Produksi Kokon Peternakan Ulat Sutera Bapak Baidin

5.2.4 Pemasaran