Analisis Kelayakan Non Finansial Komponen Biaya dan Manfaat

35 ulat sutera di lokasi penelitian pada kondisi saat ini. Analisis kelayakan usaha dibagi menjadi analisis kelayakan non finansial dan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan non finansial mengkaji berbagai aspek mulai dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengkaji kelayakan usaha peternakan ulat sutera secara finansial. Metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif adalah analisis kelayakan finansial dan analisis switching value.

4.4 Analisis Kelayakan Non Finansial

Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial. Dalam aspek pasar, variabel-variabel yang akan dianalisis meliputi jumlah permintaan, harga jual produk, penawaran, pemasaran, dan struktur persaingan. Pada aspek teknis, variabel-variabel yang dianalisis meliputi kondisi fisik, teknologi, keterampilan, lokasi usaha peternakan ulat sutera, dan proses budidaya yang dilakukan. Pada aspek manajemen, variabel- variabel yang akan dianalisis meliputi bentuk usaha dan struktur organisasi. Sedangkan untuk aspek sosial, akan dikaji pengaruh usaha peternakan ulat sutera terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.

4.5 Komponen Biaya dan Manfaat

Analisis dilakukan melalui penyusunan arus tunai cash flow dari usaha peternakan ulat sutera, dengan terlebih dahulu mengelompokkan komponen yang termasuk manfaat dan biaya. Pada penelitian ini, perhitungan terhadap biaya dikelompokkan menjadi tiga yaitu biaya pra investasi, biaya investasi, dan biaya operasional. Dalam perhitungan, terdapat biaya-biaya tidak tunai yang diperhitungkan sebagai opportunity cost seperti biaya pelatihan, biaya pembelian bibit murbei, sewa lahan, dan upah tenaga kerja keluarga. Selain itu terdapat pula beberapa investasi yang dipergunakan tidak hanya untuk kegiatan usaha peternakan ulat sutera tetapi juga digunakan untuk usaha lain dan untuk kegiatan sehari-hari yang 36 menjadi biaya bersama, oleh karena itu dalam perhitungan digunakan proporsi pemakaian. Variabel investasi tersebut adalah cangkul, garpu, kompor, dan motor. Biaya pra investasi meliputi biaya pelatihan, sedangkan biaya investasi pada kondisi usaha saat ini meliputi biaya pembelian bibit murbei, cangkul, persiapan lahan, alat stek, garpu, pembuatan kandang pemeliharaan ulat sutera, pembuatan rak pemeliharaan ulat sutera, seriframe, termometer, kompor, sprayer, dan sepeda motor. Biaya operasional dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap dalam usaha peternakan ulat sutera terdiri dari biaya komunikasi, biaya pemeliharaan kandang, upah tenaga kerja, biaya pemeliharaan kendaraan, dan pembelian kaporit. Biaya variabel dalam usaha peternakan ulat sutera terdiri dari pembelian bibit ulat sutera ukuran instar III, biaya transportasi, dan biaya pembelian popson. Biaya transportasi dimasukkan ke dalam biaya variabel karena besarnya biaya yang dikeluarkan bergantung pada kapasitas pemeliharaan ulat sutera setiap musim pemeliharaan. Perhitungan manfaat pada usaha peternakan ulat sutera adalah besarnya produksi kokon yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual kokon yang diterima dan nilai sisa yang didapat dari barang-barang investasi. Dalam pembudidayaan ulat sutera terdapat hasil sampingan berupa pupuk organik yang berasal dari kotoran ulat sutera dan sisa-sisa pakan. Pupuk organik sangat baik digunakan untuk meningkatkan unsur hara pada tanaman murbei dan tanaman lainnya Rochmayanto et al, 2007. Untuk mendapatkan pupuk organik harus dilakukan pengomposan terlebih dahulu. Dalam satu periode masa pemeliharaan, dari 1 boks bibit ulat sutera yang dipelihara dapat menghasilkan 1690 Kg pupuk organik. Namun demikian, berdasarkan penelitian terhadap kelayakan finansial pemanfaatan limbah pakan oleh Rochmayanto 2007, biaya yang harus dikeluarkan untuk mengolah kotoran ulat sutera dan sisa-sisa pakan menjadi pupuk organik jauh lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang diterima serta mengakibatkan inefisiensi produksi, sehingga tidak disarankan kepada para peternak untuk mengolah kotoran ulat sutera dan sisa-sisa pakan menjadi pupuk organik. Berdasarkan hal di atas maka potensi pendapatan dari pengolahan pupuk organik tidak dimasukkan dalam perhitungan arus kas dan perhitungan laba-rugi. 37

4.6 Analisis Kelayakan Investasi