57 adalah pemupukan. Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan produksi daun
murbei. Terdapat dua jenis pupuk yang harus diberikan pada tanaman murbei, yaitu pupuk kandang dan pupuk kimia. Pemberian pupuk pada tanaman murbei
dilakukan sebanyak empat kali selama satu tahun yaitu pada saat proses pendangiran dilaksanakan. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah 1 ton per 2 Ha per
tahun untuk pupuk NPK dan 4 ton per 2 Ha per tahun pupuk kandang. Pemilik tidak melakukan pemeliharaan sesuai hasil pelatihan karena beranggapan bahwa
hasil murbei selama ini sudah cukup bagus, sehingga kurangnya kesadaran dan masih rendahnya manajemen sumber daya manusia yang dimiliki pemilik menjadi
faktor utama penyebab rendahnya produktivitas tanaman murbei yang ada. Berdasarkan analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan usaha
peternakan ulat sutera ini layak untuk dijalankan. Walaupun dari penempatan lokasi usaha kurang strategis bila dilihat dari akses jalan yang cukup sulit
sehingga untuk pengembangan usaha direncanakan penambahan kandang dan lahan murbei ke lokasi yang lebih strategis. Dari sisi pembudidayaan tanaman
murbei, peternakan ini juga belum melakukan pemeliharaan secara optimal. Namun bila ditinjau dari aspek-aspek teknis lainnya menunjukkan bahwa
peternakan ini telah melakukan tahapan-tahapan yang baik sehingga menunjukkan usaha ini layak untuk dijalankan jika dilihat dari aspek teknis.
6.1.3 Aspek Manajemen
Peternakan ulat sutera milik Bapak Baidin adalah sebuah usaha perseorangan yang hingga saat ini belum memiliki perizinan usaha secara hukum
dan belum memiliki nama usaha. Izin pendirian usaha baru diperoleh secara non formal dari pemerintah Desa setempat. Dalam menjalankan bisnisnya, usaha ini
juga masih menggunakan struktur organisasi yang sederhana, yaitu dimana usaha ini dipimpin oleh seorang pendiri usaha yang dibantu seorang anaknya yang
bertanggungjawab penuh terhadap seluruh kegiatan usaha dan membawahi 5 orang pekerja yang membantu pekerjaan pada saat pemeliharaan tanaman murbei
memasuki masa tertentu. Kelima orang pekerja bertugas untuk melakukan pengolahan tanah dan pemupukan terhadap tanaman murbei yang baru ditanam.
Kelima orang ini juga akan saling bergantian melakukan penyiangan setiap musim panen kokon tiba. Untuk pemeliharaan ulat sutera dilakukan oleh pemilik usaha
58 Pemilik Usaha
Penanggung Jawab Operasional
Pekerja dan anaknya. Jam kerja untuk seluruh pekerjanya mulai dari jam 7 pagi hingga
jam 12 siang setap hari kecuali hari Jumat dan Minggu. Secara singkat alur struktur organisasi peternakan ulat sutera milik Bapak baidin dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Struktur Organisasi Peternakan Ulat Sutera milik Bapak Baidin
Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen, usaha peternakan ulat sutera ini layak dijalankan karena untuk membudidayakan ulat sutera dapat
dilakukan oleh perseorangan dan tidak membutuhkan struktur organisasi yang kompleks. Namun demikian, untuk ke depannya pemilik berencana untuk
mengembangkan dan memperbaiki sistem manajerial usaha peternakan ulat suteranya.
6.1.4 Aspek Sosial
Analisis terhadap aspek sosial dilakukan untuk mempelajari keberadaan peternakan ulat sutera ini dilihat dari sisi sosialnya. Faktor lingkungan juga dapat
memberikan pengaruh positif maupun negatif pada peternakan ini. Berdasarkan hasil observasi, keberadaan peternakan ulat sutera di Desa Karyasari memberikan
pengaruh yang positif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Beberapa pengaruh yang diberikan peternakan diantaranya:
1 Kesempatan kerja
Berdirinya peternakan ulat sutera di Desa Karyasari telah membuka kesempatan kerja bagi penduduk sekitar. Lima orang penduduk sekitar telah
mendapat kepercayaan untuk mengelola lahan murbei milik Bapak Baidin.
59 Penduduk sekitar juga dilibatkan dalam pengerjaan kandang untuk pemeliharaan
ulat sutera. 2
Pemanfaatan lahan tidur Ketersediaan pakan tanaman murbei untuk ulat sutera ternyata tidak
selamanya dapat terpenuhi bila hanya mengandalkan hasil dari lahan milik Bapak Baidin saja. Untuk itu, dilakukan kemitraan dengan 10 orang penduduk sekitar
yang memiliki lahan yang tidak produktif di pekarangan rumahnya untuk ditanami tanaman murbei. Setelah tanaman tersebut memasuki masa panen, hasilnya akan
dibeli dengan harga Rp 300,- per rantingnya, sehingga selain untuk memanfaatkan lahan yang tidak produktif, dengan adanya peternakan ulat sutera ini juga
mendatangkan penghasilan tambahan bagi penduduk sekitar. Namun kemitraan ini hanya bertahan satu tahun karena mitra yang dibina Bapak Baidin tidak
melakukan pemeliharaan terhadap tanaman murbei yang ada. 3
Ramah lingkungan Keberadaan peternakan ulat sutera juga memberikan pengaruh yang positif
bagi lingkungan. Lahan yang ditanami tanaman murbei akan terjaga kesuburannya karena sifat dari tanaman murbei yang mampu mengikat oksigen dalam tanah.
Selain itu lahan yang ditanami tanaman murbei dapat ditumpangsarikan sehingga dapat lebih memaksimalkan potensi lahan.
Pemeliharaan ulat sutera tidak menghasilkan limbah yang merugikan bagi lingkungan. Kotoran yang dihasilkan ulat sutera bahkan dapat dijadikan pupuk
organik kualitas baik dan untuk pakan ikan. Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek sosial, keberadaan peternakan
ulat sutera di Desa Karyasari banyak memberikan manfaat bagi penduduk dan lingkungan sekitar yang sifatnya intangible benefit dan tidak menimbulkan efek
negatif, sehingga jika dilihat dari aspek sosial usaha ini layak untuk dilaksanakan.
6.2 Analisis Aspek Finansial